
Oleh: Didik T. Atmaja*)
SUARAMUDA, SEMARANG – Waktu dengar ada calon gubernur yang mau kasih kopi dan internet gratis buat Gen Z, jujur, saya sempat mikir: “Wah, ini baru calon pemimpin yang paham kebutuhan rakyat—setidaknya rakyat yang butuh konten dan kafein.”
Ahmad Luthfi, nama yang kini telah menjadi sang Gubernur dan ramai diperbincangkan di Jawa Tengah, pernah bikin program yang catchy banget: Kartu Zilenial!
Lewat kartu ini, katanya anak muda bisa ngopi dan ngenet gratis di tiap kecamatan. Canggih. Estetik. Ngangenin (karena belum kejadian).
Kopi Gratis: Simbol atau Strategi?
Buat Gen Z, kopi itu bukan sekadar minuman. Itu mood booster, ice breaker, bahkan inspirasi saat ngerjain deadline jam 2 pagi.
Jadi, saat ada janji kopi gratis dari calon gubernur, itu kayak nemu promo buy 1 get 1—langsung menarik.
Tapi sayangnya, kopi gratis itu masih sebatas kata. Warung kopi kecamatan belum kelihatan. Mesin espresso belum berdengung. Barista lokal pun belum manggung.
Internet gratis juga gitu. Katanya mau disediakan di setiap kecamatan. Tapi sampai sekarang, jangankan Wi-Fi gratis, sinyal 4G aja di beberapa desa masih suka ghosting.
Masyarakat udah siap nonton YouTube sambil ngopi, tapi loading-nya aja 3 babak.
Belum ada pengumuman resmi soal titik akses, siapa penyedia layanannya, atau kapan mulai. Semuanya masih dalam fase “akan direncanakan”.
Generasi Z: Butuh Aksi, Bukan Janji
Yang bikin gemes nih, program ini tuh punya potensi besar. Bukan cuma buat gaya-gayaan, tapi bisa jadi ruang kreatif buat anak muda Jawa Tengah.
Tempat mereka diskusi, bikin proyek bareng, belajar digital skill, bahkan buka usaha kecil-kecilan.
Tapi kalau cuma dijadikan bahan kampanye doang, ya… sayang banget ya.
Jangan sampai Gen Z cuma dijadikan bahan konten kampanye, tapi dilupakan setelah kotak suara ditutup.
Buat tim Luthfi, nih, (kalau baca ini), coba deh update ke publik.
Nggak perlu panjang-panjang, cukup kasih info: program ini lagi di tahap mana, kapan mulai, dan siapa aja yang terlibat. Biar anak muda tahu mereka nggak di-PHP-in.
Dan kalau bisa, libatkan komunitas lokal. Bayangin kalau warung kopi yang dikasih subsidi itu adalah warung warga.
Kan jadi win-win: anak muda ngopi, UMKM jalan, ekonomi tumbuh.
Penutup yang Belum Gratis
Kopi dan internet gratis mungkin terdengar receh bagi sebagian orang. Tapi buat Gen Z, itu bisa jadi modal awal buat berkarya, belajar, dan bikin perubahan.
Kita nggak minta banyak—cukup janji yang ditepati, bukan dibungkus estetik lalu dilupakan.
Jadi, Pak Luthfi, kalau programnya udah siap, kasih tahu. Kalau masih disusun, sampaikan.
Tapi kalau cuma buat nyari simpati… ya, kami tetap ngopi—tapi mungkin bukan di tempat Bapak. (Red)
*) Didik T. Atmaja, pegiat media, tinggal di Semarang