
SUARAMUDA.NET, KEPULAUAN ANAMBAS, RIAU — Seni bela diri silat telah lama menjadi identitas budaya Indonesia yang tersebar di berbagai pelosok negeri.
Salah satu varian yang unik dan sarat makna adalah Silat Pisau Anambas, yang berkembang di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau.
Berbeda dengan silat pada umumnya yang menggunakan tangan kosong, seni bela diri ini memadukan gerakan silat tradisional dengan sepasang pisau, menciptakan sebuah pertunjukan sekaligus teknik bela diri yang memukau.
Bertemu Sang Maestro
Dr. Ahmad Fahrurodji, Tim Ahli Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia, dari Kementerian Kebudayaan belum lama ini berkunjung ke Anambas untuk memverifikasi keunikan Silat Pisau Anambas.
Mereka bertemu dengan Mahizi (72 tahun), yakni sang maestro yang tinggal di Desa Candi, Kecamatan Palmatak.
Menurut Mahizi, mempelajari Silat Pisau Anambas bukanlah hal biasa. Ada ritual khusus yang harus dilalui, termasuk penyiapan kain kafan sebagai simbol keseriusan dan kesiapan menghadapi risiko.
“Murid harus benar-benar yakin dan tulus, karena latihannya menggunakan pisau sungguhan,” ujarnya.
Tak heran, ketiga putranya sendiri memilih profesi lain, dan saat ini hanya ada empat murid yang masih aktif mempelajari seni bela diri ini.
Pentingnya Pelestarian Budaya Terluar Indonesia
Dr. Fahrurodji menekankan bahwa melestarikan warisan budaya seperti Silat Pisau Anambas bukan sekadar mengenalkan kekayaan seni, tetapi juga memperkuat identitas dan nasionalisme generasi muda.
“Masyarakat Anambas tidak hanya kaya akan alam, tapi juga budaya yang perlu dijaga,” ujarnya.
Dosen S2 Kajian Asia Tenggara FIB UI ini juga menyoroti posisi strategis Anambas sebagai wilayah yang pernah menjadi jalur interaksi budaya Melayu dan Asia Tenggara.
“Bahkan di sini ada makam orang Vietnam, yang menjadi bukti sejarah hubungan antarbangsa yang panjang,” tambahnya.
Peran Pemerintah dan Masyarakat
Selama kunjungan, tim dari Jakarta didampingi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Anambas, termasuk Kadisbudpar Effi Sjuhairi dan stafnya.
Kerja sama ini memudahkan proses verifikasi sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam melestarikan warisan budaya.
Fahrurodji berharap, upaya pelestarian tidak berhenti di sini. “Budaya adalah soft power yang bisa memperkuat identitas bangsa sekaligus diplomasi internasional,” ujarnya.
Dengan dukungan pemerintah dan kesadaran masyarakat, Silat Pisau Anambas bisa tetap hidup dan dikenal luas sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia.
Keberadaan Silat Pisau Anambas adalah bukti bahwa Indonesia masih menyimpan banyak warisan budaya yang unik dan penuh makna.
Di tengah arus modernisasi, seni bela diri ini tidak hanya perlu dilindungi, tetapi juga diangkat sebagai kebanggaan nasional.
Semoga kisah Mahizi dan murid-muridnya menginspirasi generasi muda untuk terus melestarikan warisan leluhur sebelum punah ditelan zaman. (Red)