suaramuda

Media Sosial, Teman atau Musuh Bagi Mahasiswa?

Mirza Hafid, mahasiswa Sosiologi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Tinggal di Semarang

SUARAMUDA, SEMARANG — Di era serba digital seperti yang kita ketahui saat ini, sangat sulit membayangkan kehidupan mahasiswa tanpa media sosial.

Dari Instagram hingga TikTok, dari Twitter hingga LinkedIn, mahasiswa seolah hidup berdampingan dengan dunia maya.

Namun, apakah kehadiran media sosial ini benar-benar membantu, atau justru menjadi ancaman tersembunyi bagi kehidupan akademik dan mental mereka?

Di satu sisi, media sosial adalah sebuah platform yang sangat berguna bagi mahasiswa.

suaramuda

Banyak dari mereka menggunakan platform seperti YouTube dan Twitter untuk mencari informasi, berbagi ide, atau bahkan digunakan untuk memperluas jaringan profesional melalui konten-konten yang disajikan.

Grup WhatsApp atau Telegram juga mempercepat komunikasi, berbagi informasi mengenai perkuliahan, dan digunakan sebagai ajang diskusi secara online.

Tidak jarang pula, mahasiswa mendapatkan peluang atau informasi mengenai beasiswa melalui konten yang dibagikan secara daring.

Namun, tidak bisa dimungkiri bahwa media sosial juga membawa sisi gelap. Kemudahan akses dan sifatnya adiktif membuat banya mahasiswa terjebak dalam budaya scroll tanpa henti.

Waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar, justru habis untuk menonton video hiburan atau membandingkan diri dengan pencapaian orang lain di Instagram ataupun TikTok.

Akibatnya, muncul tekanan mental, rasa cemas berlebih, iri dengki, bahkan depresi.

Selain itu, media sosial juga menciptakan ilusi koneksi. Mahasiswa merasa memiliki banyak teman karena interaksi digital, padahal kualitas hubungan sosial secara nyata justru semakin menurun.

Interaksi tatap muka tergantikan oleh komentar dan emoji, sementara empati perlahan terkikis oleh algoritma.

Jadi, apakah media sosial apakah itu sebuah teman atau musuh? Jawabannya tergantung pada bagaimana kita menggunakannya.

Media sosial adalah alat yang (ia) bisa menjadi jembatan menuju pengembangan diri atau justru jurang yang menjerumuskan.

Mahasiswa perlu bijak, membatasi waktu penggunaan, dan memanfaatkan media sosial untuk hal-hal yang baik atau produktif.

Karena pada akhirnya, kitalah yang menentukan apakah media sosial akan menjadi sahabat, atau ancaman dalam perjalanan akademik kita. (Red)

Penulis: Mirza Hafid, mahasiswa Sosiologi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, tinggal di Semarang

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo