
SUARAMUDA.NET, SEMARANG— Mimpi besar Timnas Indonesia untuk menjejakkan kaki di Piala Dunia 2026 resmi kandas.
Di bawah sorot lampu Stadion King Abdullah, Minggu (12/10) dini hari WIB, skuad Garuda takluk 0-1 dari Irak—hasil yang menutup perjalanan panjang penuh harapan itu.
Kekalahan ini menjadi akhir pahit dari perjuangan di Grup B ronde empat Kualifikasi Piala Dunia 2026. Indonesia harus puas menjadi juru kunci setelah kalah dari dua raksasa Asia, Arab Saudi (2-3) dan Irak (0-1).
Tiket menuju Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko pun lenyap, bersama dentum semangat yang sempat membara.
Perjalanan Timnas kali ini bukan tanpa drama. Dua pelatih besar menandai dua babak berbeda dalam kisah ini. Shin Tae-yong, arsitek asal Korea Selatan, membawa optimisme baru sejak babak pertama.
Ia menjadi simbol kebangkitan sepak bola nasional, hingga akhirnya kontraknya diputus lebih awal pada awal 2025—sebuah keputusan mengejutkan ketika Indonesia justru sedang berada di jalur positif.
Tongkat estafet kemudian berpindah ke tangan Patrick Kluivert, legenda Belanda yang datang bersama jajaran pelatih top Eropa. Harapan pun melangit. Namun, hasil di lapangan tak seindah narasi di atas kertas.
Dari delapan laga, Indonesia hanya mencatat tiga kemenangan, satu imbang, dan empat kekalahan—dihajar habis oleh Jepang, Australia, hingga Irak.
Secara statistik, Garuda kebobolan 15 gol dan hanya mampu mencetak 11. Permainan yang diharapkan penuh progres malah terasa kehilangan arah.
Semangat juang masih menyala, tapi strategi dan konsistensi tampak memudar di tengah tekanan level Asia.
Kini, babak Kualifikasi Piala Dunia 2026 resmi menutup kisah penuh luka itu. Garuda harus kembali menata sayap—menyusun ulang mimpi yang sempat retak di tanah Arab.
Sebab meski gagal kali ini, setiap jatuhnya Garuda selalu mengajarkan satu hal: bahwa mimpi besar tak pernah benar-benar mati, hanya menunggu waktu untuk kembali terbang lebih tinggi. (Red)