
Banyumas, SUARAMUDA –
Lebih dari 5.000 warga Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Banyumas menghadiri peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-102 NU yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banyumas.
Acara akbar ini berlangsung di Auditorium Graha Widyatama Profesor Rubijanto Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Sabtu (1/1/2025).
Antusiasme warga NU sangat tinggi sehingga gedung yang berkapasitas 4.000 orang ini tidak mampu menampung seluruh peserta yang berasal dari 27 Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) se-Kabupaten Banyumas.
Ribuan Nahdliyyin yang hadir terdiri dari berbagai elemen, seperti Muslimat NU, Fatayat NU, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Gerakan Pemuda Ansor, Barisan Ansor Serbaguna (Banser), serta berbagai badan otonom (Banom) dan lembaga di bawah naungan NU.
Selain memperingati Harlah, PCNU Banyumas juga memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh berprestasi serta menyerahkan sejumlah sepeda motor kepada para pemenang berbagai lomba.
PCNU Banyumas, Pilar Besar NU di Jawa Tengah
Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Mufid Rahmat, memberikan apresiasi atas kiprah PCNU Banyumas yang telah menunjukkan berbagai prestasi di banyak bidang.
Ia menegaskan bahwa keberhasilan ini adalah hasil kerja sama solid antara jajaran Syuriyah, Tanfidziyah, Banom, serta lembaga yang memiliki semangat kolektif untuk mengabdi kepada umat.
“PCNU Banyumas termasuk salah satu PCNU terbesar di Jawa Tengah. Dengan memiliki 27 MWC, 368 ranting, lebih dari 400 lembaga pendidikan dari semua jenjang, perguruan tinggi, tiga klinik kesehatan, UMKM, serta usaha perhutanan sosial, Banyumas memiliki potensi sumber daya yang luar biasa,” ungkap Mufid Rahmat.
Lebih lanjut, Mufid Rahmat yang juga mantan Ketua PW GP Ansor Jawa Tengah ini menegaskan bahwa NU telah menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan kontribusi nyata bagi bangsa dan negara.
“Besarnya NU bukan sekadar klaim dari warga atau tokoh NU sendiri, melainkan juga hasil riset dari lembaga survei kredibel. Survei LSI Denny JA dan Alvara menunjukkan bahwa lebih dari 51 persen Muslim Indonesia adalah simpatisan NU,” jelasnya.
Mufid juga mengutip hasil survei terbaru Litbang Kompas pada Januari 2025, yang menyatakan bahwa lebih dari 80 persen responden menilai NU sebagai pemersatu bangsa dan penjaga nilai-nilai Pancasila. NU juga dinilai konsisten dalam menjunjung tinggi nilai toleransi.
“Satu hal yang sangat penting, lebih dari 70 persen responden menilai citra NU baik. Artinya, jika ada pihak yang mengatakan bahwa citra NU saat ini buruk, itu tidak benar. Itu hanya ocehan yang tidak berdasar,” tandasnya.
Menjaga Citra Baik NU, Tanggung Jawab Bersama
Mufid juga menegaskan bahwa menjaga citra positif NU adalah tanggung jawab bersama seluruh warganya. Ia mengingatkan pentingnya berdakwah dengan cara yang bijak (bil hikmah) dan memberikan nasihat dengan cara yang baik (mau’idhoh hasanah), berkhidmat dengan ikhlas, serta tidak mudah menyalahkan pihak lain.
Dalam kesempatan tersebut, Mufid juga mengutip nasihat KH Ali Maksum, mantan Rois Aam PBNU, tentang tiga prinsip utama dalam berkhidmat untuk NU:
1. Al-Jihadu fi Sabiliha – Berusaha dan berjihad agar NU tetap eksis dan positif.
2. Al-Sobru fi Sabiliha – Sabar dalam menghadapi berbagai tantangan dalam berkhidmat.
3. Al-Tsiqotu bi Nahdlatil Ulama – Meyakini bahwa NU adalah jalan yang benar tanpa merasa perlu merendahkan pihak lain.
Dengan semangat kebersamaan dan pengabdian, diharapkan NU terus menjadi organisasi Islam yang membawa kemaslahatan bagi umat dan bangsa.