
SUARAMUDA, JOMBANG, JATIM – Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP) adalah media diskusi antar pesantren yang berfokus pada Bahtsul Masail (pembahasan masalah).
Tak tanggung-tanggung, forum musyawarah yang telah terselenggara ke-42 ini mencakup 260 pondok pesantren se-Jawa dan Bali yang diikuti oleh para santri sebagai peserta utama.
Adapun, kegiatan yang juga dihadiri perwakilan Mufti asal Selangor, Malaysia ini berlangsung di
Masjid Jami’ Bahrul Ulum kompleks Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur, Sabtu-Ahad (7-8/12/2024).
Delegasi dari Selangor, Ustadz Zubair dalam sambutannya mengapresiasi sistem musyawarah (Bahtsul Masail) yang lebih mengutamakan buah pikiran ulama sebagai rujukan utama Istimbath hukum.
Ia juga mengagumi para peserta yang selalu mengutip ibarat dalam Turots (Kitab akuning) sebagai dalil dalam mencari jawaban atas As’ilah (pertanyaan).
Ibarat atau rujukan yang diajukan oleh para peserta nantinya akan diuji serta divalidasi oleh dewan Mushohhih dan perumus sebagai penjaga gawang musyawarah yang dinilai lebih ahli dalam membedah kitab.
Untuk diketahui, para mushohih dan perumus ini diantaranya datang dari kalangan pengasuh pesantren terkenal di Jawa seperti Ponpes Lirboyo, Ponpes Langitan dan Ponpes Ploso.
Diantara para mushohhih tersebut antara lain KH. An’im Falahuddin, KH. Shobih Almuayyadz Aziz, H. Abdurrahman Kafabih, serta H. Adibussholih Anwar, yang juga sekaligus Ketua FMPP Pusat.
Tak Sekedar Debat Argumen
Melalui pemilahan referensi yang ketat inilah, hasil Bahtsul Masail tidak hanya berkutat pada argumentasi yang rasional. Tapi juga memiliki landasan hukum yang kuat, terlebih As’ilah yang dipersoalkan menyangkut problematika fiqh masa kini yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.
Salah satu soal yang diurai dalam Jalsah Ula, misalnya, Komisi A berhasil merumuskan jawaban terkait penggunaan Steamcell untuk peremajaan kulit dan regenerasi jaringan yang diduga Taghyiiru Kholqillaah (merubah struktur asal ciptaan Allah).
Berkenaan dengan ranah medis, FMPP menunjukkan keseriusannya dengan mendatangkan dokter ahli guna menjabarkan proses dan memberikan keterangan yang diperlukan.
Tentu sistematika seperti ini tidak hanya akan meningkatkan semangat literasi para santri, tapi juga daya kritis serta nalar aktif dalam problem solving.
Sebagai bentuk restu dan dukungan, hadir pula para ulama dan kiai ‘sepuh’ seperti KH. Anwar Mansur (Rois Syuriah PWNU Jatim), KH. Abdullah Kafabihi Mahrus (Lirboyo), KH. Ali Marzuki (Langitan), KH. Ma’mun (Ploso), dan KH. Achmad Hasan Hasibuan. (Tambakberas)
KH. An’im Falahuddin Mahrus dalam momen penutupan Bahtsul Masail Kubro menuturkan, ke depannya, forum diskusi seperti ini diharapkan akan semakin meluas dan selalu digandrungi para santri guna menyiapkan Mufti dan ahli hukum Islam di Indonesia.
Inputnya dapat dijadikan tambahan referensi dalam merumuskan undang-undang dan kebijakan pemerintah. (Red)
Penulis: Aulia Alvi Laila Camali Camalica
Tetap semangat para santri, demi negeri ini