Menyayangkan Penghentian Sistem Buka Tutup Jembatan Emas

Annisa Miftahul Jannah Winarko, mahasiswa Akuntansi, Universitas Bangka Belitung

Oleh: Annisa Miftahul Jannah Winarko *)

SUARAMUDA, SEMARANG — Jembatan Emas di Bangka merupakan satu-satunya jembatan dengan sistem buka tutup di Indonesia setelah Jembatan Ampera di Palembang.

Jembatan itu tidak hanya berperan penting dalam menghubungkan Kota Pankalpinang dan Kabupaten Bangka, tetapi juga menjadi ikon yang luar biasa serta objek wisata yang menarik.

Tapi sayangnya, keputusan Gubernur Hidayat Arsani untuk menghentikan fungsi buka tutup jembatan ini memunculkan pro dan kontra di kalangan masyarakat.

Meskipun sistem hidrolik jembatan telah diperkuat, risiko kerusakan terus meningkat akibat teknologi yang sudah usang dan tidak lagi diproduksi.

Ketika jembatan tidak berfungsi membuka akses bagi kapal yang melintas, hal ini dapat mengganggu pelayaran ke Pelabuhan Pangkalbalam—yang berpotensi menyebabkan kelangkaan dan peningkatan harga bahan baku.

Biaya operasional sebesar Rp 1,6 miliar per tahun, serta penambahan gaji operator dan harga bahan bakar solar yang melonjak, menyebabkan pendekatan yang lebih efisien dalam keamanan dan anggaran menjadi pilihan yang logis.

Jembatan Emas bukan sekadar infrastruktur transportasi, melainkan juga simbol kebanggaan masyarakat Bangka Belitung.

Dengan mengakhiri fungsi buka tutup, kita mungkin kehilangan salah satu aspek khas yang membedakan jembatan ini dari jembatan lainnya, yang dapat berdampak pada nilai estetika dan daya tarik wisata. (Red)

*) Annisa Miftahul Jannah Winarko, mahasiswa Akuntansi, Universitas Bangka Belitung
**) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah, isi dan pesan dalam artikel bukan menjadi tanggung jawab redaksi

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like