0-1: Kekalahan Pahit Timnas U-23 Indonesia dari Vietnam–Siapa yang Harus Disalahkan?

POV: Laga Timnas U-23 (Garuda Muda) vs Vietnam di ajang Piala AFF U-23 2025. (dok istimewa)

SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Laga final Piala AFF U-23 2025 berakhir dengan pilu bagi Timnas Indonesia. Skor 0-1 untuk Vietnam bukan sekadar angka, tapi bukti betapa rapuhnya pertahanan Garuda Muda dan mandulnya lini serang.

Gol tunggal Vietnam dicetak oleh Nguyễn Văn Tùng pada menit ke-67, memanfaatkan blunder pertahanan Indonesia yang gagal membersihkan bola dari kotak penalti. Tapi, siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas kekalahan ini?

Pertama, mari kita bicara tentang pelanggaran fatal yang mengubah jalannya pertandingan.

Komang Teguh, bek tengah Indonesia, melakukan tackle keras pada menit ke-55 yang nyaris membuatnya diganjar kartu merah.

Wasit hanya memberi peringatan, tapi momen itu menjadi titik balik mental Vietnam yang semakin agresif.

12 menit kemudian, Nguyễn Văn Tùng—yang sudah mengancam sepanjang babak kedua—akhirnya merobek jala Ernando Ari setelah memanfaatkan kekacauan di kotak penalti.

Siapa yang salah di sini? Rizky Ridho, kapten tim, terlihat lamban dalam mengorganisir pertahanan.

Sementara itu, Marselino Ferdinan, yang diharapkan menjadi playmaker, justru hilang di bawah tekanan gelandang Vietnam.

Bahkan Witan Sulaeman, yang biasanya menjadi andalan serangan, tampak seperti bayangan diri sendiri—terlalu banyak sentuhan bola tanpa hasil akhir yang berarti.

Vietnam bermain lebih cerdas. Mereka memanfaatkan kelemahan sisi kiri pertahanan Indonesia, di mana Ferdinand Sinaga kerap kewalahan menghadapi serangan sayap.

Kiper Ernando Ari memang membuat beberapa penyelamatan penting, tapi satu kesalahan konsentrasi cukup untuk membunuh impian juara.

Strategi menggempur sejak menit awal justru membuat Indonesia kelelahan di babak kedua. Substitusi Hokky Caraka dan Rafael Struick terlambat—keduanya masuk ketika Vietnam sudah unggul dan bermain lebih defensif.

Ini bukan sekadar kekalahan, tapi pembelajaran berdarah. Timnas U-23 Indonesia punya bakat, tapi masih kekurangan kedewasaan dan ketajaman taktis.

Vietnam, di sisi lain, membuktikan bahwa disiplin dan efisiensi lebih penting daripada sekadar memiliki nama-nama besar.

Sebagai analisis singkat, Nguyen Van Tung (Vietnam) menjadi match-winner dengan gol tunggal di menit 67. Lalu, Komang Teguh (Indonesia) hampir dikartu merah karena tackle keras.

Kemudian, Rizky Ridho (Kapten Indonesia) kurang solid dalam mengorganisasi pertahanan. Diperparah Marselino & Witan (Indonesia) yang tidak maksimal dalam menciptakan peluang.

Vietnam menang karena lebih disiplin dan efisien, sementara Indonesia gagal memaksimalkan bintang-bintangnya

Timnas U-23 Indonesia tumbang bukan karena kurang bakat, tapi karena mentalitas yang rapuh di momen krusial.

Vietnam, dengan disiplin dan efisiensi, membuktikan bahwa sepakbola modern tak hanya butuh skill individu, tapi juga kecerdasan taktis dan ketahanan psikologis.

Blunder pertahanan (Komang Teguh & Rizky Ridho) dan serangan yang mandul (Marselino, Witan) menjadi titik kelemahan yang telak dimanfaatkan Vietnam.

Kekalahan ini harus jadi cermin pahit: Indonesia butuh lebih dari sekadar nama besar.

Butuh kematangan, kepemimpinan di lapangan, dan killer instinct—hal-hal yang masih menguap ketika lampu sorot final menyala. Jika tidak, kita hanya akan jadi tim yang menjanjikan, tapi tak pernah menjadi juara. (Red)

Penulis: Nashrul Mu’minin, Content Writer Yogyakarta

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like