Membangun Pariwisata Bangka Belitung Tanpa Merusak Jati Diri Alamnya

Selly Yusnitasari, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bangka Belitung

Oleh: Selly Yusnitasari *)

SUARAMUDA, SEMARANG — Selain identik dengan tambang, Bangka Belitung juga memiliki potensi alam yang luar biasa. Keindahan alamnya yang terbentang luas—pantai berpasir putih, pulau-pulau kecil nan eksotis, dan laut biru yang nyaris tak tersentuh.

Namun sayangnya, potensi pariwisata masih diperlakukan sebagai “tambahan”, bukan sebagai aset utama yang bisa jadi penggerak ekonomi masa depan.

Saya percaya bahwa pariwisata yang dikembangkan dengan baik bisa membawa perubahan yang cukup besar.

Bukan hanya soal uang atau jumlah wisatawan, tapi soal bagaimana masyarakat lokal bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik tanpa harus mengorbankan alam mereka sendiri.

Inilah yang disebut pariwisata berkelanjutan—yang menumbuhkan ekonomi sekaligus melindungi budaya dan lingkungan.

Namun, yang saya khawatirkan adalah jika pariwisata dikelola asal-asalan, hanya mengejar keuntungan jangka pendek.

Kita bisa lihat contohnya di beberapa daerah lain: terlalu banyak hotel dibangun tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan, wisata massal merusak habitat, dan masyarakat lokal justru tidak mendapat manfaat langsung. Jangan sampai Bangka Belitung mengalami hal yang sama.

Perlu Dukungan Pemerintah

Kunci pariwisata Bangka Belitung ada pada keseimbangan: antara pengembangan dan pelestarian. Antara wisatawan dan masyarakat lokal. Dan antara modernitas dan kearifan lokal.

Pemerintah harus hadir sebagai pengarah, bukan hanya sebagai pengelola. Masyarakat harus diberdayakan, bukan hanya jadi penonton. Dan wisatawan harus diajak bertanggung jawab, bukan hanya jadi konsumen.

Contoh konkret yang bisa jadi inspirasi adalah pengembangan desa wisata seperti di Belitung Timur. Di sana, masyarakat mulai membangun homestay, menjual kerajinan tangan, dan menjadi pemandu wisata yang mengenalkan budaya lokal.

Ini adalah bukti bahwa ketika warga dilibatkan secara langsung, manfaat ekonomi lebih terasa dan pelestarian lingkungan pun menjadi bagian dari kesadaran bersama.

Tantangan Pariwisata Bangka Belitung

Tantangan ke depan tentu masih banyak. Akses ke beberapa destinasi wisata di Bangka Belitung masih terbatas.

Promosi pariwisata secara digital juga belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal. Tapi justru di situlah peluangnya.

Dengan kerja sama antara pemerintah daerah, pelaku usaha, dan generasi muda yang kreatif, pariwisata Bangka Belitung bisa tumbuh secara lebih inklusif dan berkelanjutan.

Saya membayangkan suatu hari nanti, Bangka Belitung dikenal bukan karena hasil tambangnya, tapi karena mampu menunjukkan wajah Indonesia yang ramah, indah, dan menjaga warisan alamnya.

Pariwisata bukan sekadar tempat berlibur, tapi juga jembatan untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua. Semoga! (Red)

*) Selly Yusnitasari, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bangka Belitung
**) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah, isi dan pesan dalam artikel bukan menjadi tanggung jawab redaksi

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like