Pendidikan Pancasila, Benteng Karakter Mahasiswa di Era Digital

Tamara Aditha Kartika Putri, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta 2025

Oleh: Tamara Aditha Kartika Putri *)

SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Dharma Utama Perguruan Tinggi adalah mempersiapkan dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berintegritas.

Melalui berbagai bidang mata kuliah, Perguruan Tinggi dapat mentrasformasikan nilai-nilai kebajikan, keluhuran, dan keilmuan yang bisa bermanfaat bagi keberlanjutan kehidupan manusia.

Melalui Perguruan Tinggi, harapannya lulusan yang diperoleh dapat hidup lebih bermakna dan lebih berguna bagi diri-sendiri, orang lain, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan Pancasila merupakan mata kuliah umum yang diajarkan di Perguruan Tinggi. Pendidikan Pancasila adalah suatu cabang keilmuan yang mengajarkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar dalam membentuk karakter bangsa.

Sebagai cabang ilmu yang mengajarkan nilai-nilai Pancasila, tentunya Pendidikan Pancasila di tingkat Perguruan Tinggi tidak boleh diabaikan atau semacam formalitas saja.

Justru di tingkat Perguruan Tinggi inilah sosok warga negara baru dipersiapkan dapat mempertanggungjawabkan segala tingkah laku dan perbuatannya terhadap kebaikan dan kemajuan negara.

Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi harus dapat melatih mahasiswa berpikir kritis dan kongkrit sehingga dapat mempersiapkan sosok calon pemimpin yang berkepribadian unggul dan berintegritas.

Peran Pendidikan Pancasila di Era Digital

Di tengah gempuran era digital, mahasiswa sebagai objek pendidikan memiliki kesempatan berinteraksi jarak jauh, dapat mengakses segala macam informasi yang berkaitan dengan bidang keilmuannya, serta dengan mudahnya untuk mengembangkan diri.

Namun, tak dapat dipungkiri adanya pengaruh negatif yang didapat sangatlah kompleks. Pengaruh negatif dapat mengakibatkan lemahnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Contoh pengaruh negatif misalnya penyebaran berita hoax, penyebaran ujaran kebencian dan kurangnya toleransi keberagaman, krisis moral kesopanan dan kesusilaan, tindak kriminalitas meningkat, serta masih banyak lagi lainnya.

Mahasiswa sebagai objek pendidikan tentunya harus memiliki sikap selektif terhadap pengaruh yang muncul dari bebas berakses ini.

Para mahasiswa harus dibekali bagaimana cara memberikan andil bagi pembangunan bangsa. Mereka harus dipahamkan tentang tanggungjawab sosial. Mereka harus berkontribusi positif. Mereka harus dapat beradaptasi terhadap segala bentuk perubahan.

Melalui Pendidikan Pancasila, mahasiswa dituntut untuk berpikir kritis, dan selektif dalam menyaring sebuah informasi. Pendidikan Pancasila dapat membantu mahasiswa memahami dampak dari tindakan mereka di dunia maya.

Pendidikan Pancasila dapat menjadi landasan dalam pengembangan literasi digital yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila.

Dengan demikian, Pendidikan Pancasila dapat digunakan sebagai filter berbagai ancaman dan hambatan terhadap kemajuan bangsa. Pendidikan Pancasila berperan penting guna membangun generasi yang berkarakter Pancasila.

Peran Mahasiswa PBSI di Era Digital

Pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia terdapat mata kuliah umum Pendidikan Pancasila yang wajib diambil oleh mahasiswa. Mahasiswa dibekali dengan pendekatan keilmuan nilai-nilai yang dapat memperkuat karakter tunas bangsa tersebut.

Transfer nilai-nilai karakter bangsa dapat melalui mata kuliah yang terkait dengan karya sastra seperti drama film pendek, puisi, cerpen dan novel. Contoh nilai-nilai yang digali dan dikembangkan melalui perkuliahan seperti

Puisi

  • “Jembatan” (1998) karya Sutardji Cholzoum Bachri. Puisi ini menggali nilai-nilai keadilan sosial, kemanusiaan, solidaritas dan nasionalisme
  • “Sajak orang kepanasan” (1998) karya WS Rendra, Puisi-puisi ini menggali nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan demokrasi.

Cerpen

  •  “Anjing-anjing penjaga kuburan” (1997) karya Kuntowijoyo,
  • “Robohnya surau kami” (1959) karya AA Navis,
    Cerpen-cerpen tersebut menggali nilai ketuhanan, kemanusiaan dan keadilan sosial.

Film

  • “Jermal” (2005) yang menggali nilai ketuhanan, kemanusiaan, keadilan sosial, toleransi dan pantang menyerah.
  • “Belive” (2025) menggali nilai perjuangan, keberanian, dan pengorbanan

Novel

  • “Jejak Langkah”(2006) karya Pramoedya Ananta Toer
  • “Perawan Ramaja Dalam Cengkeraman Militer” (2001) karya Pramoedya Ananta Toer

Novel tersebut menggali nilai kemanusiaan, keadilan sosial, keberanian dan pantang menyerah.

Dalam perkuliahan ini, mahasiswa PBSI dituntut menggunakan berbagai media melalui pendekatan belajar berpikir kritis, mandiri, mampu berkomunikasi dengan lancar, kreatif, percaya diri, mudah beradaptasi, peduli kondisi lingkungan dan bangsa.

Melalui media digital, mahasiswa dapat memanfaatkan fasilitas digital yang ada untuk kelancaran kuliah dan mengembangkan diri.

Peluang dan Tantangan Nilai-Nilai Pancasila di Era Digital

Nilai adalah sesuatu yang berharga bagi kehidupan manusia tentang apa yang dianggap baik, benar, mengandung estetika, layak dan penting bagi lingkungan.

Nilai yang baik akan menjadi standar ideal bagi kehidupan manusia. Pancasila merupakan sumber nilai yang dijadikan pedoman manata kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila mengandung nilai ideal yang mendasari urusan kemaslahatan umat manusia.

Melalui ruang digital, nilai-nilai luhur Pancasila dapat ditransformasi melalui mata kuliah Pendidikan Pancasila. Mahasiswa diharapkan memahami, menganalisis, dan menjawab setiap permasalahan yang dihadapi secara konsisten.

Mahasiswa mampu mengambil peluang yang tersedia dan menjawab tantangan yang tersedia sehingga para mahasiswa ini ke depannya menjadi garda terdepan yang bertanggungjawab pada tetap tegaknya NKRI.

Penutup

Tantangan Pancasila di era digital bukanlah masalah yang sepele. Perlunya semua pihak berkolaborasi dan berkontribusi menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai nilai-nilai Pancasila.

Melalui Perguruan Tinggi nilai-nilai Pancasila dapat ditransformasi kepada mahasiswa melalui ruang digital. Termasuk juga mahasiswa PBSI mendapatkan transfer nilai-nilai Pancasila melalui berbagai karya sastra. (Red)

*) Tamara Aditha Kartika Putri, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta 2025

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like