SUARAMUDA.NET, JEPARA — Tradisi “nyumbang” di Jepara, Jawa Tengah memang selalu punya cerita. Dari khitanan sampai pernikahan, sistem kondangan di sini nyaris seperti arisan: siapa memberi, kelak menerima kembali—dengan nilai yang kurang lebih sama.
Semua dicatat rapi dalam buku khusus, agar tak lupa pada saatnya. Pokoknya, tak ada hadiah yang benar-benar hilang, hanya berputar antar keluarga dan tetangga.
Namun, kali ini ada kejadian yang bikin warganet cekikikan sekaligus mengangguk paham.
Selebaran Viral dalam Kardus Hajatan
Dilansir suarajepara, di Desa Petekeyan, RT 09/02, Kecamatan Tahunan, Jepara, tamu hajatan dibuat terkejut—bukan oleh menu prasmanannya, tapi oleh “surat kecil” yang diselipkan dalam kardus makanan.
“Surat” itu berasal dari tuan rumah, pasangan Bapak Sarlan dan Ibu Maseni. Isinya? Permintaan maaf dan klarifikasi yang super jujur sekaligus menggelitik.
Mereka meminta tamu yang sudah atau berniat akan memberi sumbangan rokok agar… diganti uang tunai saja.
Alasannya sederhana namun jujur apa adanya: rokok Sukun Putih 12 ‘Poden’ yang biasa diberikan sebagai hadiah nggak laku kalau dijual lagi ke toko sembako.
Isi suratnya begini:
Mohon Maaf
Yang mau menyumbang rokok dan yang sudah menyumbang rokok harap dikembalikan uang saja.
Karena rokok Sukun Putih 12 Poden tidak laku dijual di toko-toko sembako, harap maklum.
Atas perhatian nya kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Bapak Sarlan & Ibu Maseni
Petekeyan RT 09/02
Seketika, selebaran ini viral. Netizen pun ramai membahasnya, dari yang ngakak sampai yang mengapresiasi kejujuran pasangan ini.
Rokok Mahal, Tapi Susah Dijual
Kondisi lapangan memang rumit. Rokok Sukun—yang biasanya jadi andalan sumbangan hajatan—tetap mahal, tapi tak semua variannya diminati.
Jenis Sukun Putih 12 “Poden” ternyata kurang laku dijual kembali, sehingga menyulitkan tuan rumah untuk “memutar” kembali nilai sumbangan.
Makanya, daripada bingung menjual rokok yang tak laku, pasangan ini memilih cara paling praktis: uang tunai saja, ya, teman-teman! Lebih efisien, lebih simpel, dan pastinya langsung terpakai untuk kebutuhan hajatan.
Netizen: Antara Ngakak dan Salut
Di media sosial, respons publik beragam: ada yang tertawa karena kejujuran yang polos, ada yang salut karena keterbukaan semacam ini jarang terjadi dalam budaya kondangan.
Bahkan tak sedikit yang merasa ini bisa jadi reminder agar pemberian sumbangan lebih menyesuaikan kebutuhan tuan rumah.
Pada akhirnya, kisah ini menjadi pelajaran sekaligus hiburan: bahwa di balik budaya kondangan yang sakral, ada juga sisi-sisi lucu dan realistis soal kebutuhan dan kepraktisan.
Yang penting, hajatan tetap meriah. Dan para tamu? Pulang dengan cerita seru yang mungkin bisa dibagikan di grup WA keluarga. (Red)
Disclaimer:
*) Tradisi nyumbang/ kondangan di Jepara adalah rokok satu slop atau orang Jepara menyebut “rokok sak pres”. Jenis sumbangan ini biasanya diberikan oleh laki-laki (bapak). Dan jenis sumbangan bagi perempuan (ibu) adalah beras, gula, mie instan, hingga makanan.
**) Rokok Poden adalah rokok hasil sumbangan yang kemudian dijual kembali ke toko-toko sembako. Biasanya, rokok-rokok jenis ini justru tidak dirokok melainkan dijadikan “rokok hadiah” sumbangan/ kondangan.