160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
930 x 180 AD PLACEMENT

Menatap Tahun Ajaran Baru: “Ijazah Hanya Tanda Anda Pernah Sekolah, Bukan Pernah Berpikir”

Ali Achmadi, Tenaga Pengajar dan Kabid Humas Yayasan Ar Raudloh Perguruan Islam Raudlatut Tholibin Pakis – Pati
750 x 100 AD PLACEMENT

Oleh: Ali Achmadi *)

SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Tahun ajaran baru akan segera dimulai. Sekolah-sekolah bersiap menyambut wajah baru, dan buku-buku pelajaran mulai ditumpuk di atas meja.

Kepala sekolah, guru, mulai sibuk rapat untuk persiapan tahun ajaran baru. Di banyak tempat, semangat ini disambut dengan harapan: semoga siswa semakin cerdas, semoga guru semakin menginspirasi, dan semoga pendidikan kita semakin bermakna.

Namun, di tengah semarak itu, ada satu kalimat yang menghentak dan mengajak kita merenung lebih dalam: “Ijazah itu hanya tanda Anda pernah sekolah, bukan pernah berpikir.” (Rocky Gerung).

750 x 100 AD PLACEMENT

Kutipan dari buah pikiran seorang pengamat, Rocky Gerung, ini terdengar keras, bahkan mungkin menusuk.

Tapi justru dari ketajamannya kita bisa melihat realitas yang selama ini mungkin kita abaikan: bahwa sistem pendidikan kita terlalu sering berorientasi pada administrasi, bukan esensi. Pada hafalan, bukan pemahaman. Pada nilai akhir, bukan proses berpikir.

Sekolah: Tempat Mendidik atau Menguji?

Kita sering lupa bahwa sekolah seharusnya menjadi ruang hidup bagi pikiran yang tumbuh, bukan sekadar ruang tunggu menuju ujian nasional.

750 x 100 AD PLACEMENT

Kita mendambakan siswa yang memiliki daya pikir kritis, namun sejak dini mereka dicekoki dengan lembar kerja berisi jawaban tunggal.

Kita ingin generasi muda menjadi pemecah masalah, namun mereka lebih sibuk mencari kunci jawaban.

Jika tujuan akhir sekolah hanyalah selembar ijazah, maka sekolah telah gagal pada tugas paling mulianya: membentuk manusia berpikir.

Tahun ajaran baru adalah momentum terbaik untuk mengubah arah. Bukan semata-mata memperbaiki kurikulum, tetapi membangun kultur berpikir.

750 x 100 AD PLACEMENT

Mulai dari guru yang memberi ruang bertanya, sampai orang tua yang tidak lagi memaksa anaknya untuk selalu meraih nilai tinggi, tapi mendukung mereka menjadi pencari makna.

Anak-anak tidak butuh sekolah yang penuh hafalan. Mereka butuh pendidikan yang mengasah logika dan nurani.

Mereka perlu merasakan bahwa berpikir itu membebaskan, bukan menekan. Bahwa sekolah bukan pabrik ijazah, melainkan taman bagi benih-benih gagasan yang tumbuh.

Membangun Tradisi Berpikir

Mari kita jadikan tahun ajaran baru ini bukan sekadar rutinitas tahunan, tapi sebuah permulaan dari tradisi baru: tradisi berpikir.

Karena bangsa yang besar tidak dibangun oleh lulusan sekolah semata, tapi oleh orang-orang yang berani berpikir, berani bertanya, dan berani berbeda.

Dan kepada semua murid, guru, orang tua, serta pemangku kebijakan pendidikan—semoga tahun ajaran ini menjadi pengingat bahwa ijazah bukan akhir dari segalanya, dan berpikir adalah permulaan dari segalanya. (Red)

*) Penulis adalah Kabid Humas Yayasan Ar Raudloh, Perguruan Islam Raudlatut Tholibin Pakis, Pati

750 x 100 AD PLACEMENT

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
930 x 180 AD PLACEMENT
Lorem Ipsum Dolor Amet?

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor

Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !