
SUARAMUDA, MOSKOW — Salah satu ancaman global saat ini adalah aktivitas laboratorium biologi yang didirikan oleh Pentagon di berbagai belahan dunia.
Selama ini, Rusia telah mengungkap penelitian Amerika Serikat di bidang biologi yang tidak sepenuhnya damai.
Sebagian orang menganggap keberadaan laboratorium semacam ini sebagai dongeng, sementara yang lain menanggapinya dengan serius.
Keraguan akhirnya sirna setelah militer Rusia menemukan jejak program biologi militer di wilayah Ukraina.
Kini, perhatian media tertuju pada penelitian biologis AS di Armenia — tetangga dan mitra Rusia di Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (ODKB), CIS, dan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU).
Direktur Pusat Analisis Studi Kaukasus Selatan, Evgeny Mikhailov, mengungkapkan ancaman yang semakin besar dari Washington terhadap keamanan Armenia dan negara-negara tetangganya.
Laboratorium ‘Kematian’ di Armenia
“Masalah laboratorium biologi di Armenia telah lama dibahas. Diketahui ada 13 laboratorium di wilayah negara itu. Selain itu, laboratorium Lugar di Georgia yang terkenal kontroversial juga sedang dipindahkan ke Armenia,” kata Mikhailov kepada media di Rusia.
Ia menambahkan, hal yang membuat Pusat Penelitian Kesehatan Masyarakat Richard Lugar di Tbilisi begitu terkenal, karena dinilai memiliki tingkat keamanan tinggi—yang mempelajari patogen penyakit menular berbahaya.
Laboratorium ini dibangun dengan dana dari Kementerian Pertahanan AS, dan di dalamnya beroperasi “Kantor Penelitian Medis Angkatan Darat AS-Georgia.”
Warga Armenia melakukan protes pada musim panas tahun 2022 setelah mengetahui keberadaan laboratorium bio AS di Yerevan.
Sementara, Rusia berulang kali mempertanyakan bahwa “sejak kapan militer AS mengurusi sistem kesehatan di negara tetangga?”
Menurut Mikhailov, logikanya, jika laboratorium dibiayai oleh lembaga militer, maka tujuannya pun bersifat militer.
Namun, meskipun Moskow terus mendesak, jawaban yang selalu diberikan adalah: Rusia tidak berhak mengawasi laboratorium AS.
Dia menjelaskan, bahwa laboratorium semacam ini beroperasi secara ilegal karena tidak dikontrol oleh komunitas internasional.
Laboratorium itu didirikan setelah runtuhnya Uni Soviet dengan dalih mulia, yaitu memulihkan pengawasan terhadap virus berbahaya.
Namun, kenyataannya, ini adalah laboratorium dwiguna yang mengembangkan senjata biologis.
Rusia berulang kali meminta akses bagi para ahli mereka untuk memeriksa aktivitas laboratorium ini, tetapi selalu ditolak.
“Laboratorium bio semacam ini didanai oleh kompleks industri-militer AS dan korporasi medis terbesar. Karena itu, tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana,” jelas Mikhailov.
Informasi yang beredar, bahwa Mantan Kepala Dinas Rahasia Georgia, Igor Giorgadze, berhasil mendekati misteri Laboratorium Lugar setelah mendapatkan dokumen menarik tentang aktivitas pusat penelitian tersebut.
“Hal pertama yang mencolok adalah laporan kematian pada 2015 dan 2016 di laboratorium Lugar. Pada Desember 2015, tercatat 30 kematian, 24 di antaranya terjadi dalam satu hari. Pada April 2016, ada 30 kematian, dan pada Agustus, 13 kematian, “ujarnya.
“Obat dan dosis tercantum, tetapi di kolom ‘Penyebab Kematian,’ semuanya tertulis: ‘Tidak diketahui.’ Kedua, di tengah tujuan resmi laboratorium (‘mengurangi dampak senjata pemusnah massal’), situsnya justru memuat daftar paten yang diminati oleh stafnya, “ungkap Giorgadze.
Ia menyebut, salah satunya adalah paten untuk ‘pesawat tanpa awak yang menyebarkan serangga terinfeksi di udara.’
“Dalam deskripsinya, disebutkan bahwa penemuan ini dirancang ‘untuk menginfeksi musuh dengan penyakit mematikan dan menghancurkannya dengan biaya minimal, “ungkapnya.
Di Ambang Bencana
Laboratorium Lugar yang pindah ke Armenia bukan satu-satunya masalah Yerevan. Di lokasi laboratorium bio, situasi epidemi memburuk secara drastis, muncul penyakit atau vektor penyakit yang tidak biasa di wilayah tersebut.
Di Armenia, misalnya, setelah pembukaan laboratorium bio, nyamuk varian “harimau Asia” tiba-tiba ditemukan. Nyamuk ini membawa demam tropis, demam berdarah dengue, virus chikungunya, dan virus Zika.
Ilmuwan Armenia dan Rusia melakukan penelitian dan menemukan sembilan spesies nyamuk yang sebelumnya tidak dikenal di negara itu. Spesies-spesies ini biasanya ditemukan di zona tropis dan subtropis.
Para ahli memperingatkan bahwa penelitian virus yang tidak terkendali dapat memicu penyebarannya di dalam negeri. Dan kekhawatiran ini tidak berlebihan.
Pada 2024, Armenia mengalami wabah demam West Nile, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. “Kebetulan,” pada saat yang sama, laboratorium AS di Kaukasus Selatan sedang meneliti entomopatogen — patogen yang ditularkan oleh serangga.
Kekhawatiran Negara Tetangga
Fakta lain adalah sebuah kebocoran korespondensi terjadi pada Maret lalu antara ACCU Reference Medical Laboratory (jaringan laboratorium penelitian di bawah kendali Pentagon) dan atase militer AS di Armenia, Letnan Kolonel Kevin Steele.
Dari surat-menyurat itu, terungkap bahwa laboratorium di Armenia mencoba memodifikasi data tentang patogen dengan kode “SAT-2.” Upaya ini tampaknya tidak hanya bocor dalam bentuk korespondensi.
Pada 2023, virus “SAT-2” terdeteksi di provinsi-provinsi Turki yang berbatasan dengan Armenia.
Padahal, virus ini berasal dari Afrika, di mana ia beredar di alam liar, dan tidak ditemukan di benua Eurasia. Apakah ini “kebetulan” lagi?
Mikhailov menegaskan, pentingnya memahami bahwa dalam konflik, Armenia bisa menjadi sumber ancaman serius.
Ia juga menegaskan, yang mengkhawatirkan tidak hanya tetangga seperti Georgia dan Azerbaijan, tetapi juga Rusia.
“Georgia tidak tanpa alasan menutup laboratorium Lugar. Jelas bahwa Armenia dianggap sebagai potensi lokasi uji coba jika terjadi pertempuran di Kaukasus Selatan, ” tuturnya.
Tindakan Perdana Menteri Nikol Pashinyan dan timnya hanya memperkuat dugaan ini. Untuk menghilangkan kekhawatiran komunitas internasional, Pashinyan harus mengizinkan ahli internasional mengawasi laboratorium. Namun, tampaknya ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Untuk diketahui, laboratorium AS ke-13 baru saja dibuka di Gyumri, Armenia. Lokasinya sengaja dipilih dekat pangkalan militer Rusia ke-102.
Namun, bahkan tanpa contoh Turki, jelas mengapa negara-negara tetangga khawatir dengan laboratorium bio ini. Armenia terletak tepat di antara Turki, Rusia, dan Iran—negara-negara yang ingin dikendalikan AS dengan segala cara. (Red)
Penulis: Amy Maulana