
SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Drama politik di Pati makin seru aja nih, bro! Isu pemakzulan Bupati Sudewo terus jadi bahan obrolan hangat, tapi pertanyaannya: emang bisa beneran kejadian atau cuma bakal jadi wacana doang?
Pengamat politik sekaligus dosen Undip, Nur Hidayat Sardini (NHS), kasih warning keras: jangan gampang ngebayangin pemakzulan bisa berjalan mulus. Menurutnya, gerakan sosial di Pati masih punya PR besar, terutama soal kekompakan.
“Kalau internalnya nggak solid, susah banget buat jaga konsistensi gerakan. Apalagi faktor luar juga bisa ikut campur dengan bentuk yang macam-macam,” ujar NHS, dikutip dari Indoraya.News, Minggu malam (24/8/2025).
Pemakzulan Itu Nggak Semudah Ngomongin di Warung Kopi
NHS ngingetin kalau ngedepak seorang bupati tuh nggak bisa asal. Semua harus lewat jalur hukum sesuai aturan undang-undang. Pansus DPRD wajib punya bukti yang kuat buat dikasih ke Mahkamah Agung.
“Harus ada kesalahan yang nyata. Misalnya melanggar UU Pemerintahan Daerah, sumpah jabatan, atau bikin keresahan publik,” jelas NHS.
Dari tiga poin itu, NHS menilai keresahan publik emang jadi aspek yang paling kentara di kasus Sudewo. Tapi ya, keresahan doang belum tentu cukup jadi senjata pamungkas.
Sudewo dan Jurus “Minta Maaf”
Menariknya, Bupati Sudewo disebut punya nyali lumayan gede. Beberapa kali dia blak-blakan minta maaf langsung ke masyarakat, bahkan waktu demo besar 13 Agustus lalu.
“Jarang lho ada pejabat yang berani hadapin massa yang lagi marah. Itu keberanian moral yang harus diapresiasi,” kata NHS.
Tapi jangan salah, bro. NHS juga bilang minta maaf nggak otomatis bikin urusan hukum kelar. “Semua tetap balik ke bukti, bukan asumsi. Ujungnya, hakim di Mahkamah Agung yang bakal nentuin,” tegasnya.
Kasus kayak gini sebenernya bukan hal baru. NHS ngingetin soal beberapa kepala daerah yang sempet dipecat, kayak Bupati Semarang Sudijatno (1999), Wali Kota Tegal Zakir (1998), sampai Bupati Garut Aceng Fikri (2013).
Waktu itu awalnya adem-adem aja, tapi begitu elite nasional ikut campur, barulah prosesnya jadi cepat. Nah, di kasus Sudewo ini, NHS ngeliat belum ada sinyal kuat dari elite nasional buat dorong pemakzulan.
Jalur KPK, Lebih Realistis?
Selain DPRD, NHS juga buka kemungkinan jalur hukum lewat KPK. Tapi ya gitu, prosesnya panjang dan ribet.
“Kalau lewat DPRD, terasa berat. Mungkin kalau KPK nemuin pelanggaran besar, baru bisa jalan. Tapi waktunya pasti lebih lama,” ujarnya.
So, apakah Sudewo bakal lengser? Menurut NHS, sementara ini masih berat. Belum ada dasar hukum dan politik yang cukup kuat buat jatuhin dia.
“Sekitar 60 persen, Sudewo masih aman. Belum ada perkembangan signifikan di DPRD,” bebernya.
Intinya, jalur pemakzulan lewat UU Pemerintahan Daerah memang nggak gampang. Jadi, buat sekarang, drama politik Pati ini kemungkinan masih bakal berlanjut. Stay tuned, bro! (Red)