
Oleh: Andri Rahman*)
SUARAMUDA, KOTA SEMARANG — Pilkada DKI Jakarta 2024 kembali mencuri perhatian dengan dinamika politik yang penuh kejutan dan pergulatan kekuatan antara para tokoh besar.
Dua pasangan calon yang kini menguasai peta persaingan di Jakarta adalah Ridwan Kamil-Suswono (Rido) dan Pramono Anung-Rano Karno (Prano), dengan latar belakang dukungan politik yang sangat signifikan.
Fenomena “dukung-mendukung” yang melibatkan tokoh-tokoh besar seperti Jokowi dan Anies Baswedan menambah dimensi baru dalam kontestasi ini. Mari kita ulas lebih dalam bagaimana peta dukungan ini memengaruhi Pilkada Jakarta.
Ridwan Kamil-Suswono: Didukung Jokowi, Mengusung Modernisasi
Pasangan Ridwan Kamil dan Suswono (Rido) menjadi salah satu kandidat yang paling banyak mendapat sorotan.
Ridwan Kamil, yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, dikenal dengan kepemimpinan yang modern, inovatif, dan terhubung erat dengan isu-isu perkotaan, yang tentunya relevan dengan Jakarta.
Dukungan dari Mantan Presiden Jokowi memperkuat posisi Rido dalam kompetisi ini. Jokowi, telah membangun citra sebagai pemimpin yang merakyat dan fokus pada pembangunan infrastruktur serta kemajuan teknologi.
Dengan basis pemilih yang kuat, terutama dari kalangan urban dan kelas menengah, Ridwan Kamil menjadi pilihan yang menawarkan kesinambungan dengan kebijakan Jokowi, tetapi dengan sentuhan baru yang lebih segar.
Selain itu, Suswono, yang berpengalaman di dunia politik dan berasal dari latar belakang Partai Gerindra, melengkapi pasangan ini dengan sentuhan kepemimpinan yang lebih tradisional dan konservatif, memberikan keseimbangan dalam pengelolaan Jakarta yang kaya akan dinamika sosial dan ekonomi.
Dukungan Jokowi tidak hanya berbicara soal popularitas, tetapi juga mencerminkan upaya koalisi yang solid di tingkat nasional.
Bagi Rido, dukungan ini merupakan keuntungan politik yang sangat besar, karena Jokowi adalah figur yang tidak hanya populer, tetapi juga memiliki pengaruh kuat dalam politik Indonesia.
Ini menjanjikan dukungan dari pemilih yang merasa nyaman dengan kelanjutan kebijakan pembangunan dan stabilitas politik yang ditawarkan oleh Jokowi.
Pramono Anung-Rano Karno: Dukungan Anies Baswedan, Mengusung Nasionalisme PDIP
Di sisi lain, Pramono Anung dan Rano Karno (Prano) merupakan pasangan yang mendapatkan dukungan Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta.
Dukungan Anies, yang sebelumnya menjadi figur utama dalam politik Jakarta, memberikan nilai tambah tersendiri.
Anies memiliki basis pemilih yang sangat kuat di Jakarta, terutama di kalangan warga yang merasa puas dengan kinerjanya selama menjabat.
Namun, setelah gagal maju sebagai calon dari partai lain, Anies memilih untuk mendukung pasangan yang diusung oleh PDIP.
Pilihan Anies untuk mendukung Prano menunjukkan adanya koalisi pragmatis yang dibangun antara dirinya dan PDIP, meski sebelumnya sempat bersaing dengan partai tersebut.
Ini menggambarkan adanya konsolidasi politik yang cukup kuat di balik pasangan Pramono Anung dan Rano Karno.
Dukungan dari Anies tidak hanya memberi keuntungan dalam hal popularitas, tetapi juga membuka jalan untuk menarik pemilih yang mendukungnya selama periode kepemimpinan sebelumnya.
Pramono Anung, seorang politisi senior PDIP, membawa kepercayaan dan pengalaman dalam mengelola pemerintahan, sementara Rano Karno, yang dikenal sebagai mantan Gubernur Banten, menawarkan sentuhan lokal yang mungkin lebih mudah diterima oleh kalangan pemilih yang menginginkan kepemimpinan yang dekat dengan akar rumput.
Dukungan dari PDIP juga mencerminkan soliditas partai besar yang ingin tetap mengontrol Jakarta, kota yang sangat strategis dalam politik nasional.
PDIP akan menggunakan kekuatan politiknya untuk memperjuangkan kemenangan di Pilkada Jakarta, dengan harapan dapat melanjutkan kebijakan yang lebih nasionalis dan berorientasi pada pembangunan infrastruktur.
Anies Baswedan: Mantan Gubernur yang Menjadi Katalis Dukungan
Salah satu faktor yang menarik dalam Pilkada Jakarta kali ini adalah peran Anies Baswedan. Meskipun sebelumnya ia hampir dicalonkan oleh PDIP, yang kemudian batal, keputusan Anies untuk mendukung pasangan Pramono Anung dan Rano Karno memberikan dampak besar pada peta politik Jakarta.
Anies memiliki pengaruh yang besar di kalangan pemilih Jakarta, dan meskipun ia tidak mencalonkan diri lagi, dukungannya bisa menjadi penentu dalam merebut suara pemilih yang loyal.
Dukungan Anies juga dapat dilihat sebagai upaya untuk menjaga hubungan baik dengan PDIP, yang mungkin juga berperan dalam pengaturan posisi politiknya di masa depan.
Keputusan ini juga bisa dipandang sebagai langkah pragmatis untuk menjalin kerja sama dengan kekuatan besar yang sudah terbukti berpengaruh di Jakarta.
Tantangan dan Peluang dalam Peta Politik Jakarta
Pilkada Jakarta selalu menawarkan tantangan yang besar, mengingat keragaman demografis dan kompleksitas sosial ekonomi kota ini.
Ridwan Kamil dengan pendekatan modern dan inovatif, dibandingkan dengan Pramono Anung yang lebih menonjolkan stabilitas dan kebijakan nasionalis, menciptakan dua pilihan yang sangat kontras.
Ridwan Kamil akan mengandalkan dukungan dari pemilih muda, kelas menengah perkotaan, dan mereka yang mendambakan perubahan dan inovasi.
Jakarta sebagai kota metropolitan yang sangat dinamis, membutuhkan figur yang dapat membawa terobosan dalam berbagai sektor, mulai dari transportasi hingga pengelolaan urbanisasi.
Pramono Anung, dengan dukungan dari PDIP dan Anies Baswedan, mengusung visi yang lebih mengarah pada kontinuitas dan kestabilan politik.
Pemilih yang menginginkan Jakarta dengan pemerintahan yang lebih terorganisir dan dekat dengan politik nasional, kemungkinan besar akan mendukung pasangan ini.
Siapa yang akan Jadi Pemenangnya?
Peta politik Pilkada Jakarta 2024 menunjukkan bahwa persaingan akan sangat ketat, dengan dua pasangan yang memiliki kekuatan dan basis pemilih masing-masing.
Ridwan Kamil dan Suswono mengusung semangat perubahan dan modernitas dengan dukungan kuat dari Jokowi, sementara Pramono Anung dan Rano Karno berusaha memanfaatkan dukungan dari Anies Baswedan dan soliditas politik PDIP untuk melawan rival mereka.
Kemenangan dalam Pilkada Jakarta kali ini akan bergantung pada siapa yang mampu merangkul lebih banyak pemilih, baik yang menginginkan perubahan maupun mereka yang mencari kestabilan dan kontinuitas.
Dengan kehadiran tokoh-tokoh besar di belakang kedua pasangan ini, Pilkada Jakarta kali ini tidak hanya sekedar memilih pemimpin daerah, tetapi juga mencerminkan pergeseran koalisi dan dinamika politik di tingkat nasional. Kita lihat hasilnya, hari ini !
*) Andri Rahman, mahasiswa Prodi Magister Pendidikan IPS FISIP UNNES