Matinya Etika Lingkungan BEM Universitas Trunojoyo Madura

SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Festival Budaya merupakan kegiatan tahunan yang termasuk rentetan dari kegiatan PKKMB di Universitas Trunojoyo Madura.

Kegiatan yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Trunojoyo Madura secara umum diharapkan menjadi wadah positif bagi mahasiswa dalam berkarya dan memperkenalkan budaya daerah asal setiap mahasiswa.

Namun, di balik semaraknya acara, sering kali tersisa pemandangan yang kurang mengenakkan, tumpukan sampah berserakan di sekitar lokasi kegiatan.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan mengenai tanggung jawab panitia dan kesadaran lingkungan mahasiswa. Hal yang seharusnya tidak terjadi dikalangan kampus dengan penghuni para pengemban amanah social agent of change.

Permasalahan sampah pasca-event ini muncul karena beberapa faktor. Pertama, kurangnya kesadaran anggota panitia maupun peserta dalam menjaga kebersihan. Kedua, budaya “acara selesai berarti tanggung jawab selesai” masih melekat, sehingga kebersihan kerap terabaikan.

Kebiasaan ini sangat mencoreng citra mahasiswa yang selalu menggaungkan kaum akademis tapi tidak mencerminkan nilai-nilai akademisinya. Fakta ini tidak bisa menjadi tauladan yang baik bagi masyarakat.

Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) sebagai organisasi mahasiswa terbesar di kampus, yang seharusnya menunjukkan sikap bertanggung jawab dan peduli lingkungan malah sebaliknya yaitu menjadi biang permasalahan membiarkan sampah berserakan pasca event.

Miris melihat perilaku buruk ini terpelihara terlebih lagi dilakukan oleh para kaum akademis yang merupakan ujung tombak dari kemajuan bangsa.

Jalan menuju ke gerbang kampus yang harusnya bersih dan nyaman dilewati, sudah tak lagi elok dipandang karena kelalaian panitia penyelenggara. Jika hal ini masih berlanjut kita akan bisa melihat masa depan yang buruk bagi bangsa Indonesia ini.

Untuk menghindari masalah ini terulang lagi setiap panitia event kampus terutama Badan Eksekutif Mahasiwa yang menjadi organisasi terbesar di kampus perlu memasukkan program kebersihan sebagai bagian dari rencana acara, termasuk membentuk tim khusus pasca event.

Kedua, menanamkan peduli lingkungan melalui aturan tegas dan sanksi bagi panitia atau peserta yang abai.

Ketiga, BEM dapat menginisiasi kampanye “green event” sebagai wujud komitmen menjaga kebersihan dan berkelanjutan lingkungan kampus.

Kebersihan merupakan tanggung jawab bersama. Jika mahasiswa khususnya BEM tidak mampu membeperbaiki kebiasaan buruk ini, maka kegiatan mahasiswa tidak akan menjadi contoh yang bisa memberikan dampak positif dan juga tidak bisa meninggalkan kesan baik bagi lingkungan kampus apalagi bagi masyarakat.

Hal semacam ini bukanlah sekedar masalah
kecil yang bisa diabaikan, melainkan cerminan kedewasaan sebuah organisasi kemahasiswaan.

Sebab, justru dari hal-hal kecil seperti inilah, yang bisa memberikan dampak yang besar bagi bangsa atau pun negara. (Red)

*) Fajar Agung Cahyo Pratama, mahasiswa Prodi Pendidikan Informatika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Trunojoyo Madura

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like