
SUARAMUDA.NET, JEMBER — Aksara Kawi, jejak literasi kuno Nusantara yang dulu jadi bahasa prasasti dan lontar, kini makin jarang dikenal. Padahal, di Jember masih ada warisan berharga seperti Prasasti Congapan yang menyimpan cerita masa lampau.
Berangkat dari keresahan itu, sejarawan muda Jember Gazza Triatama Ramdhani menggagas program “Mangadhyayaksara: Membaca Jember Lewat Jejak Aksara”.
Acara ini bagian dari Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan 2025 yang difasilitasi BPK Wilayah XI Jawa Timur dan didukung komunitas sejarah lokal.
Dua Hari Belajar Aksara Kawi
Mangadhyayaksara akan digelar 20–21 September 2025 di Balai Kecamatan Sukorambi, Jember.
Selain materi, peserta juga diajak praktek membaca dan menulis aksara Kawi di media lontar. Jadi bukan cuma teori, tapi langsung merasakan pengalaman seru belajar aksara kuno.
Gerakan Kolektif Anak Muda
Mangadhyayaksara lahir dari semangat kolaborasi. Mahasiswa dari UIN KHAS, Universitas Jember, hingga UM Jember, bersama komunitas budaya dan peneliti lokal, ikut jadi bagian dari gerakan ini.
“Banyak orang tahu situs sejarah, tapi jarang yang bisa membaca prasasti Kawi. Padahal di situlah identitas kita tersimpan,” kata Gazza.
Di tengah gempuran modernisasi, Mangadhyayaksara mengajak generasi muda untuk kembali mencintai sejarah.
Bukan untuk mundur ke masa lalu, tapi menjadikannya pijakan untuk memperkuat identitas lokal.
Gazza percaya, merawat budaya bisa dimulai dari langkah kecil: mengenal, memahami, lalu mencintainya.
Jangan Lewatkan!
Mangadhyayaksara terbuka untuk umum—mahasiswa, pegiat budaya, peneliti, atau siapa saja yang peduli sejarah.
Jadi, catat tanggalnya: 20–21 September 2025. Mari ikut merawat aksara Kawi, menghidupkan masa lalu, dan menulis masa depan Jember. (Red)