
SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Saat ini Pemerintah Kota Semarang sedang melangsungkan gelaran lanskap Semarang Kota Pelabuhan lewat pameran bertajuk Jalur Sutra Maritim yang diselenggarakan di Gedung Oudetrap, Kota Lama, Semarang sejak 3 hingga 8 Oktober 2025.
Direktur Sino-Nusantara Institute Ahmad Syaifuddin Zuhri mendorong agar Kota Semarang terus menguatkan perannya sebagai pusat peradaban dunia melalui pengembangan wisata heritage berbasis Jalur Sutra Maritim.
Menurut Zuhri, panggilan akrabnya, posisi strategis Semarang sebagai kota pelabuhan menjadi simpul penting perdagangan dan pertukaran budaya, termasuk kehadiran rombongan kapal di bawah komando Laksamana Ceng Ho.
Peran historis tersebut perlu terus diperkuat melalui kegiatan pameran, promosi budaya, dan pengembangan destinasi wisata tematik yang terhubung dengan sejarah jalur sutra maritim.
“Semarang bukan hanya kota pelabuhan. Lebih dari itu, Semarang adalah titik temu peradaban. Maka, pameran ini bisa kita maknai sebagai momen penting untuk memperkenalkan warisan sejarah. Harapannya, ke depan bisa membuka peluang kerja sama internasional baik dalam bidang pariwisata, budaya, hingga bisnis dan investasi, ”ujar Zuhri, Selasa (7/10/2025).
Kota Semarang, imbuhnya, juga telah secara resmi menjadi bagian dari City Alliance Maritime Silk Road (CAMSR) atau Aliansi Kota Pelestarian Budaya Konservasi Jalur Sutera Maritim yang berbasis di Guangzhou, China.
“Jadi, event ini bisa memperkuat, memperteguh, jalinan kerja sama dan membangun trust. Mudah-mudahan, kota maritim ini juga bisa menjadi lanmark Kota Semarang ke depan, “tambahnya.
Lewat lembaga pengkajian, konsultan dan jejaring yang dipimpinnya, Zuhri siap mendukung kebijakan pemerintah kota dalam memperkuat kawasan heritage.
Pimpinan lembaga Sino-Nusantara Institute yang menjadi kurator dan salah satu kolaborator dalam pameran yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkot Semarang ini memberikan gambaran bahwa
ke depan Kota Semarang bisa mewujudkan museum Maritim Laksamana Ceng Ho serta pemgembangan Kawasan Pecinan yang kemudian dipoles menjadi China Town.
“Jadi, lebih tertata, rapi, dan mempunyai value. Spot-spot ini diharapkan bisa menjadi pusat edukasi, diplomasi budaya, sekaligus destinasi unggulan di Kota Semarang, “ujarnya.
Direktur Sino-Nusantara Institute yang juga dosen FISIP UIN Walisongo Semarang ini juga mengajak seluruh elemen masyarakat turut menjaga dan mempromosikan kekayaan budaya Kota Semarang.
Sebagai informasi, event The Maritime Silk Road Exhibition ini berlangsung 3–8 Oktober 2025. Di dalamnya ada pertunjukan budaya, pameran sejarah, hingga replika artefak peninggalan Laksamana Cheng Ho. (Red)