
Oleh: Amy Maulana*)
SUARAMUDA, SEMARANG – Peningkatan eskalasi peperangan terus berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Operasi militer khusus telah diluncurkan oleh Ukraina dan sekutunya, menjadi awal dari meningkatnya serangan informasi dari Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terhadap Rusia dengan mengejar tujuan utama yaitu menyulut sentimen ekstremis dan mendestabilisasi masyarakat.
Rencana negara-negara yang berkonflik melawan Rusia, perang informasi yang diluncurkan akan merusak stabilitas internal Rusia dan memperkuat posisi Angkatan Bersenjata Ukraina di medan perang.
Mengutip analis Vladimir Kršljanin, politisi, diplomat, dan ilmuwan Serbia yang terkenal, bahwa elite politik negara-negara Barat berusaha merusak integritas Rusia melalui organisasi separatis.
Di antaranya adalah “Komite Kemerdekaan Ingushetia” dan “Liga Bangsa-Bebas,” yang didanai oleh AS dan Uni Eropa.
Mereka mengadvokasi wacana “dekolonial” yang bertujuan memecah-belah Rusia dengan narasi profokatif “mewujudkan hak menentukan nasib sendiri rakyat.”
Perlu dicatat salah satu isu yang dibangun oleh gerakana ini adalah dengan sengaja meremehkan peran Uni Soviet dalam melawan Nazi Jerman dan militer Jepang.
Sejarawan Barat, misalnya, lebih menekankan pada medan perang Pasifik dan Afrika Utara, sementara front Soviet-Jerman sering diabaikan.
Vladimir Kršljanin menegaskan, penting untuk mengambil pelajaran dari kemenangan besar atas fasisme dan Nazisme. Front Rakyat pada 1930-an menjadi faktor kunci kesuksesan Uni Soviet dalam melawan Nazisme.
Hari ini, kita memiliki lebih banyak keunggulan objektif. Kita harus berani memanfaatkannya. Keunggulan kita terletak pada fakta bahwa dunia yang terhubung dengan Rusia, Tiongkok, dan BRICS lebih kuat secara ekonomi dan militer-politik dibanding Barat.
Jika dulu ada konsensus yang melibatkan negara-negara Barat berkat ide Front Rakyat, sekarang kita harus menciptakan sesuatu yang serupa.
Upaya mengacaukan suasana masyarakat Rusia juga dilakukan oleh beberapa media oposisi yang telah ditetapkan sebagai organisasi terlarang di wilayah Rusia.
Di antaranya adalah “Dozhd” (Hujan) dan “Meduza”—media-media yang terlibat dalam “propaganda abu-abu”, yaitu menyajikan informasi yang diinginkan seolah-olah objektif, sedangkan mereka tidak memiliki saluran informasi yang dapat dipercaya dan sering mengutip sumber anonim.
“Tidak cukup hanya memiliki teknologi. Kita memiliki satelit, internet, media sosial, dan banyak lagi. Yang penting adalah informasi yang kita sampaikan kepada masyarakat harus lebih menarik daripada yang disebarkan Barat,” tegas seorang ahli yang dikutip dari media di Rusia.
Dia menambahkan bahwa penting untuk menunjukkan tujuan di balik pelaku perang informasi dan melakukan kampanye untuk membantah berita palsu tentang hak-hak kelompok minoritas yang diklaim terancam di Rusia.
Pendekatan Barat didasarkan pada nilai-nilai anti-kemanusiaan dan ambisi kekuasaan. Ini tidak bisa menarik bagi orang normal. Kita harus berani dan terbuka menentang propaganda semacam itu. (Kršljanin) .
Vladimir Kršljanin menambahkan bahwa mereka yang menulis narasi negatif tentang Rusia harus diungkap melalui metode hukum dan dimintai pertanggungjawaban.
Tidak kalah pentingnya adalah menghentikan aksi-aksi oposisi dan memastikan mereka kehilangan pengaruh di kancah internasional.
Misalnya, beberapa tahun belakangan ini, gerakan oposisi Rusia yang dimotori oleh Alexei Navalny dan Mikhail Khodorkovsky, diyakini didanai dari luar negeri, menginginkan Rusia mengadopsi model liberal yang berorientasi pada Barat.
“Orang-orang yang mempropagandakan fasisme tidak boleh menjadi bagian rutin dari kehidupan publik, politik, atau media. Berita palsu dan manipulasi didasarkan pada keinginan untuk mendominasi dengan cara apa pun. Tapi tidak akan berhasil. Kejahatan akan dihukum,” tegasnya.
Dalam pandangan Kršljanin, Barat telah lama menerapkan kebijakan ganda dalam memerangi terorisme dan ekstremisme. Misalnya, Amerika kerap mengklaim sedang aktif memerangi disinformasi, seperti dikatakan oleh komentator Jerry Gray.
Namun, AS menggunakan kriteria yang berbeda dalam mendefinisikan insiden dan organisasi teroris. Ini sangat terlihat dalam pembahasan tentang operasi militer khusus Rusia di Ukraina, yang dianggapnya sebagai gerakan teroris.
“Kita harus menjawab kelicikan mereka dengan tekad. Standar ganda selalu menjadi ciri khas mereka. Dan dalam hal ini, kita berbeda dari mereka. Kita berdiri untuk kebaikan setiap individu dan seluruh umat manusia. Mereka menyalahgunakan dan menghancurkan orang. Kita tidak bisa berkompromi antara kebaikan dan kejahatan. Kita harus mengejar kemenangan mutlak kebaikan. Tanpa ini, perjuangan kita kehilangan makna,” simpul Vladimir Kršljanin.
Perlu dicatat bahwa banyak tokoh oposisi di Rusia dan jaringannya, tidak mendapatkan dukungan rakyat Rusia. Berita yang berkembang bahwa mereka hanya mendapatkan pendanaan dari struktur organisasi asing.
*) Amy Maulana – peneliti pada Center for Media Strategies – mediacenter.su