SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi alias KDM kembali jadi sorotan. Kali ini bukan soal gaya nyentriknya, tapi komentarnya soal air pegunungan saat berkunjung ke pabrik Aqua di Subang.
Dalam videonya yang viral, KDM tampak heran karena air yang digunakan ternyata bukan berasal langsung dari mata air permukaan seperti yang dibayangkannya.
“Saya sempat mengira Aqua memanfaatkan air dari mata air pegunungan sebagaimana iklannya. Tapi ternyata dibor,” kata KDM dalam kunjungan itu.
Komentar itu sontak menuai reaksi. Banyak warganet ikut bingung — bahkan menganggap industri AMDK selama ini “menipu” publik.
Padahal, menurut ahli, anggapan KDM itu keliru.
Profesor Lambok M. Hutasoit, pakar hidrogeologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), menjelaskan bahwa air pegunungan yang digunakan industri AMDK bukanlah air yang muncul di permukaan, melainkan berasal dari sistem akuifer — lapisan batuan bawah tanah di kawasan pegunungan.
“Air hujan meresap ke tanah, lalu mengalir di bawah permukaan dan tersimpan di akuifer. Nah, dari situlah air diambil. Jadi bukan dari mata air yang keluar begitu saja,” jelas Lambok.
“Tidak semua air tanah layak diminum. Ada yang mengandung Kromium VI, logam berat yang sangat beracun. Jadi harus diuji dulu secara kimiawi,” tambahnya.
Selain kandungan kimia, faktor geologi juga penting. Jenis batuan menentukan kualitas air. Batuan seperti pasir, kapur, dan gamping umumnya bagus karena menyaring air secara alami, sementara batu lumpur justru mudah terkontaminasi.
“Air dangkal rawan tercemar — bisa dari toilet, selokan, atau limbah. Itulah kenapa industri besar memilih sumber dari akuifer dalam,” tandas Lambok.
Jadi, bukan semua yang tampak di permukaan bisa langsung dijadikan kesimpulan — apalagi konten. Kadang, yang perlu dibor bukan hanya tanahnya, tapi juga pengetahuannya. (Red)