
Kendal, SUARAMUDA –
Dalam upaya memperkenalkan dan melestarikan naskah kuno sebagai bagian penting dari warisan budaya, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kendal menggelar sosialisasi bertajuk Pelestarian Naskah Kuno. Acara ini diadakan di Perpustakaan Daerah Kendal. Rabu, 6/11/2024.
Kegiatan perdana yang dipimpin oleh Wahyu Yusuf Akhmadi, SSTP, MSi, selaku Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kendal.
Menurut Wahyu Yusuf, naskah kuno memiliki nilai sejarah yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti seni pertunjukan, bisnis dan perdagangan, ilmu pengetahuan, serta teks religi dan filsafat. Namun, naskah-naskah ini menghadapi ancaman kerusakan akibat kelembapan, pencurian, serta minimnya perawatan.
“Pasca kegiatan ini, kami berharap masyarakat dapat lebih menghargai dan merawat naskah-naskah kuno, termasuk dengan menampilkan koleksi berharga tersebut,” ujarnya.
Dijelaskan pula dasar hukum pelestarian ini sesuai UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan dan UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Menurut Wahyu Yusuf, masyarakat yang memiliki naskah kuno atau buku langka namun sulit merawatnya bisa menitipkannya ke perpustakaan untuk proses digitalisasi.
A. Budi Wahyono dari Dinas Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah menambahkan, Manuskrip adalah bahan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan rasa dan pikiran masa lampau, berisi unsur historis yang sangat bernilai.
“Sesuai dengan UU No. 43 Tahun 2007, naskah kuno adalah dokumen tertulis yang telah berusia minimal 50 tahun dan memiliki nilai penting bagi kebudayaan nasional, sejarah, dan ilmu pengetahuan,” katanya.
Dr. Setia Naka Adrian, M.Pd., dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas PGRI Semarang, mengungkapkan bahwa Kendal, terutama daerah Kaliwungu, menyimpan ratusan manuskrip kuno.
“Kebanyakan manuskrip tersebut masih berada di rumah-rumah keturunan para juragan dan petinggi Kerajaan Islam Mataram yang ditugaskan menjadi Qadhi di Kaliwungu sejak tahun 1812,” ujarnya.
Beberapa di antaranya sudah dirawat secara khusus oleh Komunitas Pecinta Kitab Kuning, Manuskrip, dan Sejarah (Kopiku Manis), yang aktif dalam upaya pelestarian, tandas pengurus Lesbumi PCNU Kendal ini.
Senada dengan hal tersebut, Ibnu Fikri, M.Si., Ph.D., dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang, mengungkapkan bahwa banyak kitab kuno di Kendal, seperti Basyairul Khoiro, yang berisi sholawat untuk mempermudah proses kelahiran bagi masyarakat.
“Dalam sejarahnya itu dulu banyak masyarakat yang mengandung namun proses melahirkannya banyak yang meninggal, akhirnya simbah Kiai Abu Khoir menuliskan kitab yang diperuntukkan untuk masyarakat agar proses kelahirannya lancar,” ungkap mantan Ketua Tanfidziyah PCINU Belanda ini.
Kendala kami dari Komunitas Pecinta Kitab Kuning, Manuskrip, dan Sejarah sebenarnya sederhana yakni sumber daya manusia, yang berperan dalam pengumpulan manuskrip itu banyak namun yang mengkaji itu sedikit. Misalnya tentang kitab atau buku sejarah pondok pesantren dari A sampai Z di Kaliwungu itu kemudian tidak menjadi rujukan, bukan sebuah kekeliruan namun masih ada kekurangan, lanjutnya.
“Dari manuskrip Itu sebenarnya bisa menjadi sebuah penumpang referensi dari para peneliti pondok pesantren, para akademisi untuk menambah khazanah tentang penulisan pesantren,” tandasnya.
Dengan adanya sosialisasi dan peningkatan perhatian terhadap naskah kuno, diharapkan naskah-naskah berharga ini dapat dilestarikan dan dijadikan referensi oleh para peneliti, akademisi, serta masyarakat luas, guna memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan budaya bangsa.