Specta Banget! Cara OMK Warak Jawab Kegelisahan Gen Z Lewat Turnamen Futsal

SUARAMUDA.NET, SLEMAN — Pernahkah kamu merasa berada di tengah keramaian, tapi tetap merasa sendirian? Pernahkah kamu merindukan sebuah tempat di mana kamu bisa menjadi dirimu sendiri, tanpa topeng, tanpa jaim?

Di era pasca-pandemi yang serba terhubung secara digital namun seringkali terasa renggang secara emosional, perasaan ini mungkin sudah menjadi sahabat karib bagi banyak dari kita.

Kegelisahan inilah yang dirasakan oleh sekelompok anak muda di Sleman, dan mereka memutuskan untuk tidak hanya diam. Mereka bergerak.

Kisah ini berawal dari Orang Muda Katolik (OMK) Santo Petrus Warak. Seperti banyak komunitas anak muda lainnya, mereka menghadapi sebuah tantangan besar: bagaimana membuat komunitas tetap relevan dan menjadi magnet di saat dunia digital menawarkan ribuan distraksi lain?

Dari obrolan-obrolan santai, muncullah sebuah refleksi yang mendalam. Mereka gelisah melihat teman-teman sebaya yang perlahan menarik diri, lebih memilih interaksi di layar gawai ketimbang perjumpaan tatap muka.

Alih-alih menyalahkan keadaan, mereka justru bertanya ke dalam: “Sudahkah kita menciptakan ruang yang benar-benar mereka butuhkan?”

Dari Kegelisahan Menjadi Sebuah Gerakan

Mikael Maria Ansera, yang kemudian didapuk menjadi Ketua Panitia, menceritakan proses lahirnya ide ini.

“Ini bukan proyek instan. Ini adalah buah dari keprihatinan kami bersama. Kami melihat ada gap antara apa yang komunitas tawarkan dengan apa yang sebenarnya dicari oleh anak muda sekarang. Kami butuh sebuah ‘rumah’ baru,” tuturnya.

Konsep “rumah” ini menjadi kata kunci. Rumah bukanlah sekadar tempat pertemuan rutin yang kaku. Rumah adalah ekosistem di mana setiap individu merasa aman untuk bertumbuh, di mana setiap talenta, sekecil apa pun, mendapat panggungnya.

Rumah adalah tempat di mana kita bisa “Mengenali Diri, Menyuarakan Asa, dan Melangkah Bersama”. Tiga frasa inilah yang akhirnya diangkat menjadi tema besar dari gerakan yang mereka namai Specta.

“Specta itu singkatan dari Spectare, bahasa Latin yang artinya melihat atau menyaksikan. Harapannya, acara ini menjadi momen di mana kita bisa saling menyaksikan talenta teman-teman kita, dan dunia bisa menyaksikan bahwa anak muda itu punya energi positif yang luar biasa,” jelas Mikael.

Babak Pertama: Lapangan Futsal Sebagai Teras Rumah

Untuk membangun rumah, mereka memulai dari “teras depan”—sebuah tempat yang paling mudah diakses dan paling seru untuk berkumpul: lapangan futsal. Maka, digelarlah “Specta Futsal Competition” sebagai acara pembuka.

Selama dua akhir pekan, pada 4-5 dan 11 Oktober 2025, arena Bedjo Futsal di Sleman berubah menjadi lebih dari sekadar arena olahraga. Ia menjadi saksi bisu terjalinnya kembali koneksi yang sempat renggang.

Sebanyak 14 tim dari 12 paroki dan 2 stasi di Kevikepan Yogyakarta Barat ikut serta. Di atas lapangan, tensi pertandingan memang tinggi. Tekel keras dan adu strategi tak terhindarkan.

Namun, pemandangan paling mengharukan justru terjadi di luar garis lapangan. Pemain dari tim yang berbeda, yang mungkin lima menit sebelumnya saling sikut, kini bisa duduk bersebelahan, berbagi botol minum, dan tertawa bersama.

Para suporter yang datang dari berbagai penjuru, tidak hanya meneriakkan yel-yel untuk timnya, tapi juga memberi tepuk tangan untuk gol indah dari tim lawan.

“Di momen itulah kami merasa konsep ‘rumah’ ini benar-benar hidup. Persaingan ada, tapi persaudaraan jauh lebih besar. Itu yang paling mahal,” kata Mikael.

Setelah melalui laga-laga yang ketat, OMK Paroki Santo Yohanes Paulus II Brayut berhasil keluar sebagai juara pertama, disusul oleh OMK Paroki Santo Yakobus Klodran sebagai juara kedua, dan OMK Paroki Theresia Lisieux Boro di posisi ketiga. Namun, piala yang mereka angkat seolah menjadi simbol kemenangan bagi semua yang hadir.

Rumah dengan Banyak Pintu: Merangkul Semua Talenta

Gerakan Specta tidak berhenti di lapangan hijau. Panitia sadar betul bahwa talenta anak muda itu berwarna-warni. Ada yang jago menggocek bola, ada yang piawai melukis, dan ada pula yang ahli strategi di dunia maya. Rumah yang ideal harus punya banyak pintu masuk untuk setiap minat yang berbeda.

Karena itulah, rangkaian Specta berlanjut. Pada 19 Oktober 2025, akan ada panggung bagi mereka yang berekspresi lewat visual melalui Lomba Melukis.

Di hari yang sama, dunia digital pun dirangkul lewat Kompetisi E-sports Mobile Legends. Ini adalah sebuah pesan kuat: tidak ada talenta yang lebih superior dari yang lain. Semua punya tempat, semua berharga.

Puncak dari semua energi, kreativitas, dan kebersamaan ini akan ditutup dengan momen reflektif dalam Ekaristi Kaum Muda (EKM) pada 26 Oktober. Sebuah momen untuk bersama-sama mengucap syukur atas “rumah” yang telah mereka bangun kembali.

Kisah Specta dari OMK Warak ini lebih dari sekadar laporan kegiatan. Ini adalah cerminan dari sebuah generasi yang menolak untuk pasif.

Mereka menunjukkan bahwa saat dihadapkan pada kegelisahan, jawaban terbaik adalah menciptakan solusi bersama. Mereka mengajarkan kita bahwa komunitas terkuat bukanlah yang paling banyak anggotanya, melainkan yang paling terasa seperti rumah. (Red)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like