
Oleh: Tiara Zahrani *)
SUARAMUDA.NET., SEMARANG — Berita tentang sampah plastik yang menumpuk hampir terdengar setiap saat. Meski sebenarnya cukup darurat, karena plastik seringkali disepelekan, hal ini seolah menjadi biasa saja saat terdengar.
Hampir seluruh lapisan masyarakat dari segala penjuru di dunia bergantung pada penggunaan plastik, termasuk saya.
Tiap kali saya membeli sesuatu, saya selalu mendapatkan plastik meski terkadang saya menolaknya saat saya sedang sadar. Sayangnya, kesadaran ini belum terpupuk sempurna sehingga saya masih sering mengabaikannya.
Plastik memang tidak bisa lepas dari kita. Barang-barang di sekitar kita seperti makanan dan kebutuhan rumah tangga masih didominasi plastik, seperti bungkus bumbu dan peralatan mandi.
Bahkan saat membuang sampah pun, plastik selalu menjadi wadahnya. Saking bergantungnya manusia kepada plastik, saya hampir tidak bisa membayangkan akan bagaimana dunia jika plastik tidak pernah ada.
Dan saking bergantungnya manusia pada plastik, kebanyakan manusia menjadi tak bijak dalam menggunakannya sehingga kini dunia menjadi darurat sampah, khususnya di negeri tercinta ini.
Dilansir dari data goodstats.id, berdasarkan data SIPSN KLHK, plastik menyumbang 19,64% sampah atau 6,64 ton dari keseluruhan sampah sebanyak 33,79 ton pada tahun 2024.
Menurut peneliti ahli BRIN, Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia dengan urutan ke-2. Pada tahun 2024, sebanyak 250.000 ton sampah plastik masuk ke lautan.
Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang sampah lautan terbanyak dalam peringkat 10 besar.
Plastik biasa dijadikan tempat/alat alternatif karena kepraktisan penggunaannya. Plastik bersifat ringan, murah, mudah didapat, serta fleksibel.
Meski demikian, plastik juga bersifat tidak ramah lingkungan karena tidak mudah terurai sehingga akan menjadi sampah abadi yang menghiasi bumi ini.
Namun, sebagian besar dari masyarakat kita masih menyepelekan penggunaan plastik yang dianggap remeh karena keuntungan semu yang ditawarkan plastik tadi. Padahal, benda ringan ini sebenarnya sangat mengancam kehidupan manusia.
Faktanya, penggunaan plastik di Indonesia masih sangat masif dilakukan. Jenis-jenis plastik yang biasa digunakan adalah kantong plastik, botol kemasan plastik, tempat makan sekali pakai, serta plastik kemasan sachet.
Plastik-plastik ini juga-lah yang telah mengotori sebagian besar lingkungan seperti sungai dan laut.
Di negara ini, sebagian besar sampah plastik berakhir di tempat pembuangan maupun tercecer dan mencemari lingkungan.
Elemen tanah, angin, serta air sudah menjadi rumah bagi sampah plastik meski masih akan sangat lama terurai.
Dilansir dari umj.ac.id, menurut pakar kimia, plastik adalah jenis bahan polimer sintetik dengan struktur pembentuk senyawa yang panjang dan berantai.
Hal ini menyebabkan plastik susah terurai karena struktur berulang nan panjang ini mempersulit penguraian.
Lama waktunya bisa mencapai ratusan hingga ribuan tahun yang akibatnya juga dirasakan oleh manusia di masa depan.
Belum lagi bila ditambah plastik-plastik dari tahun yang akan datang, sampah plastik akan semakin menumpuk dan memenuhi bumi ini.
Plastik yang mencemari tanah, air dan angin tentu akan membahayakan lingkungan juga kehidupan makhluk hidup.
Sampah plastik akan melepaskan bahan kimia beracun ke dalam tanah sehingga mengganggu kesuburan tanah dan menghambat pertumbuhan tanaman.
Sampah plastik yang dibakar akan menghasilkan gas kimia beracun dan mikroplastik yang sangat berbahaya jika terhirup.
Sampah plastik yang mencemari air juga akan membahayakan ekosistem laut, kemudian mikroplastik yang termakan hewan laut pun bisa masuk ke tubuh kita.
Plastik memang ringan dan memudahkan, namun nyatanya malah membahayakan dan mengancam keberlanjutan lingkungan.
Plastik dapat membunuh kita secara perlahan-lahan, seperti pecahan mikroplastik yang masuk ke tubuh lewat alat masak plastik atau benda berplastik lain yang kita gunakan.
Pun, plastik adalah sampah abadi menyusahkan yang memenuhi bumi. Kita sebagai manusia harus bijak dalam menggunakan plastik demi keberlangsungan hidup bersama.
Hari demi hari, manusia semakin sadar dan kesadaran akan penggunaan plastik sudah banyak dilakukan.
Mulai banyak minimarket atau toko yang tidak menyajikan plastik dan mengharuskan pelanggan membawa kantung belanjaan.
Ada juga yang menyajikan plastik biodegradable atau plastik yang terbuat dari bahan yang mudah terurai mikroorganisme.
Meski demikian, tidak semua warung atau UMKM dapat melakukan hal serupa karena masih belum ada kesadaran atau ketidakmampuan finansial untuk menyajikan bahan biodegradable yang bernilai agak tinggi.
Kita bisa memulai perubahan lewat langkah-langkah kecil yang mampu kita lakukan untuk mengatasi masalah plastik ini.
Contoh pertama adalah memilah sampah plastik dan menjualnya ke sampah bank atau komunitas/lembaga pengolah limbah plastik.
Dewasa ini, zaman semakin canggih dan sampah plastik bisa didaur ulang bahkan dijadikan barang bermanfaat.
Sampah plastik yang dikumpulkan—contohnya botol plastik, dapat dihancurkan menjadi cacahan plastik yang siap diolah menjadi plastik kembali.
Cacahan plastik ini bahkan bisa diolah menjadi barang lain, misalnya paving block dan sepatu. Meski demikian, plastik yang didaur ulang juga menghasilkan mikroplastik dalam jumlah yang sangat banyak.
Plastik memang bisa didaur ulang, tetapi para ahli merekomendasikan untuk mengurangi sumber limbah daripada mendaur ulang kembali.
Memilah plastik memang langkah bijak, tetapi akan lebih bijak lagi jika kita mengurangi penggunaannya untuk meminimalisir sampah yang sangat jahat ini.
Kita bisa membawa kantung saat ingin berbelanja, membawa tempat makan kecil saat ingin jajan, atau membawa tumbler air minum.
Kita juga bisa membawa sendok atau sedotan sendiri dari rumah. Sudah banyak toko yang menjual barang-barang yang bisa menggantikan plastik seperti tadi dengan bermacam-macam jenis dan bentuk sehingga kita tidak perlu malu untuk dibilang “tidak keren”.
Langkah lain untuk meminimalisir plastik adalah membeli kebutuhan sehari-hari seperti deterjen dan sabun ke bulk store, toko yang menjual refill kebutuhan dasar.
Caranya kita tinggal membawa saja wadah ke toko kemudian mengisi wadah tersebut dengan barang yang kita beli.
Kita jadi tidak perlu menyampah plastik yang selalu menjadi wadah bagi barang kebutuhan yang dijual kebanyakan.
Meski demikian, bulk store di negara ini masih belum banyak dan kebanyakan orang masih belum mengetahuinya.
Tak jarang usaha bulk store menjadi bangkrut karena kurang laku di pasaran dan masih banyak yang berpikir bahwa membawa wadah untuk diisi sangat merepotkan.
Jika kebijakan pemerintah belum mampu mengatasi persoalan plastik ini, maka kita-lah yang memulainya.
Memulai perubahan memang tidak mudah. Kita harus merelakan kebiasaan yang dibantu kemudahan plastik dan merepotkan diri dengan membawa wadah/tempat kemana-mana.
Perubahan bisa terjadi karena ada kesadaran dan kemauan. Dengan langkah-langkah kecil seperti tadi, kita dapat menyelamatkan lingkungan dan seluruh makhluk hidup dari bahaya plastik meski hanya nol sekian persen.
Mari kita bangun kesadaran akan bahaya plastik dan meneruskan semangat perubahan ini ke orang-orang di sekitar kita demi keberlangsungan bumi dan isinya. (Red)
*) Tiara Zahrani, seorang mahasiswi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta