Peran Strategis Masjid Kampus dalam Pengembangan Budaya Islam dan Pusat Transformasi Mahasiswa: Studi kasus Masjid Kampus Al-Madaniah Universitas Bangka Belitung

SUARAMUDA, SEMARANG — Masjid kampus memiliki potensi besar sebagai agen transformasi nilai-nilai keislaman di lingkungan akademik serta berperan strategis dalam membentuk karakter mahasiswa yang seimbang antara spiritualitas dan intelektualitas.

Di tengah tantangan globalisasi dan degradasi moral, kehadiran masjid kampus menjadi strategis dalam menanamkan nilai spiritual, intelektual, dan sosial kepada civitas akademika.

Masjid Kampus Al-Madaniah Universitas Bangka Belitung adalah salah satu contoh masjid yang berperan aktif dalam membangun budaya Islam inklusif dan progresif di kampus.

Masjid Al-Madaniah UBB sebagai pusat kegiatan keislaman di lingkungan universitas belum sepenuhnya mengoptimalkan potensinya sebagai episentrum transformasi sosial, spiritual, dan intelektual.

Perubahan zaman dan tantangan globalisasi menuntut inovasi dalam pengelolaan masjid agar tetap relevan dan berdampak.

Motivasi dan Latar Belakang Keterlibatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber kami yang bernama Adilah Agustira menyatakan keterlibatan mereka di masjid didasari oleh keinginan untuk memperkuat keimanan, keinginan untuk bergabung ke dalam organisasi masjid, mencari lingkungan positif, dan memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan spiritual kampus.

Mereka aktif sejak awal tahun pertama kuliah dan memiliki latar belakang organisasi keislaman, hingga aktivis dakwah kampus.

Tugas dan Fungsi Masjid

Pengurus masjid bertugas mengelola fasilitas, menyusun agenda kegiatan, menjaga kebersihan, mengatur jamaah masjid dan menjalin komunikasi dengan pihak universitas serta komunitas.

Struktur kepengurusan terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, divisi dakwah, divisi sosial, dan divisi publikasi. Fungsi utama masjid adalah sebagai tempat ibadah, pembinaan rohani, edukasi Islam, serta pusat pelayanan sosial kampus.

Kegiatan dan Program

Kegiatan rutin yang dilaksanakan mencakup:

  1. Kajian rutin pekanan dan bulanan
  2. Pelatihan kepemimpinan Islami
  3. Kegiatan Ramadhan (buka puasa bersama, Itikaf, lomba-lomba islami)
  4. Bakti sosial dan penggalangan dana kemanusiaan
  5. Hari besar Islam dirayakan dengan tabligh akbar, khataman Al-Qur’an, dan kegiatan sosial seperti santunan anak yatim.

Partisipasi Masyarakat Kampus

Partisipasi cukup tinggi, terutama dari mahasiswa. Kelompok aktif yang terlibat mencakup mahasiswa aktif UKM, dan dosen-dosen pembina. Untuk menarik minat, masjid menggunakan media sosial, membuat poster digital, dan pendekatan personal melalui mentoring.

Analisis SWOT

Kekuatan (Strength):

1. Lokasi masjid berada di tengah kampus yang menjadikannya sangat strategis dan mudah diakses oleh warga kampus serta memiliki fasilitas sarana & prasarana yang memadai (ruang wudhu, perpustakaan mini, aula kegiatan).

2. Dukungan penuh dari rektorat, dosen pembina, serta UKM Lembaga Dakwah Kampus yang cukup intensif.

3. Pengurus yang aktif, kompeten dan kreatif dalam menjalanakan berbagai program penting.

Kelemahan (Weakness):

1. Kurangnya pengelolaan profesional dalam manajemen keuangan dan dokumentasi kegiatan.

2. Kurangnya keterlibatan dan kolaborasi dosen dan tenaga kependidikan.

3. Kegiatan dakwah cenderung monoton dan kurang kontekstual dengan isu-isu (lingkungan, sosial, politik kampus).

Peluang:

1. Potensi kerjasama dengan LSM keagamaan, lembaga zakat, komunitas lingkungan dan lembaga pemerintah.

2. Meningkatnya kesadaran spiritual mahasiswa pasca-pandemi serta tren konten dakwah digital.

3. Peluang menjadikan masjid sebagai pusat green campus movement dan advokasi isu lokal (misalnya lingkungan pesisir dan tambang timah).

Ancaman:

1. Apatisme sebagian mahasiswa terhadap kegiatan keagamaan yang dianggap kaku dan tidak relevan.

2. Kurangnya kesadaran sebagian mahasiswa tentang pentingnya fungsi masjid.

3. Keterbatasan waktu pengurus karena kesibukan akademik.

Harapan dan Rekomendasi

Responden berharap masjid dapat menjadi pusat peradaban kampus Islami. Program yang perlu ditambahkan antara lain pelatihan literasi keislaman, forum diskusi terbuka tentang isu-isu kontemporer, dan pelatihan kewirausahaan Islami.

Manajemen masjid perlu diperkuat dengan sistem dokumentasi kegiatan yang rapi, transparansi keuangan, dan pembinaan kader secara berkelanjutan.

Kerjasama dan Kolaborasi

Masjid menjalin kolaborasi dengan UKM lain, fakultas, dan pihak luar seperti Baznas dan lembaga zakat nasional untuk kegiatan sosial. Masjid juga mulai menjajaki kerjasama dengan sekolah sekitar untuk kegiatan pesantren kilat dan mentoring agama.

Dampak Sosial

Keberadaan masjid sangat dirasakan manfaatnya oleh mahasiswa dan masyarakat sekitar.

Masjid menjadi tempat pembinaan karakter, penyelesaian masalah sosial seperti kemiskinan mahasiswa, dan pemberdayaan masyarakat sekitar melalui program sosial. Contoh konkret adalah kegiatan pembagian takjil dan buka puasa bersama dalam periode bulan ramadhan.

Fasilitas Masjid

Fasilitas meliputi ruang utama ibadah, ruang kelas kecil untuk TPA, Mimbar, Sajadah, Lemari buku, Mukenah, Kain Sarung, Buku Kitab Al-Quran, dan kamar mandi bersih. Beberapa fasilitas masih kurang, seperti sound system dan AC.

Komunikasi dan Informasi

Masjid aktif menggunakan media sosial (Instagram, WhatsApp Group, dan YouTube) untuk menyampaikan informasi kegiatan. Informasi juga diumumkan melalui poster digital dan buletin kampus. Namun, masih perlu peningkatan kapasitas digital untuk menjangkau lebih luas.

Kesimpulan

Masjid Kampus Al-Madaniah berperan strategis dalam membangun budaya Islam yang progresif dan inklusif di lingkungan universitas. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, masjid tetap menjadi pusat integrasi nilai spiritual dan sosial di kampus.

Dengan penguatan kelembagaan, kolaborasi yang lebih luas, serta program transformatif yang tepat, masjid dapat berkontribusi lebih signifikan dalam membentuk generasi muda yang berkarakter dan berintegritas.

Penutup

Masjid Al-Madaniah UBB memiliki potensi besar sebagai pusat peradaban kampus, namun perlu revitalisasi peran dan program-program transformatif agar lebih kontekstual dengan realitas mahasiswa saat ini.

Dengan strategi berbasis analisis SWOT, masjid dapat dikembangkan tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai ruang dialog, inovasi, dan pemberdayaan. (***)

*) Artikel ini disusun oleh kelompok antara lain: Hibrizi Javier Fawwazir, Valentino Tirta Saputra, M. Azka Permana, Yuni Anisa, Rahmadani, Freity
**) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah, isi dan pesan dalam artikel bukan menjadi tanggung jawab redaksi

 

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like