Perang ‘Sego Berkat’ Jadi Tradisi Unik Warga Desa Bogotanjung Kabupaten Pati dalam Perayaan Sedekah Bumi

POV; Tradisi perang sego berkat di Desa Bogotanjung, Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, Jawa Tengah. (Foto: detikJateng)

SUARAMUDA, PATI – Saling ‘serang’ sisa sego berkat menjadi momen langka dan unik, yang disuguhkan warga Desa Bogotanjung, Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Tak lain, itu merupakan momen spesial yang digelar tiap setahun sekali, dalam rangka semarak sedekah bumi. Dan, cara itu dimaknai sebagai rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.

Mengutip detikJateng, perang sego berkat diikuti ratusan warga yang berkumpul di araa punden Mbah Rohmat. Mereka membawa nasi berkat ala nasi rames; yang lengkap dengan lauk mi, telur, tahu, dan tempe.

Mereka menanti iring-iringan gunungan hasil panen dari rumah kepala desa menuju punden. Rombongan gunungan itu pun diikuti oleh rombongan barongan dan wayang kulit.

Mereka langsung masuk ke area dalam punden, untuk ritual pementasan wayang kulit. Karena sebagai “syarat”, pementasan dilakukan secara singkat.

Doa Bersama dan Saling Lempar Nasi

Momen yang tak kalah penting adalah doa bersama, oleh tokoh masyarakat setempat. Sembari menanti rombongan perangkat desa yang keluar dari dalam punden, warga pun menggelar doa.

Hal yang dinanti-nanti, warga pun melempar nasi berkat ke arah perangkat desa yang keluar dari dalam punden.

Dikonfirmasi detikJateng, Kepala Desa Bogotanjung, Budiarto mengatakan tradisi perang nasi berkat sudah berjalan setiap tahunnya. Tradisi ini digelar dalam rangka sedekah bumi Desa Bogotanjung, Kecamatan Gabus.

“Tradisi ini mulai dahulu nenek moyang kita. Jadi kita meneruskan. Kalau sejarahnya tawuran nasi itu menandakan bahwa hasil panen kita telah berlebih,” jelas Budiarto ditemui di lokasi siang tadi.

“Jadi bumi merasakan juga. Akhirnya ditabur-tabur begitu. Jadi bukan kita saja merasakan hasil bumi, tapi bumi juga merasakan juga,” dia melanjutkan.

Tak Ada Warga yang Marah

Menurutnya, dalam aksi perang nasi berkat ini tidak ada warga yang marah. Kata dia, warga justru senang.

“Nggak ada yang marah. Dilempar kayak apa malah itu dianggap sebagai berkah. Kalau nggak kena malah nggak pernah itu kalau tradisi orang sini,” ungkap dia.

Budiarto mengatakan, acara sedekah bumi ini dimulai dengan kirab gunungan hasil bumi menuju punden desa setempat.

Warga membawa nasi berkat. Mereka bersama-sama berdoa dan ada pertunjukan wayang kulit.

“Wayang tadi secara singkat saja. Karena tampil soal sejarah biar panen melimpah,” jelasnya.

Puncaknya hiburan ketoprak sehari semalam di depan rumah kades. Dia berharap agar hasil panen tahun depan melimpah.

“Niat warga sedekah bumi diberikan panjang umur, kesehatan, yang petani bisa makmur, yang dagang untungnya banyak berkah begitu,” pungkas dia. (Red)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like