Dunia Pendidikan Kita Sedang Tidak Baik-Baik Saja!?

Ali Achmadi, Tenaga Pengajar dan Kabid Humas Yayasan Ar Raudloh Perguruan Islam Raudlatut Tholibin Pakis – Pati

Oleh: Ali Achmadi*)

SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Ada peristiwa kecil yang tampak sepele, tapi sesungguhnya menggambarkan persoalan besar dalam dunia pendidikan kita. Seorang siswa ketahuan merokok di lingkungan sekolah.

Guru menegur, siswa berkelit. Ketika bukti ditemukan, ia justru berusaha menutupi kesalahan. Dan ketika guru menegakkan disiplin, yang disalahkan bukan si siswa, melainkan sang guru.

Kejadian seperti ini bukan satu-dua kali. Ini cermin dari krisis yang sedang kita hadapi: krisis nilai, krisis moral, dan krisis penghormatan terhadap otoritas pendidikan.

Kita hidup di masa ketika teguran guru dianggap kasar, disiplin dianggap kekerasan, dan ketegasan dianggap melampaui batas. Padahal, pendidikan sejati tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter.

Tanpa disiplin, pendidikan kehilangan ruhnya. Guru bukan sekadar pengajar, tetapi juga pendidik. Ia bukan hanya menyampaikan materi, tetapi juga menanamkan nilai.

Dalam konteks itulah, ketegasan guru bukan bentuk kekerasan, tetapi bagian dari kasih sayang yang bertanggung jawab. Menegur anak yang salah adalah wujud kepedulian, bukan permusuhan.

Namun, realitas kini menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan. Sebagian orang tua lebih mudah membela anaknya daripada mendukung guru.

Padahal, kerja pendidikan tidak akan pernah berhasil jika rumah dan sekolah berjalan sendiri-sendiri. Guru menanam nilai, orang tua justru mencabutnya.

Kita sedang mencetak generasi yang terlalu mudah tersinggung, tapi tidak mudah disadarkan; pandai beralasan, tapi enggan bertanggung jawab. Mereka paham betul hak-hak anak, tapi lupa bahwa setiap hak selalu melekat dengan kewajiban.

Di sinilah pentingnya sinergi moral antara rumah dan sekolah. Orang tua harus menjadi mitra guru, bukan menghakiminya. Ketika ada masalah, bicarakan dengan bijak, bukan dengan amarah. Jangan mudah membuat laporan ke pihak berwajib hanya karena perbedaan persepsi antara guru dan anak.

Setiap persoalan pendidikan seharusnya diselesaikan dalam ruang dialog, dengan semangat saling menghormati dan mencari solusi terbaik bagi tumbuh kembang anak. Karena yang sedang dibentuk bukan sekadar perilaku anak hari ini, melainkan watak manusia Indonesia di masa depan.

Pemerintah dan masyarakat perlu memberikan perlindungan moral dan hukum bagi guru dalam melaksanakan tugas pendidikan. Guru harus merasa aman ketika menegakkan aturan dan disiplin, sepanjang dilakukan dengan proporsional, beretika, dan dalam koridor pendidikan.

Kita tidak boleh membiarkan guru merasa takut mendidik. Karena ketika guru kehilangan wibawa, sekolah kehilangan makna, dan bangsa kehilangan masa depannya.

Mari kita kembalikan kehormatan profesi guru sebagai pendidik karakter. Mari kita tegakkan kembali nilai kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab di sekolah dan di rumah.

Hormati guru, dengarkan nasihatnya, dan ajarkan anak untuk menghargai mereka. Sebab dari guru yang berintegritas, tegas, dan penuh perhatian lahir generasi yang beradab — generasi yang tidak hanya cerdas pikirannya, tetapi juga bersih hatinya. (Red)

Ali Achmadi, pemerhati masalah sosial, tinggal di Pati

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like