Indonesia–Pakistan Economic Networking Forum 2025: Memperkuat Kolaborasi Ekonomi dan Persahabatan Dua Negara

SUARAMUDA.NET, JAKARTA — Kedutaan Besar Republik Indonesia di Islamabad bekerja sama dengan Konsulat Jenderal RI di Karachi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), serta International Creatives Exchange (ICE) menyelenggarakan Indonesia–Pakistan Economic Networking Forum di sela-sela Trade Expo Indonesia (TEI) ke-40, Kamis (16/10).

Forum ini menjadi momentum penting dalam memperkuat hubungan dagang dan investasi antara dua negara sahabat, Indonesia dan Pakistan, yang tahun ini merayakan 75 tahun hubungan diplomatik.

Forum ini diselenggarakan dengan memanfaatkan momentum kehadiran sekitar 60 pengusaha Pakistan di Indonesia dalam rangka Trade Expo Indonesia (TEI) 2025.

Acara ini menghadirkan 150 peserta yang terdiri dari para pejabat pemerintah, pemimpin bisnis, serta perwakilan asosiasi dagang dari kedua negara.

Forum mengusung tema “Building a Shared Future”, menegaskan semangat kolaborasi untuk mendorong perdagangan yang lebih seimbang dan investasi yang berkelanjutan.

Dalam sambutannya, Duta Besar Indonesia untuk Pakistan, H.E. Chandra W. Sukotjo, menyampaikan bahwa hubungan dagang bilateral menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan yang stabil meski terjadi fluktuasi ekonomi global.

“Perdagangan antara kedua negara terus tumbuh dengan baik. Dari Januari hingga Juli 2025, ekspor Indonesia ke Pakistan mencapai USD 2,16 miliar, naik 21,83% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun kita percaya bahwa potensi kerja sama masih jauh lebih besar dari angka itu,” ujar Dubes Chandra.

Ia juga menekankan perlunya memperluas kerja sama ke sektor-sektor baru seperti farmasi, industri halal, energi terbarukan, ekonomi digital, dan teknologi pertanian, yang dinilai saling melengkapi antara kedua negara.

“Perdagangan bukan sekadar pertukaran barang, tetapi kepercayaan; investasi bukan hanya soal modal, tetapi komitmen; dan jejaring bukan hanya kontak, tetapi koneksi hati dan ide,” tambahnya.

Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Hubungan Internasional, Bernardino M. Vega, menekankan perlunya melangkah beyond trade numbers.

“Dunia berubah, model bisnis berubah. Kita perlu memperluas kerja sama yang lebih imajinatif dan berorientasi pada nilai tambah. Indonesia dan Pakistan memiliki modal besar: populasi Muslim terbesar di dunia, kreativitas, dan semangat kolaborasi,” ujarnya.

Bernardino juga menyoroti pentingnya people-to-people contact dan influencer collaboration sebagai jembatan ekonomi baru antar masyarakat.

KADIN juga mendorong perdagangan yang lebih seimbang antara kedua negara, serta pelaku usaha Indonesia dapat memperluas investasi dan kehadiran di pasar Pakistan, termasuk melalui pameran dagang dan forum bisnis.

Naseem Rashed, Minister Perdagangan dan Investasi Kedubes Pakistan di Jakarta menegaskan komitmen pemerintah Pakistan untuk memfasilitasi lebih banyak kolaborasi bisnis langsung antar pelaku usaha kedua negara (B2B engagement).

“Sebagai dua negara Muslim besar dengan sejarah panjang persahabatan, hubungan ekonomi kita harus mencerminkan potensi itu. Kedutaan Pakistan berkomitmen membantu memperluas kerja sama perdagangan, investasi, dan budaya,” tuturnya.

Panel Diskusi: Dari Diplomasi ke Aksi Nyata

Dua sesi panel diskusi menampilkan pandangan strategis dari berbagai narasumber. Panel I membahas peluang perdagangan dan akses pasar, menyoroti keberhasilan Preferential Trade Agreement (PTA) dan dorongan menuju Indonesia–Pakistan Trade in Goods Agreement (IP-TIGA).

Yakni, sebuah kesepakatan yang akan memperluas cakupan komoditas, menghapus hambatan tarif dan non-tarif, serta menciptakan keseimbangan perdagangan yang lebih adil.

Panel II menyoroti peluang investasi bersama, termasuk sektor energi, farmasi, dan industri halal.

Ricky Eka Virgana Ichsan, Direktur Asia Selatan dan Tengah Kementerian Luar Negeri RI, menekankan bahwa perdagangan kedua negara telah tumbuh 154,9% sejak 2012, dan langkah menuju FTA akan memperkuat struktur ekonomi yang saling menguntungkan.

Dari sisi pelaku usaha, Harman Siswanto, Wakil Ketua Komite Bilateral Pakistan & Afghanistan, KADIN Indonesia, menyatakan, “Pakistan adalah pintu gerbang menuju Asia Tengah. Sudah saatnya Indonesia hadir lebih aktif melalui misi dagang, pameran, dan kunjungan bisnis. PTA yang diperluas menjadi IP-TIGA akan mempermudah jalur ekspor-impor lintas sektor.”

Uzair Nizam, Presiden Pakistan–Indonesia Business & Cultural Network, menyebutkan bahwa dengan populasi gabungan lebih dari 500 juta jiwa, Indonesia dan Pakistan memiliki potensi pasar besar yang didukung kesamaan nilai dan kekuatan ekonomi saling melengkapi.

Namun, peluang ini belum tergarap optimal akibat kurangnya informasi pasar dan minimnya kehadiran bisnis Indonesia di Pakistan.

Oleh karena itu, kedua negara didorong memperkuat promosi dagang, business tourism, dan branding produk Indonesia untuk membangun kemitraan yang lebih dinamis dan berkelanjutan.

Muhammad Iqbal, Wakil Direktur Promosi Investasi untuk Asia Timur, Selatan, Timur Tengah dan Afrika (Kementerian Investasi/BKPM), memaparkan perkembangan positif investasi Indonesia.

“Realisasi investasi semester I 2025 mencapai Rp 942,9 triliun atau 49,5% dari target tahun berjalan. Pemerintah mendorong investasi hijau, hilirisasi industri, dan digitalisasi perizinan dengan regulasi baru: izin otomatis jika tidak diproses dalam 30 hari”.

Pakistan menempati posisi ke-3 di Asia Selatan dalam daftar investor di Indonesia, dengan nilai USD 36,6 juta dalam 1.742 proyek (2020–2025).

BKPM juga menyoroti potensi kolaborasi dalam energi terbarukan, farmasi, dan industri halal, didukung oleh kebijakan tax holiday, super deduction untuk R&D, serta program Golden Visa bagi investor asing.

Atta ul Karim, CEO International Creative Exchange (ICE), menegaskan bahwa ekonomi kreatif dapat menjadi jembatan baru kerja sama.

“Kami mengembangkan platform pakistan-indonesia.com untuk promosi bisnis dan kolaborasi tanpa biaya. Sektor kreatif — digital, kuliner, dan fashion — adalah tulang punggung kolaborasi masa depan,” ujarnya.

Mohammad Bawazeer, Chairman Bawazeer Group, menekankan pentingnya kesiapan sumber daya dan dukungan pemerintah.

“Berinvestasi ke luar negeri memerlukan brand awareness, teknologi, dan tim lokal yang solid. Dukungan KBRI dalam hal visa, negosiasi, dan keamanan menjadi faktor kunci keberhasilan investasi,” katanya.

Sementara itu, Haseeb Khan, Ketua Pakistan–Indonesia Business Circle, mengungkapkan potensi besar di sektor farmasi.

“Pakistan memiliki 860 perusahaan farmasi aktif, namun masih kekurangan di bidang onkologi dan vaksin. Kami sudah menandatangani beberapa MoU dengan perusahaan farmasi Indonesia untuk transfer teknologi dan kolaborasi R&D,” jelasnya.

Sementara Ayub Gaba, pemilik PT. K2 Industries menyampaikan kiat untuk berinvestasi di Indonesia, terutama dalam kaitannya dengan regulasi dan tarif serta downstream investment.

Forum juga menjadi ajang peluncuran dua karya penting yang mencerminkan semangat persahabatan Indonesia-Pakistan.

Pertama,75 Years of Indonesia–Pakistan Bilateral Relations: Two Friends, One Spirit” karya Mr. Atta Ul Karim, menyoroti sejarah dan figur penting dalam tujuh dekade hubungan bilateral.

Kedua, “Islamabad to Jakarta: A Personal Reflection” karya Mr. Shams Abbasi, yang menghadirkan refleksi pribadi atas persahabatan kedua bangsa.

Acara diakhiri dengan penandatanganan 2 MoU antara antara International Creatives Exchange (ICE) dan Gwadar Chamber of Commerce and Industry, serta antara Harmann Pharmaceutical (Pakistan) dan PT. Ultra Sakti (Indonesia).

Forum ini menegaskan tekad kuat kedua negara untuk melangkah menuju era baru hubungan ekonomi yang lebih inklusif, inovatif, dan berkelanjutan.

Kerja sama Indonesia dan Pakistan bukan sekadar hubungan ekonomi, tetapi perjalanan membangun masa depan yang saling memperkaya — two friends, one spirit.” (Red)

 

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like