
SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Dunia kembali dikejutkan dengan tragedi di Gaza, Senin (25/8), Rumah Sakit Nasser jadi sasaran serangan Israel. Ledakan itu menewaskan sedikitnya 20 orang—mulai dari pasien, tenaga medis, hingga jurnalis yang tengah meliput.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, langsung angkat suara. Dalam rapat kabinet di Provinsi Bitlis Timur, Erdogan dengan lantang menyebut Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu sebagai penjahat perang haus darah.
“Israel mengebom rumah sakit hari ini, menewaskan lima jurnalis, dan penjahat Netanyahu melanjutkan pembantaiannya di Gaza,” tegas Erdogan, dikutip dari Anadolu Agency.
Menurut Erdogan, apa yang dilakukan Israel bukan sekadar serangan militer, tapi sudah masuk kategori genosida. Ia menyebut agresi brutal Israel sebagai upaya menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan.
Media Saba juga mengutip Erdogan yang menegaskan, Netanyahu dan pemerintahannya “tanpa henti” menebar kekejaman.
Kecaman terhadap Israel ini tak hanya datang dari Turki. Sejumlah negara Arab, seperti Arab Saudi, Kuwait, dan Yordania, juga menyuarakan hal serupa: Israel telah melakukan genosida di Gaza.
Jejak Hukum Internasional
Serangan ke fasilitas kesehatan jelas menambah daftar panjang dugaan pelanggaran hukum internasional oleh Israel.
Dalam Konvensi Jenewa 1949, rumah sakit dan tenaga medis masuk dalam objek sipil yang wajib dilindungi. Menyerang mereka termasuk pelanggaran serius (grave breaches).
Lebih jauh, Statuta Roma 1998—landasan Mahkamah Pidana Internasional (ICC)—secara eksplisit menyebut penyerangan terhadap warga sipil, jurnalis, dan fasilitas kesehatan sebagai kejahatan perang (war crimes).
Dengan demikian, langkah Israel di Gaza bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi bisa menjadi dasar tuntutan hukum internasional terhadap Netanyahu.
Pantaskah Netanyahu Dicap Penjahat Perang?
Erdogan menegaskan, pembantaian yang terus berlangsung di Gaza sudah cukup untuk menyematkan label “penjahat perang” pada Netanyahu.
Desakan agar ICC turun tangan pun semakin kuat, seiring makin banyaknya bukti serangan yang menargetkan warga sipil.
Kini, pertanyaan besar menggantung: Pantaskah Benyamin Netanyahu dicap sebagai penjahat perang?
Bagi Erdogan, negara-negara Arab, dan jutaan warga dunia yang menyaksikan tragedi di Gaza, jawabannya mungkin sudah sangat jelas. (Red)