SUARAMUDA, KOTA SEMARANG — Dalam suasana yang penuh semangat dan dedikasi, para guru TPQ dan asatidz mengikuti pembinaan rutin terakhir sebelum pelaksanaan wisuda bersama yang dijadwalkan pada 1 Desember 2024.
Kegiatan ini juga menjadi momen istimewa memperingati Hari Guru Nasional, yang mengingatkan kita akan pentingnya peran guru sebagai panutan dan pembentuk karakter generasi muda.
Dalam sambutannya H. Much Dimyati, menyampaikan ini merupakan pembinaan rutin terakhir sebelum wisuda dan muskot, bersamaan dengan peringatan hari guru nasional kita sadari bahwa tanpa peran jasa dari guru-guru kita tentu kita bukan siapa-siapa.
Dengan memperhatikan hak serta kewajibanpun harus dilakukan dan yang harus diberikan kepada santri.
Dalam bahasa arab ustadz/ah juga berarti guru, lalu bagaimana guru menjadi panutan akhlak anak karena dalam pembinaan karakter bahasa Guru (digugu lan ditiru).
“Dalam rangkaian program kerja Badko LPQ Kota Semarang akan terselenggara wisuda bersama pada tanggal 1 Desember 2024, yakni setelah dilaksanakan ujian bersama santri, ” papar Dimyati, Senin (25/11/2024).
Kerja samanya perlu ditingkatkan
Menurut Ketua IGRA Kota Semarang, Ust. M. Aminuddin, M.Si., pembinaan ini menjadi ajang refleksi bagi para guru untuk terus meningkatkan kualitas dalam mendidik dan membimbing.
“Dalam bahasa Arab, istilah ustadz/ah berarti guru, yang tak hanya mentransfer ilmu tetapi juga menjadi teladan akhlak mulia bagi anak didik. Guru harus mendapatkan hak yang sesuai, namun kewajiban sebagai pendidik juga harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab,” tegasnya.
Dengan mengusung tema “Bergerak Bersama Menjadi Guru TPQ Visioner, Kontemporer, dan Spektakuler” para peserta didorong untuk meningkatkan kapasitas diri dalam tiga dimensi utama.
“Visioner, dalam hal ini guru diharapkan memiliki wawasan jauh ke depan, dengan visi yang tinggi agar perjalanan mendidik terasa lebih ringan. Rasulullah SAW menjadi inspirasi melalui visi dan misinya sebagai rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil’alamin), menjadi teladan yang baik (uswatun khasanah), mengutamakan akhlak mulia (akhlakul karimah), “jelas Aminuddin.
“Selain itu, amal yang tidak terputus—anak sholih/ sholihah, sedekah jariyah, dan ilmu bermanfaat—ditekankan sebagai warisan terbaik seorang guru, ” lanjutnya.
Aminuddin melanjutkan, kontemporer, yang menandakan para guru harus relevan dengan perkembangan zaman dan adaptif terhadap kebutuhan anak didik.
Dikatakan, kompetensi guru yang mencakup pedagogis, kepribadian, profesionalisme, dan sosial menjadi fondasi utama. Filosofi “Ajari anak-anak sesuai zamannya” menjadi panduan untuk bersikap adaptif, kolaboratif, solutif, dan inovatif.
“Selanjutnya, spektakuler. Jadi setelah memiliki visi dan sikap kontemporer, hasil kerja guru diharapkan menjadi sesuatu yang spektakuler, ” ujarnya.
Ia juga menjelaskan filosofi Ki Hajar Dewantara—Ing ngarso sung tuladha (di depan memberi teladan), Ing madya mangun karsa (di tengah membangun semangat), dan Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan)—menjadi pedoman dalam menciptakan perubahan positif yang berdampak luas.
Menghadapi Tuntutan Zaman
Dunia pendidikan kini menghadapi tantangan yang bergerak cepat (speed), penuh kejutan (surprise), dan perubahan yang mendadak (suddent).
Guru dituntut untuk tanggap, siap, dan terus belajar melalui seminar maupun workshop, agar mampu memenuhi kebutuhan generasi masa kini.
Dengan semangat kebersamaan, para guru TPQ diharapkan mampu menjadi sosok visioner, kontemporer, dan spektakuler, membawa pendidikan anak-anak menuju masa depan yang gemilang.
Wisuda bersama yang akan digelar menjadi momentum penegasan komitmen tersebut. “Selamat Hari Guru Nasional! Bersama kita terus bergerak untuk mencetak generasi terbaik.” (Red)