Grand Launching Sekolah Perempuan Plus: Sinergi Mahasiswa dan Pemerintah Dorong Kemandirian Ekonomi Perempuan Desa

SUARAMUDA.NET, GROBOGAN — Dalam semangat pemberdayaan perempuan desa, PPK ORMAWA IMM Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Semarang telah sukses menyelenggarakan Grand Launching Sekolah Perempuan Plus yang bertempat di Desa Kandangrejo, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan.

Mengangkat tema “Sekolah Perempuan Plus di Desa Kandangrejo untuk Membangun Kemandirian Ekonomi melalui Penguatan Keterampilan Berstandar Kompetensi”, acara ini menjadi tonggak penting dalam mendorong perempuan desa agar berdaya, terampil, dan mandiri secara ekonomi.

Acara ini dihadiri oleh berbagai instansi strategis, antara lain Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah (Disperindag), Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Kabupaten Grobogan (DP3AKB), Dinas Ketahanan Pangan Grobogan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Grobogan (Disnaker).

Selain itu, turut hadir Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Grobogan (PDA), Polsek Klambu, Pemerintah Desa Kandangrejo, Pemerintah Kecamatan Klambu, dan perwakilan dari Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Semarang.

Sebanyak 35 peserta perempuan dari Desa Kandangrejo tercatat sebagai angkatan kedua Sekolah Perempuan Plus tahun 2025.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK ORMAWA)—program strategis dari Kementerian Pendidikan, Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek) yang mendukung organisasi mahasiswa dalam menjalankan kegiatan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat secara langsung di lapangan.

Peresmian dan Transformasi Program
Grand Launching Sekolah Perempuan Plus ini diresmikan secara simbolis melalui prosesi pemotongan pita oleh Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Semarang yang diwakili oleh Kepala Biro Kemahasiswaan, Ibu Fitria Fatichatul Hidayah.

Ketua Tim Pelaksana, Reffi, menjelaskan bahwa program Sekolah Perempuan telah mengalami perkembangan signifikan dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 2024, program ini lebih berfokus pada pendekatan teoritis melalui sembilan kurikulum utama, di antaranya: Perempuan Paham Parenting, Perempuan Siap Berkeluarga, Perempuan Paham Keuangan, hingga Perempuan Cerdas Tangkal Hoaks.

Kurikulum tersebut membentuk fondasi penting untuk memperkuat wawasan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.

“Di tahun 2025, Sekolah Perempuan Plus mengalami transformasi menjadi pelatihan berbasis praktik dengan dua fokus utama,” ujarnya.

Fokus pertama adalah pengembangan komoditas lokal berupa bawang merah sebagai upaya meningkatkan nilai tambah produk desa dan membuka peluang usaha.

Fokus kedua adalah pelatihan keterampilan tata rias untuk memberdayakan perempuan melalui keahlian yang aplikatif dan berorientasi pada pasar.

Reffi menambahkan, keberhasilan program ini tidak lepas dari dukungan mitra strategis lintas sektor, baik dari instansi pemerintah seperti DP3AKB, Dinas Kesehatan, dan Dinas Pertanian Grobogan, hingga pihak swasta seperti PT SUN dan PT Paragon.

“Sinergi ini membuktikan bahwa pemberdayaan perempuan adalah tanggung jawab bersama,” pungkasnya.

Sambutan Para Pemangku Kepentingan
Kepala Desa Kandangrejo, Bapak Widi Rifa’i, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini dan menilai program Sekolah Perempuan memberi kontribusi besar bagi masyarakat. Ia berharap para peserta dapat menjadi pelopor perubahan di lingkungannya.

Sukarno, perwakilan Kecamatan Klambu, mengatakan bahwa sekolah ini menjadi jembatan penting bagi perempuan desa untuk berkarya dan meningkatkan potensi diri, khususnya dalam bidang pertanian dan jasa.

Kepala DP3AKB Kabupaten Grobogan, Indartiningsih, S.Sos., M.M., menekankan bahwa program ini perlu terus dilanjutkan dan bahkan diperluas.

“Output-nya sangat nyata dan berdampak langsung: perempuan yang mampu mengolah komoditas lokal dan memiliki keterampilan kecantikan,” ujarnya.

Perwakilan Disperindag Provinsi Jawa Tengah, Sri Purwanti, S.E., M.M., turut mengapresiasi pendekatan program yang berbeda dari KKN pada umumnya.

“Mahasiswa terlibat langsung dan aktif dalam proses pemberdayaan masyarakat, bukan hanya sebagai pengamat,” katanya.

Dengan terlaksananya kegiatan ini, Sekolah Perempuan Plus angkatan kedua diharapkan dapat menjadi model pemberdayaan perempuan berbasis desa yang berkelanjutan.

Kolaborasi antara mahasiswa, perguruan tinggi, pemerintah, dan sektor swasta menjadi bukti nyata bahwa pembangunan kapasitas perempuan desa adalah upaya kolektif untuk mewujudkan masyarakat yang inklusif dan berdaya. (Red)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like