80 Tahun Pertempuran Lima Hari di Semarang: Arsip Lawas, Semangat yang Tak Pernah Tua!

Bapak Pohan dan Co-Kurator Mozes Christian Budiono menerima kunjungan publik pada saat pameran. (dok pribadi)

SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Kota Lama Semarang bukan cuma tentang bangunan heritage dan spot Instagramable. Minggu ini, kawasan itu kembali hidup dengan semangat revolusi!

Rumah PoHan menggelar pameran arsip sejarah untuk memperingati 80 tahun Pertempuran Lima Hari di Semarang — momen legendaris ketika warga dan tentara muda Republik bertempur habis-habisan melawan pasukan asing pada Oktober 1945.

Dari tanggal 9 hingga 17 Oktober 2025, pengunjung diajak menelusuri jejak waktu lewat surat kabar langka, pemutaran film, diskusi sejarah, lokakarya batik, hingga pertunjukan musik yang semuanya berakar dari semangat perlawanan rakyat Semarang.

Kunjungan cucu dr. Kariadi, Bapak Desi Medianto. (dok pribadi)

Arsip yang Bikin Merinding

Bayangin aja: lembaran koran yang dicetak di tengah dentuman peluru, kini dipamerkan utuh di Rumah PoHan, Jl. Kepodang 64

Arsip ini merupakan koleksi pribadi Bapak Pohan dan Ibu Sylvie Probowati — dokumen yang jadi saksi hidup bagaimana berita perjuangan ditulis, disebarkan, dan mengobarkan semangat.

Pameran ini bukan cuma nostalgia. Ia adalah pengingat keras bahwa sejarah bukan benda mati di rak, tapi napas yang terus menghidupkan semangat generasi berikutnya.

Lebih dari Sekadar Pameran

“Pameran ini bukan cuma tentang masa lalu, tapi tentang bagaimana kita memandang masa depan,” ujar tim kurator Kesit Widjanarko dan Mozes Christian Budiono.

Selama sepekan, Rumah PoHan menjelma jadi ruang kolaborasi lintas disiplin: akademisi, seniman, pegiat budaya, hingga jurnalis berkumpul untuk ngobrol sejarah dengan cara yang fun dan relevan.

Ada tur kuratorial, kelas terbuka, film “Sanggem” karya mahasiswa UNNES, dan pertunjukan musik dari Dewan Kesenian Semarang yang bikin suasana makin hidup.

Kunjungan Tour Kuratorial SMAN 5 Semarang (dok pribadi)

Dari Siswa sampai Mahasiswa Ikut Tur

Bukan cuma publik umum yang datang. Pameran ini juga ramai dikunjungi oleh pelajar dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan kampus: SMA Kolese Loyola, SMAN 5, SMAN 14, SMA Karangturi, UNNES, USM, dan Upgris.

Total, lebih dari 1.100 pengunjung tercatat selama pameran berlangsung — bukti kalau sejarah bisa tetap keren, asal dikemas dengan cara yang hidup.

Seperti kata para kurator, “Bangsa yang lupa sejarah, kehilangan arah masa depan.”

Dan lewat pameran ini, Rumah PoHan membuktikan bahwa mengenang bukan sekadar menatap ke belakang, tapi menyalakan kembali api keberanian dan solidaritas yang dulu menyatukan Semarang — dan Indonesia. (Red)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like