
SUARAMUDA.NET., VLADIVOSTOK, RUSIA – Dalam upaya memperkuat posisi Indonesia, khususnya Aceh, di kancah ekonomi internasional, Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haythar, menjadi pembicara utama dalam sesi bertajuk “The Greater Eurasian Partnership: New Paradigms for the Continent’s Development” pada Eastern Economic Forum (EEF) 2025, Kamis (4/9/2025).
Forum bergengsi yang berlangsung di Vladivostok, Rusia, ini menjadi ajang bagi para pemimpin dunia, pengusaha, dan ahli untuk membahas masa depan pembangunan di kawasan Asia-Pasifik dan Eurasia.
Kehadiran dan partisipasi aktif Wali Nanggroe Aceh menandakan semakin eratnya hubungan Indonesia-Rusia dan pengakuan terhadap potensi strategis Aceh sebagai gerbang ekonomi Indonesia di Samudera Hindia.
Konsolidasi Potensi Eurasia
Sesi yang dihadiri oleh Malik Mahmud membahas Peran Kemitraan Besar Eurasia (Greater Eurasian Partnership) sebagai sebuah inisiatif internasional yang komprehensif.
Inisiatif ini bertujuan untuk menciptakan kerangka integrasi yang terbuka dan inklusif di kawasan Eurasia yang luas, mencakup negara-negara dari Uni Ekonomi Eurasia (EAEU), ASEAN, serta kekuatan regional lainnya.
Diskusi menitikberatkan pada pentingnya mengonsolidasikan potensi dari berbagai negara, organisasi regional, dan asosiasi untuk menciptakan sinergi yang kuat.
Poin kunci lainnya adalah upaya menyelaraskan proses-proses ekonomi yang selama ini berjalan secara paralel, serta mengoordinasikan proyek-proyek pembangunan nasional dan regional agar saling melengkapi, alih-alih bersaing.
Peran dan Partisipasi Indonesia di EEF 2025
Partisipasi Wali Nanggroe Aceh di EEF 2025 bukan sekadar kunjungan seremonial. Keikutsertaan Indonesia, yang diwakili oleh figur penting seperti Malik Mahmud, mencerminkan strategi Indonesia untuk terlibat aktif dalam membentuk arsitektur ekonomi baru di Eurasia.
Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN dan poros maritim dunia, Indonesia melihat peluang besar dalam integrasi Eurasia.
Kemitraan ini sejalan dengan visi Indonesia untuk membuka akses pasar yang lebih luas, menarik investasi asing, khususnya di sektor infrastruktur, energi, dan teknologi, serta memperkuat konektivitas perdagangan.
Aceh, dengan lokasi strategisnya yang menghadap langsung ke jalur pelayaran internasional Selat Malaka dan Samudera Hindia, diposisikan sebagai wilayah yang memiliki kepentingan dan potensi strategis dalam inisiatif ini.
Keikutsertaan Malik Mahmud dipercaya dapat membawa perspektif unik tentang peran daerah otonomi khusus dalam memperkuat hubungan ekonomi internasional.
Forum Ekonomi Timur 2025: Jembatan Menuju Masa Depan
Eastern Economic Forum (EEF) merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan di Vladivostok atas inisiatif Presiden Rusia Vladimir Putin. Forum ini telah menjadi platform vital untuk membahas pengembangan ekonomi Rusia di Timur Jauh dan memperkuat hubungan ekonomi internasional di kawasan Asia-Pasifik.
EEF 2025 mengusung tema besar tentang percepatan pembangunan dan kerja sama di tengah landscape geopolitik dan geoekonomi global yang terus berubah.
Forum ini dihadiri oleh ribuan peserta dari puluhan negara, termasuk kepala negara, menteri, CEO perusahaan multinasional, dan investor.
Kehadiran perwakilan dari Indonesia pada forum ini diharapkan dapat semakin mendorong realisasi dari berbagai potensi kerja sama, tidak hanya di tingkat federal tetapi juga di tingkat daerah, memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra yang krusial dalam pembangunan kawasan Eurasia yang lebih terintegrasi dan makmur. (Red)
Penulis; Amy Maulana