suaramuda

Menyibak Tabir Iman: Menelusuri Hakikat Keyakinan dalam Islam

Uswatul Hasanah adalah mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe

Oleh: Uswatul Hasanah*)

SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Iman, dalam konteks Islam, bukanlah sekadar pengakuan lisan akan keesaan Tuhan. Ia jauh lebih dalam dan rumit, merangkum seluruh aspek kehidupan seorang muslim.

Iman merupakan fondasi kokoh yang menopang bangunan akhlak dan amal shaleh.

Ia bukan sekadar kata, melainkan cahaya yang menghidupkan jiwa dan menuntun langkah seorang hamba yang menunjukkan bahwa iman sejati bukan hanya berada dalam hati tetapi mereka yang tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah.

suaramuda

Iman, tak lebih dari sebuah kata yang sederhana, namun menyimpan kedalaman makna yang tak terukur.

Ia adalah fondasi spiritual bagi miliaran manusia di seluruh penjuru dunia, menjadi kompas yang menuntun langkah, sumber kekuatan di kala rapuh, dan pelita yang menerangi kegelapan jiwa.

Tapi sayangnya, seringkali iman hadir hanya sebagai sebuah konsep yang diterima begitu saja: sebuah warisan tradisi, atau bahkan sebuah prinsip yang tak tersentuh.

Padahal, hakikat iman yang sebenarnya justru terletak pada proses pencarian, perenungan, dan pemahaman yang mendalam. Inilah esensi dari “menyibak tabir iman.”

Menyibak tabir iman bukanlah tindakan meruntuhkan keyakinan yang telah tertanam. Sebaliknya, ia adalah sebuah perjalanan intelektual dan spiritual untuk menelisik lebih jauh, mempertanyakan dengan bijak, dan menggali makna yang tersembunyi.

Dalam al Quran surah al-Hujurat ayat 15 juga disebutkan “ bahwa orang-orang yang beriman itu hanyalah orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu, yakni mereka percaya dan tidak meragukan, dan mereka pun mewujudkan kepercayaan itu dengan melakukan jihad dan amal shalih.”

Sesungguhnya merekalah (أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ) orang-orang yang benar keimanannya. Artinya Orang-orang yang beriman dengan keimanan yang shahih dan tulus.

Merekalah orang-orang Mukmin yang kamil, merekalah orang-orang yang membenarkan Allah SWT dan Rasul-Nya secara total dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan bimbang.

Namun tetap teguh atas satu keadaan; membenarkan secara murni, mereka benar-benar berjihad dengan harta dan jiwa untuk menaati Allah SWT, mencari keridhaan-Nya, dan meluhurkan kalimat dan agama-Nya.

Menyibak tabir iman berarti bergerak dari sekadar mengetahui rukun iman menjadi menghayati makna dan dampaknya dalam setiap aspek kehidupan kita. Contohnya adalah “Iman kepada Allah SWT”.

Ini bukan hanya mengakui keberadaan-nya, melainkan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap tarikan napas, berserah diri sepenuhnya pada kehendak-Nya, dan menjadikan-Nya satu-satunya tujuan hidup.

Ketika seseorang benar-benar beriman kepada Allah, ia akan merasakan ketenangan di tengah badai kehidupan, kekuatan dalam kelemahan, dan harapan di balik keputusasaan yang melanda.

Hidupnya akan terarah pada keridaan Allah, menjauhkan diri dari syirik, dan berupaya sekuat tenaga untuk menjalankan perintah serta menjauhi larangan-Nya.

Demikian pula, iman kepada Hari Kiamat akan mengubah sudut pandang kita secara mendasar. Dunia ini tidak lagi menjadi tujuan akhir, melainkan ladang amal untuk bekal di akhirat kelak.

Kesadaran akan hisab mendorong seseorang untuk lebih berhati-hati dalam setiap ucapan dan tindakan, memotivasi untuk senantiasa berbuat kebaikan, dan bersegera bertaubat dari dosa.

Kematian bukan lagi akhir segalanya, melainkan gerbang menuju kehidupan yang abadi. Begitu pula dengan Iman kepada Qada dan Qadar.

Ini bukan berarti kita pasrah tanpa usaha, melainkan sebuah keyakinan yang membekali hati dengan kesabaran saat musibah menimpa dan rasa syukur yang mendalam saat nikmat datang.

Kita berusaha semaksimal mungkin dalam segala hal, namun hasil akhirnya kita serahkan sepenuhnya kepada Allah, karena Dialah yang Maha Tahu apa yang terbaik bagi kita.

Keyakinan ini menghilangkan kegelisahan berlebihan akan masa depan dan ketakutan akan kegagalan, karena kita tahu bahwa setiap takdir Allah adalah yang terbaik untuk hamba-Nya.

Buah Iman, Ketenangan, Kekuatan, dan Arah Hidup

Iman yang kokoh dan tertanam kuat dalam hati akan membuahkan hasil yang nyata dalam kehidupan seorang Muslim.

Di tengah hiruk-pikuk dunia, iman menjadi jangkar yang kokoh, memberikan ketenangan hati (sakinah).

Seorang mukmin tidak mudah goyah oleh godaan atau putus asa oleh kesulitan, karena ia tahu bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman dan kendali Allah.

Iman juga membangkitkan kekuatan spiritual dari dalam diri, memberikan ketabahan untuk menghadapi berbagai cobaan, keberanian untuk membela kebenaran, dan semangat untuk berdakwah menyebarkan risalah Islam.

Lebih dari itu, dengan iman, hidup tidak lagi tanpa arah. Kita memiliki arah dan tujuan hidup yang jelas.

Setiap tindakan, setiap pilihan, memiliki makna dan tujuan yang lebih tinggi, yaitu meraih ridha Allah SWT.

Dan yang tak kalah penting, iman adalah pendorong utama terbentuknya akhlak mulia.

Seseorang yang beriman akan senantiasa jujur, amanah, adil, penuh kasih sayang, dan bertanggung jawab, karena ia sadar bahwa segala perilakunya senantiasa diawasi oleh Allah SWT.

Mempertahankan dan Menguatkan Iman

Menyibak tabir iman bukanlah tugas sekali jalan, melainkan perjalanan seumur hidup yang tak pernah berhenti. Iman itu bervariasi , bisa naik dan juga turun, seperti gelombang.

Untuk mempertahankannya, diperlukan usaha dan keyakinan berkelanjutan. Kita harus tekun menuntut ilmu syar’i, mempelajari Al-Quran, Hadis, dan ilmu-ilmu Keislaman lainnya, karena ini akan memperdalam pemahaman dan menguatkan keyakinan kita.

Meningkatkan ibadah adalah kunci lainnya. Maka, shalat, puasa, zakat, dan haji bukan hanya sekadar ritual, melainkan sarana utama untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaharui janji iman kita.

Senantiasa berzikir dan berdoa juga akan menguatkan ikatan batin dengan Sang Pencipta, mengingatkan kita akan kehadiran-Nya dalam setiap keadaan.

Penting pula untuk berteman dengan orang-orang saleh, karena lingkungan yang baik akan saling mengingatkan dan menguatkan dalam keimanan.

Terakhir, merenungi tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, melihat keajaiban penciptaan, dan merenungkan hikmah di balik setiap kejadian, akan menumbuhkan rasa kagum dan semakin meyakini keesaan serta kekuasaan Allah yang tiada batasnya.

Menyibak tabir iman adalah undangan untuk sebuah transformasi internal yang mendalam. Ini adalah panggilan untuk menjadikan keyakinan sebagai denyut jantung kehidupan, yang menggerakkan setiap pikiran, ucapan, dan perbuatan.

Ketika iman telah berakar kuat di dalam hati, ia akan menjadi cahaya yang menerangi jalan, kekuatan yang tak terkalahkan, dan ketenangan abadi di dunia dan akhirat.

Mari kita terus menelusuri hakikatnya, agar iman kita tidak hanya di lisan, tetapi meresap hingga ke sanubari, menjadi sebenar-benarnya iman seorang Muslim. (Red)

*) Uswatul Hasanah adalah mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo