SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Amerika Serikat kembali bergemuruh. Pada Sabtu (18/10/2025), jutaan warga turun ke jalan di lebih dari 2.600 lokasi di seluruh negeri. Mereka membawa satu pesan yang sama: “No Kings!”
Slogan ini bukan hal baru. Ia sudah muncul sejak masa kepemimpinan pertama Donald Trump beberapa tahun lalu. Tapi kali ini, gaungnya jauh lebih besar dan lantang.

Menurut laporan The Guardian dan Time, sekitar 7 juta orang ikut dalam gelombang protes menentang gaya kepemimpinan Trump yang dianggap semakin otoriter dan tak menghormati prinsip demokrasi.
Bagi warga Amerika, “No King” adalah simbol perlawanan terhadap kesewenang-wenangan.
Mereka menegaskan bahwa negeri Paman Sam tidak pernah didirikan untuk melayani seorang penguasa tunggal, melainkan untuk menjunjung kedaulatan rakyat.
“Kami tidak memilih raja,” bunyi salah satu spanduk besar di depan Gedung Capitol, Washington D.C.
Demonstrasi ini juga jadi refleksi sejarah. Dulu, Amerika lahir dari perjuangan melawan Raja Inggris George III. Kini, dua abad kemudian, rakyatnya kembali bersatu menolak siapa pun yang bertindak seperti monarki di republik modern.

Pesan mereka sederhana tapi keras: “No King, No Dictator. Defend Democracy.”
Gelombang protes ini menandai babak baru dalam ketegangan politik Amerika Serikat. Dan sekali lagi, rakyat mengingatkan: pemimpin boleh kuat, tapi demokrasi tetap lebih tinggi dari ego siapa pun — bahkan presiden. (Red)