Kue “Kontol Kejepit”: Dari Nama Nyeleneh Jadi Warisan Budaya, Cerita Manis dari Tanah Bantul

Sepiring kue kontol kejepit. (Foto: Danangtrihartanto/Wikimedia Commons/CC BY-SA 4.0)

SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Di antara segudang jajanan pasar Jawa, ada satu kue yang namanya bikin orang otomatis nengok dua kali: kue kontol kejepit.

Tenang dulu, ini bukan lelucon—kue asal Bantul, DIY, ini justru sudah resmi tercatat sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia, lho!

Lebih dikenal dengan nama tolpit atau adrem, kue ini bukan cuma sekadar camilan manis yang renyah di luar dan lembut di dalam, tapi juga punya makna budaya dan filosofi yang dalam banget

Dari Panen Padi ke Doa untuk “Kehidupan yang Adhem”

Menurut situs resmi Pemprov DIY, adrem dulunya jadi bagian dari tradisi panen masyarakat pedesaan.

Kue ini sering dijajakan dengan sistem barter—ditukar dengan hasil panen padi sebagai bentuk syukur kepada Dewi Sri, sang dewi kesuburan dalam mitologi Jawa.

Nggak heran kalau kue ini juga dianggap simbol pengampunan, perlindungan, dan ketenteraman hidup. Dalam bahasa Jawa, hidup yang “adhem” artinya tenteram dan damai.

Sampai sekarang, tolpit masih sering muncul di acara adat atau selamatan sebagai bentuk doa agar hidup selalu adem ayem.

Teknik “Dijepit” yang Jadi Ciri Khas

Kalau kamu pikir ini cuma soal nama, salah besar. Daya tarik utama adrem justru ada di cara pembuatannya.

Campuran tepung beras dan gula jawa digoreng dengan teknik khusus pakai tiga bilah bambu atau sumpit, membuat adonannya “terjepit” dan membentuk siluet unik yang khas.

Hasilnya? Tekstur crunchy di luar, empuk di dalam, dengan aroma gula jawa yang menggoda.

Salah satu pembuat tolpit, Kisminah, bilang kalau teknik itu wajib dipertahankan.

“Kalau nggak dijepit, bentuknya kayak apem biasa. Tapi kalau dijepit, jadi khas banget,” ujarnya.

Beberapa perajin lain seperti Mardinem juga masih mempertahankan cara tradisional ini supaya rasa dan makna adrem tetap otentik.

Kenapa Namanya “Kontol Kejepit”?

Nah, ini bagian yang paling sering bikin orang ngakak duluan. Nama “kontol kejepit” muncul karena bentuk kue ini—kalau dilihat sepintas—katanya mirip alat vital pria (ya, begitulah imajinasi warga).

Tapi jangan buru-buru suudzon, karena menurut beberapa pembuatnya, nama itu bukan soal bentuk, melainkan cara membuatnya yang dijepit pakai sumpit.

“Mungkin karena dijepit tiga sumpit itu, terus diangkat, makanya disebut gitu,” kata Mardinem santai.

Jadi, bukan niat nyeleneh ya, tapi justru bagian dari tradisi unik masyarakat Bantul yang punya humor tersendiri dalam menamai makanan.

Dari Pasar Tradisional ke Panggung Nasional

Dulu, tolpit cuma bisa kamu temui di pasar-pasar kecil di Bantul. Tapi sekarang, pamornya melejit setelah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

Artinya, kue yang dulu cuma jadi teman ngopi warga desa, kini diakui secara nasional sebagai bagian dari kekayaan kuliner dan filosofi Jawa yang patut dilestarikan.

Dengan cita rasa manis legit, aroma gula jawa yang khas, dan cerita panjang di baliknya, tolpit bukan cuma jajanan, tapi warisan rasa dan makna dari tanah Bantul yang tak lekang oleh waktu. (Red)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like