Oleh: Mochammad Ilham F. *)
SUARAMUDA, SEMARANG — Di era digital seperti sekarang teknologi berkembang sangat cepat termasuk kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Banyak orang yang merasa takut akan kehadiran AI karena dianggap bisa menggantikan peran manusia dalam berbagai bidang.
Namun, apakah benar AI adalah ancaman bagi manusia? Atau justru sebaliknya, AI bisa menjadi teman dan pendukung bagi kita?
Kekhawatiran terhadap AI sebenarnya bukan hal baru. Sejak dulu, setiap ada teknologi baru selalu muncul rasa cemas akan perubahan yang dibawanya.
Dulu saat mesin uap ditemukan orang takut kehilangan pekerjaan. Begitu pula saat komputer mulai masuk ke kantor-kantor. Tapi nyatanya, teknologi justru membuka banyak peluang baru dan memudahkan hidup manusia. Hal yang sama juga berlaku pada AI.
Apa Itu AI?
Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk memahami apa itu AI. AI adalah sistem komputer yang bisa melakukan tugas-tugas tertentu yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia.
Contohnya seperti mengenali suara, menerjemahkan bahasa, menganalisis data bahkan menulis teks atau membuat gambar. Kita sebenarnya sudah menggunakan AI dalam kehidupan sehari-hari.
Saat kita menggunakan Google Maps, memesan ojek online, mencari lagu di Spotify atau bertanya pada asisten virtual seperti Siri, kita sedang berinteraksi dengan AI. Artinya, AI bukan hal yang asing dan sudah menjadi bagian dari keseharian kita.
Diungkap dalam riset terbaru Hewlett Packard (HP) yang dipaparkan di acara “HP Imagine 2024” di Palo Alto, San Francisco, Amerika Serikat.
Adopsi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di kalangan pekerja berpengetahuan (knowledge workers) di Indonesia tahun ini meroket dibanding tahun lalu.
Sebanyak 87 % pekerja berpengetahuan di Indonesia menggunakan AI di tempat kerja. Angka ini meningkat secara signifikan dari 53 % pada tahun lalu.
Di negara-negara lain juga pemerintahnya sudah mulai melakukan ini, anak-anak mudanya didorong untuk adaptasi dengan AI.
Meski AI banyak membantu, tetap saja ada yang khawatir AI akan mengambil alih pekerjaan manusia.
Memang benar, beberapa pekerjaan yang bersifat rutin dan bisa diotomatisasi akan digantikan oleh AI atau mesin.
Misalnya seperti entri data, pengolahan dokumen atau pengecekan kualitas di pabrik. Namun, kita juga harus melihat sisi lainnya.
AI tidak bisa menggantikan semua hal terutama pekerjaan yang membutuhkan empati, kreativitas atau interaksi sosial yang mendalam.
Guru, perawat, seniman, konselor atau pekerja sosial tetap memegang peran penting yang tidak bisa digantikan mesin.
Ciptakan Peluang Baru?
Lebih dari itu, kehadiran AI juga menciptakan jenis pekerjaan baru. Misalnya, pekerjaan sebagai pengembang AI, data analyst dan lainnya. Ini menunjukkan bahwa AI bukan hanya mengambil pekerjaan, tapi juga menciptakan peluang baru.
Kita bisa mengubah cara pandang terhadap AI dari yang semula takut menjadi terbuka. Anggaplah AI sebagai teman bukan ancaman.
Seorang teman adalah sosok yang membantu, mendukung dan mempermudah hidup kita. Itulah yang sebenarnya bisa dilakukan AI jika digunakan dengan bijak.
Contohnya: dalam bidang pendidikan, AI bisa membantu guru untuk memahami kebutuhan belajar setiap siswa.
AI dapat memberikan materi tambahan sesuai kemampuan siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih personal dan efektif.
Di bidang kesehatan, AI bisa membantu dokter mendiagnosis penyakit lebih cepat dengan membaca hasil pemeriksaan seperti MRI atau CT Scan.
Bahkan, AI juga bisa membantu pasien untuk mengingatkan jadwal minum obat atau melakukan pemeriksaan rutin.
Dalam dunia bisnis, AI bisa mempercepat analisis data pasar, membantu pelayanan pelanggan dan meningkatkan efisiensi operasional. Hal ini membuat perusahaan bisa lebih fokus pada inovasi dan pengembangan produk.
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyatakan kehadiran AI sebagai sebuah wujud kemajuan teknologi di era masa kini. Dia meyakini, AI hadir bukan untuk menggantikan kerja-kerja manusia.
Namun saat manusia tidak menggunakan AI maka merekalah yang akan tergantikan. Walaupun AI bisa menjadi teman bukan berarti kita boleh menggunakannya sembarangan.
AI tetaplah alat buatan manusia dan bisa disalahgunakan jika tidak diatur dengan baik. Misalnya, penggunaan AI untuk membuat berita palsu, melakukan penipuan atau melanggar privasi orang lain.
Aturan dan Etika Penggunaan AI
Oleh karena itu, penting ada aturan dan etika dalam penggunaan AI. Pemerintah, perusahaan teknologi dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan AI digunakan untuk kebaikan bersama.
Pendidikan tentang literasi digital dan etika teknologi juga perlu diberikan sejak dini agar masyarakat tidak tertinggal dan bisa menggunakan AI secara bijak.
Kunci dari hubungan manusia dan AI adalah kolaborasi. Manusia hanya butuh berkolaborasi AI dan menguatkan tali persatuan antar sesama untuk membangun ruang untuk tumbuh menjadi lebih baik.
Manusia tetap punya keunggulan dalam hal perasaan, nilai moral dan intuisi. Sedangkan AI unggul dalam hal kecepatan dan kemampuan menganalisis data besar.
Jika keduanya bekerja sama hasilnya bisa luar biasa. Bayangkan seorang petani yang menggunakan AI untuk memantau kondisi tanah dan cuaca.
Atau seorang desainer grafis yang menggunakan AI untuk mempercepat proses menggambar. Dalam skenario ini, AI bukan menggantikan tapi membantu manusia menjadi lebih baik dalam pekerjaannya. (Red)
*) Mochammad Ilham F., mahasiswa Sosiologi UIN Walisongo Semarang