
SUARAMUDA, SEMARANG – Diakui atau tidak, perputaran uang selama Ramadan dan Idulfitri 2025 tergolong cukup lemah.
Dalam analisis Center of Economic and Law Studies (CELIOS), kondisi ini diperkirakan berdampak pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang tidak optimal.
Direktur Ekonomi CELIOS, Nailul Huda menyebutkan, pemutusan hubungan kerja (PHK) pada dua bulan pertama tahun 2025 menjadi salah satu faktor utama melemahnya konsumsi.
Hal ini tecermin dalam Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2025 yang mengalami penurunan sebesar 0,4 persen secara month-to-month.
Padahal jika dilihat secara historis, pada periode 2022 hingga 2024, biasanya terjadi kenaikan IKK pada Januari karena ada optimisme konsumen pada awal tahun.
Kondisi keyakinan konsumen melemah juga terjadi pada Februari 2025.
Data lain juga menunjukkan pola serupa. Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Januari 2025 turun menjadi 211,5, lebih rendah dibandingkan Desember 2024 yang mencapai 222.
Lesunya perputaran uang di daerah juga ditandai menutunnya jumlah pemudik. Kementerian Perhubungan mencatat terjadi penurunan pemudik yang hanya mencapai 146 juta orang, turun 24 persen dari 194 juta pemudik tahun lalu.
Menurut jpnn.com, Rabu (2/4/2025) selain jumlah pemudik yang berkurang, beberapa indikator ekonomi juga mengalami penurunan.
Sampel di Jawa Tengah
Lemahnya daya beli masyarakat tercermin dari lalu lintas yang tak padat, tempat wisata yang tak penuh orang, hingga mal atau pasar yang sepi.
Daya beli warga kelas menengah ke bawah kian lesu. Mereka lebih memilih berhemat dengan mengurangi belanja pakaian dengan kembali menggunakan pakaian lama atau membeli pakaian bekas hasil impor.
Dilansir Media Indonesia, kegiatan warga di sejumlah daerah di Jawa Tengah masuk liburan Hari Raya Idulfitri kedua tidak sesibuk sebelumnya.
Lalu lintas di jalan raya juga tidak sepadat sebelumnya dan sebagian besar warga memilih untuk bertahan di rumah guna berkumpul bersama keluarga.
Pantauan Media Indonesia, sejumlah tempat wisata juga masih terlihat sepi pengunjung, jauh menurun dibanding pada lebaran sebelumnya.
Kawasan Wisata Bandungan (Kabupaten Semarang), Lawang Sewu, Kota Lama, Sam Poo Kong, Semarang Zoo (Kota Semarang), Makam Sunan Kalijaga, Masjid Agung dan Pantai Mor (Demak), Pantai Cahaya (Kendal), Pantai Sigandu (Batang) dan Pantai Pasir Kencana (Pekalongan), tak ramai.
Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Kota Pekalongan Sabaryo Pramono mengungkap sepinya pengunjung ke destinasi wisata di daerahnya.
“Masih sepi pengunjung, berbeda dengan tahun sebelumnya pada hari kedua lebaran penuh pengunjung berwisata, ” katanya.
Hal serupa juga diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Wing Wiyarso, daerah ini menargetkan adanya peningkatan jumlah wisatawan hingga 8,5%, sehingga 18 destinasi wisata dipersiapkan secara matang sejak sebelum musim mudik.
“Dari 20 juta pemudik ada di Jawa Tengah, target 4,5 juta wisatawan berkunjung di sejumlah destinasi wisata cukup realistis,” imbuhnya.
Pilih Hemat
Sebagian besar warga terutama kalangan menengah ke bawah di sejumlah daerah di Jawa Tengah memililih melakukan penghematan pengeluaran, sebagai dampak menurunnya daya beli masyarakat.
Ini terjadi akibat banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun kenaikan harga kebutuhan pokok jelang lebaran.
Hal itu terindikasi dari sepinya sejumlah pasar tradisional terutama pada sektor barang sekunder seperti pakaian.
“Pembelian pakaian baru menurun drastis, biasanya saya bisa jual hingga 5-10 kodi hingga sehari sebelum lebaran, saat ini paling banyak hanya dua kodi, itupun harga pakaian golongan kelas bawah,” kata Etik Marlina, 45, pedagang dan grosir pakaian di Pasar Johar Semarang.
Dikutip dari Kontan.co.id, Rabu (2/4/2025) Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani juga mengungkapkan penurunan okupansi.
Ia menaksir penurunan kali ini mencapai 20% jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini terjadi di beberapa daerah tujuan wisata, seperti Yogyakarta, Bali dan Solo.
“(Penurunan okupansi hotel) seperti diduga lebih rendah dari tahun lalu. Saya tadi sempat telpon beberapa daerah Solo, Jogja, Bali memang turun,” tutur Hariyadi. (Red)