Psychological First Aid, Langkah Cepat Redakan Kecemasan di Tengah Krisis

Ranisya Wilda Aulia, S.Psi., mahasiswa S-2 Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh : Ranisya Wilda Aulia, S.Psi., mahasiswa S-2 Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

SUARAMUDA, SEMARANG — Gangguan kecemasan atau yang disebut dengan anxiety mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.

Kasus gangguan kecemasan ini dialami banyak dialami oleh kalangan remaja dan dewasa muda umumnya oleh wanita.

WHO menyatakan pada populasi global, prevalensi Generalized Anxiety Disorder mencapai 3,6%.

Menurut data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, terdapat lebih dari 15% masyarakat Indonesia yang mengalami gangguan kecemasan dengan tanda-tanda memiliki rasa cemas yang berlebih hingga serangan panik.

Menurut American Psychological Association (APA), anxiety merupakan suatu emosi yang ditandai dengan perasaan tegang dan pikiran yang penuh dengan kekhawatiran.

Menurut APA, terdapat beberapa kategori yang termasuk dalam gangguan kecemasan :

1. Generalized Anxiety Disorder (GAD)
GAD merupakan gangguan kecemasan yang berbentuk kekhawatiran berlebihan terhadap berbagai hal seperti pekerjaan, kesehatan, atau kehidupan sosial

2. Panic Disorder
Gangguan ini berbentuk serangan panik mendadak yang disertai dengan gejala fisik lainnya seperti jantung berdebar, sesak nafas dan hilangnya kontrol diri.

3. Social Anxiety
Social anxiety merupakan bentuk rasa takut secara esktrim untuk menampilkan diri pada situasi sosial atau ketika berhadapan dengan khalayak umum.

4. Specific Phobias
Ketakutan secara irasional terhadap sesuatu seperti: takut pada hewan atau benda tertentu, takut pada situasi tertentu, serta takut pada ketinggian.

Dalam kasus gangguan kecemasan (anxiety) , penggunaan Psychological First Aid (PFA) atau yang disebut dengan Pertolongan Psikologis Awal menjadi hal yang sangat penting.

PFA dapat berperan terhadap seseorang yang memiliki gangguan kecemasan dan gangguan tersebut muncul sewaktu-waktu namun PFA bukan merupakan suatu terapi.

PFA dapat dilakukan dengan memberikan dukungan emosional terhadap seseorang yang sedang mengalami tekanan atau gangguan mental termasuk kecemasan (anxiety).

PFA bertujuan untuk mengurangi stress pada situasi tertentu, membantu individu merasa aman dan tenang, mengubungkan individu dengan layanan dan bantuan lebih lanjut jika dibutuhkan.

PFA dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki keahlian dasar bukan hanya oleh psikolog.

Terdapat 3 prinsip PFA yang terdiri dari :
1. Look (amati)
Pada prinsip ini pelaku PFA harus mengamati lingkungan serta kondisi penderita anxiety sehingga pelaku PFA dapat lebih peka terhadap penderita anxiety dengan reaksi yang cukup serius.

2. Listen (dengar)
Pada proses PFA ini, pelaku PFA dapat membangun rapport dengan penyintas yaitu berupa kesiapan penolong untuk aktif mendengarkan dan memahami apa yang mereka rasakan.

Oleh karena itu, penolong dapat mendalami hal-hal yang dirasakan dan dibutuhkan oleh penyintas.

3. Link (hubungkan)
Prinsip ini merupakan penerapan dari prinsip sebelumnya, dari prinsip sebelumnya dapat diketahui kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh penyintas.

Sehingga, penolong mampu untuk menghubungkan penyintas dengan keluarga mereka atau ke pihak-pihak terkait yang dapat membantu memberikan intervensi atau terapi lebih lanjut.

PFA ini merupakan cara untuk membantu individu yang mengalami guncangan dalam hidupnya.

PFA dilakukan supaya luka batin atau tekanan yang dialami oleh seseorang tidak mengendap sehingga mengarah ke hal-hal negatif.

Maka dari itu, penting bagi penolong/pelaku PFA dalam mengenali dan memahami luka batin atau tekanan yang dialami penyintas untuk meningkatkan daya dalam menghadapi permasalahan yang akan datang.

Referensi :
American Psychological Association. (n.d.). Anxiety. https://www.apa.org/topics/anxiety

World Health Organization. (2017). Depression and Other Common Mental Disorders: Global
Health Estimates.

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Situasi Kesehatan Jiwa DI Indonesia. In InfoDATIN

Brymer, M., Jacobs, A., Layne, C., Pynoos, R., Ruzek, J., Steinberg, A., Vernberg, E., & Watson, P. (2006). (National Child Traumatic Stress Network) Psychological First Aid: Fields Operation Guide (2nd ed.). Retrieved from www.nctsn.org and www.ncptsd.va.gov

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like