Pengamat: Prabowo Revitalisasi Politik Luar Negeri Bebas-Aktif, Buktikan dengan Langkah Nyata

Pengamat Indonesia-Rusia, Dr. Ahmad Fahrurodji (dok pribadi)

SUARAMUDA.NET, MOSKOW — Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto diyakini telah menghidupkan kembali esensi politik luar negeri bebas-aktif dengan langkah-langkah konkret dan visioner.

Prinsip ini tidak hanya jadi wacana, tetapi terefleksi dalam kebijakan yang menekankan perdamaian, rekonsiliasi, dan kerja sama dengan semua negara tanpa terkecuali.

Pernyataan ini disampaikan oleh Pengamat Indonesia-Rusia, Dr. Ahmad Fahrurodji dalam Seminar Internasional “Day of Indonesia at MGIMO” yang bertajuk “Indonesia in the Multipolar World: Regional Leadership, Global Integration and Strategic Partnership” di Moskow, pada 25 September 2025.

Seminar tersebut merupakan bagian dari peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Rusia, yang diselenggarakan secara bersama oleh ASEAN Centre di MGIMO University dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Rusia.

“Dengan bergabungnya Indonesia ke BRICS di awal tahun 2025, tetapi tetap berkontribusi dalam berbagai institusi multilateral yang ada, menunjukkan bahwa pemerintahan Prabowo berani mengambil langkah konkret dalam politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif,” tegas Fahrurodji, seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima.

Menurutnya, jiwa dari kebijakan luar negeri Prabowo adalah prinsip perdamaian yang sama yang diterapkan di dalam negeri, yaitu merangkul semua pihak.

Dalam konteks global, ini diterjemahkan dengan menjalin hubungan erat tidak hanya dengan negara-negara Barat, tetapi juga dengan Rusia, Tiongkok, serta negara-negara lain.

Fahrurodji, yang merupakan pengamat Rusia dari Universitas Indonesia, juga menelusuri akar historis politik bebas-aktif. Ia menjelaskan bahwa konsep ini adalah hasil dialektika pemikiran dua pendiri bangsa.

“Kata ‘Bebas’ dicetuskan oleh Mohammad Hatta melalui pidato ‘Mendayung antara Dua Karang’ pada 1948, yang menegaskan Indonesia tidak akan memihak blok mana pun.

Sementara ‘Aktif’ dihembuskan oleh Sukarno, yang menolak netralitas dan mendorong Indonesia untuk aktif berkontribusi pada perdamaian dunia,” paparnya.

Lebih lanjut, Fahrurodji melihat kesamaan visi antara Indonesia dan Rusia dalam memandang tata dunia multipolar.

Kedua negara, menurutnya, sama-sama menolak tindakan unilateral dan lebih mendasari hubungan pada konsep persahabatan (druzhba) dan hidup berdampingan secara damai (peaceful coexistence).

Ia menambahkan, fokus utama dari seluruh kebijakan luar negeri ini adalah kepentingan nasional. “Program-program seperti Makan Bergizi Gratis, kemandirian pangan, dan pendidikan menjadi prioritas.

Bergabung dengan berbagai organisasi multilateral seperti BRICS dan OECD adalah strategi untuk mendukung tujuan pembangunan dalam negeri tersebut,” pungkas Fahrurodji.

Keikutsertaan Indonesia dalam BRICS, diikuti pernyataan Presiden Prabowo di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg bahwa Indonesia tetap berpegang pada prinsip Non-Blok, serta dukungan penuh atas Palestina, menjadi bukti nyata revitalisasi politik luar negeri bebas-aktif di era kepemimpinannya. (Amy)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like