![Lewat Ponsel Pintar Lagi, Motorola Pun “Comeback”!](https://suaramuda.net/wp-content/uploads/2025/02/IMG_20250219_065502.jpg)
SUARAMUDA, KUALA LUMPUR, MALAYSIA – Hari ketiga, tepat pada 14 Januari 2025, kami berkunjung, bertemu dan diskusi dengan atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur di Malaysia.
Lokasi kantor KBRI ini rupanya tidak terlalu jauh dari tempat kami menginap. Dan Alhamdulilah, kami langsung diterima Prof Firdaus, di Ruang Atase, lantai 3 kantornya.
Dikantor KBRI, kami juga bertemu dengan beberapa mahasiswa dari Indonesia yang sedang magang. Diantaranya ada mahasiswa dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, dan beberapa dari kampus lainnya.
Sebelumnya, kami juga bersilaturahmi dengan PCINU Malaysia, bertemu Rois Syuri’ah, Ketua Tanfidziyah, juga pengurus yang lain.
Tema obrolan kami baik dengan Atase maupun PCINU Malaysia sebenarnya tidak jah dari tema pendidikan bagi PMI (Pekerja Migran Indonesia) di Malaysia.
Meskipun, kami juga membincang soal perlindungan hukum, memberikan pelatihan untuk PMI agar memilki keahlian dan menyoal keberlanjutan pendidikan bagi anak-anak PMI.
Persoalan PMI ternyata sangat kompleks, yakni mulai problem mengenai dokumen, karena tidak sedikit yang tidak memiliki dokumen secara lengkap.
Terkait legalitas lembaga pendidikan, termasuk sebagian besar PMI masih awam tentang aspek hukum dan perlindunganya.
Faktanya, tidak sedikit PMI yang mengajak serta keluarga mereka ke Malaysia, lalu mereka bertambah keluarga dan muncul kebutuhan-kebutuhan baru, salah satunya adalah pendidikan bagi anak-anak mereka.
Peran dan dukungan pemerintah terhadap pendidikan keluarga PMI di Malaysia tentu tidak sedikit. Melalui SIKL (Sekolah Indonesia Kuala Lumpur), 70 persen siswa SIKL berasal dari keluarga PMI di Malaysia.
Kemudian juga banyak berdiri Sanggar Bimbingan (SB) di Malaysia. Berdasarkan keterangan yang kami dapat, ada sekitar 65 Sanggar Bimbingan dengan jumlah total siswa 2.165 orang.
Dari jumlah itu, jika dirinci antara lain SB di Penang dan Kedah berjumlah 4 SB. Di Selangor dan Perak berjumlah 37 SB, lalu di Kuala Lumpur ada 18 SB. Begitu juga di Pahang dan Johor terdapat 3 SB serta di Negeri Sembilan ada 3 SB.
Tidak sedikit kampus-kampus di Indonesia yang mengirim mahasiswanya ke beberapa SB di Malaysia.
Melalui program KKN, misalnya, pata mahasiswa dikirim untuk memenuhi kebutuhan Guru di SB, termasuk mahasiswa dari kampus Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Selesai program KKN yang di tempatkan di SB, mereka mengaku senang bisa mendapatkan pengalaman, penginapan dan makan yang juga telah disediakan pihak SB. Dan kadang-kadang malah diajak jalan-jalan: Alhamdulilah!
Salah satu SB yang menjadi lokasi KKN Unwahas ada di SB SM 5 atau Sanggar Bimbingan Sungai Mulia 5 Gombak.
Lokasi itu merupakan SB yang pertama di Kawasan Semenanjung Malaysia, didirikan sekaligus diketuai oleh Dra. Mimin Mintarsih, pada tanggal 11 Januari 2019, dibawah Naungan PCI Muslimat NU Malaysia.
Meski, setelah di SB, harus di pikirkan kembali agar anak-anak dari keluarga PMI ini bisa melanjutkan sekolah setingkat MTs/SMP, MA/SMA/SMK, di Indonesia, dan sampai bisa melanjutkan kuliah di Indonesia.
Ini merupakan PR besar yang membutuhkan skema yang pas dan tentunya, diperlukan keterlibatan serta kepedulian banyak pihak, demi peningkatan kualitas pendidikan keluarga PMI du Malaysia pada khususnya. Semoga. (Red)
Penulis: KH. Iman Fadhilah