
SUARAMUDA, SEMARANG – Sino-Nusantara Institute baru-baru ini ditunjuk oleh City Alliance Maritime Silk Road (CAMSR) atau Aliansi Kota Pelestarian Budaya Konservasi Jalur Sutera Maritim untuk menjembatani penjajakan kerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang.
Setelah proses yang cukup lama, penandatanganan kerja sama dilakukan Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, di depan delegasi CAMSR Guangzhou dan Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia, Wang Si Ping, bertempat di Balaikota Semarang, Kamis (15/5/ 2025) malam.
Direktur Sino-Nusantara Institute, Ahmad Syaifudin Zuhri mengatakan bahwa ini adalah momen sejarah penting bagi Kota Semarang yang dapat bekerja sama sekaligus dengan 34 kota anggota aliansi di Tiongkok.
“Semarang, rencananya juga akan diundang ke Kota Lishui, Provinsi Zhejiang, di akhir tahun ini—dalam Annual Meeting CAMSR dan untuk pengesahan keanggotaan secara resmi oleh anggota CAMSR dalam forum tersebut, “ujarnya
Promosi dan Forum Heritage
Selain menjalin kerja sama dengan pemerintah, CAMSR juga menggelar acara Promosi Perjalanan Jalur Sutra Maritim dan Heritage Forum yang diselenggarakan di Hotel Gumaya Semarang, Jumat (16/5/2025).
Acara yang terselenggara atas kolaborasi CAMSR, Sino-Nusantara Institute dan Yayasan Tay Kak Sie ini berlangsung sangat memukau, terutama dipadu performance tarian khas Semarang, Warak Ngendhog, dan juga tarian khas Tionghoa.
Di sela-sela Heritage Forum, Zuhri yang pernah menjadi Rois Syuriyah PCINU Tiongkok 2021-2023 dan Ketua Umum PPI Tiongkok 2014 menyebut bahwa tamu undangan terdiri atas unsur pemerintah, para akademisi, peneliti, profesional, serta perkumpulan-perkumpulan Tionghoa di Kota Semarang.
“Forum ini bertujuan menggali dan merawat warisan sejarah jalur sutera maritim di Nusantara, termasuk jejak pelayaran Laksamana Cheng Ho di Semarang dan potensi budaya maritim lainnya, “tambah Zuhri, seperti dibeberkan pada suaramuda.net.
Bertindak sebagai Keynote Speech, Wali Kota Semarang yang diwakili Pj. Sekda Kota Semarang Muhammad Khadik, Deputi Direktur Biro Radio, Televisi dan Budaya Kota Guangzhou, Liu Xiao-ming dan Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia, Wang Si Ping.
Forum heritage juga menghadirian lima pembicara, yakni Ketua Yayasan Tay Kak Sie Semarang, Tanto Hermawan, Ketua PORINTI Semarang, Setiawan Santoso serta Kepala Kurator Museum Nanyue King Guangzho, Li Minyong.
Dua pembicara lainnya, yakni Dekan FISIP Universitas Wahid Hasyim Semarang, Ali Martin dan Mustasyar PCINU Tiongkok, Agus Fathuddin Yusuf. Adapun, bertindak sebagai moderator, Li Pei Feng (Global Fellow Partner CAMSR) dan Ahmad Syaifuddin Zuhri (Direktur Sino-Nusantara Institute).
Pentingnya Mamahami Benda Sejarah
Kepala Kurator Museum Nanyue King Guangzho, Li Minyong dalam forum heritage menegaskan pentingnya memahami benda-benda sejarah, jika ingin melindungi dan melestarikannya.
“Kita perlu memahami sejarah, sehingga tahu akan nilai benda tersebut. Sebagai contoh, penemuan makam kuno, mereka lalu mempelajari “Nanyue”. Dari situlah, pengelola Museum Nanyue akhirnya bergabung CAMSR”, beber Minyong, dalam pembicaraan berbahasa Mandarin.
Sementara itu, Ketua PORINTI Semarang, Setiawan Santoso menekankan hubungan pertukaran kebudayaan secara bilateral seperti Tiongkok-Semarang di masa lampau, menghasilkan perbedaan. Meski demikian, ia menegaskan bahwa perbedaan di Semarang tak akan mempengaruhi keragaman agama dan budaya di era modern seperti saat ini,
“Misalnya, Sam Po Kong, musti bisa dikunjungi semua agama, “ungkapnya.
Dorong Pendirian Museum Maritim Ceng Ho
Ketua Yayasan Tay Kak Sie, Tanto Hermawan, pada kesempatan itu mendorong Pemerintah Kota Semarang mengambil sisi positif dari kerja sama dengan CAMSR.
“Dari pertukaran budaya masa lalu, kemudian menghasilkan banyak arsip-arsip penting Tay Kak Sie. Nah, itu adalah bukti adamya ekspedisi Laksamana Ceng Ho ke Semarang, bukti terjadinya akulturasi budaya. Sehingga arsip-arsip penting inilah dapat dijadikan bahan untuk pengembangan Museum Maritim Laksamana Ceng-Ho di Semarang, “ungkapnya
Melengkapi apa yang disampaikan Tanto, Mustasyar PCINU Tiongkok, Agus Fathuddin Yusuf, mengungkapkan, ekspedisi Ceng Ho pada masa lampau tak beda dengan geliat mahasiswa Indonesia di Tiongkok yang membawa nilai-nilai perdamaian dan toleransi.
Agus juga berharap, output dari kerja sama ini bisa menghasilkan sesuatu yakni berupa pendirian replika kapal dan patung Laksamana Ceng Ho.
“Semoga nanti digagas pendirian replika kapal dan patung Laksamana Ceng Ho. Sebagai ‘tetenger’ ekspedisi Ceng Ho di Semarang. Selain itu dilengkapi pula masjid Ceng Ho yang khas dengan arsitektur Tiongkok dan sentra kuliner Halal Chinese Food, “jelasnya.
Dari sisi hubungan internasional, Dekan FISIP Universitas Wahid Hasyim Semarang, Ali Martin, mengungkap pentingnya diplomasi budaya yang melibatkan pertukaran ide, nilai, tradisi dan kepercayaan melalui berbagai ekspresi budaya seperti musik, seni dan sastra. Ali juga menggambarkan lahirnya tari Semarangan, tari Warak Ngendhog.
Dalam kaitannya dengan ekspedisi Ceng Ho, Ali Martin juga melihat bahwa inspirasi dari lawatan Ceng Ho ini memberi sumbangan pada peluang dijalinnya hubungan diplomasi yang baik antara Indonesia-China hingga saat ini.
“Hal tersebut dapat terjadi karena faktor romantisme sejarah masa lalu yang indah, dan telah ditorehkan Laksamana Ceng Ho di Semarang, “ujar Ali Martin, yang juga pengajar Hubungan Internasional Unwahas.
Promosi Budaya dan Kunjungi Spot Wisata Budaya
Heritage forum berakhir pada pukul 17.00 wib, ditutup dengan makan malam. Sementara di waktu yang sama, event Promosi Budaya Tiongkok berlangsung di Queen City Mall, Jl Pemuda, Semarang, pada pukul 18.00-20.00 wib.
Tak hanya itu, keesokan harinya, delegasi CAMSR dari Tiongkok juga mengunjungi beberapa lokasi wisata dan budaya di Kota Semarang.
Direktur Sino-Nusantara Institute Ahmad Syaifuddin Zuhri mengungkap, delegasi CAMSR berkunjung Museum Kota Lama, hingga Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
“Ya, mereka berkunjung ke Museum Kota Lama, lalu dilanjut ke Museum Perkembangan Islam Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), “ujar Zuhri, di sela-sela mendampingi rombongan dari Guangzhou, China di Semarang. (Red)