SUARAMUDA.NET, JAKARTA — Kalau kamu merasa jalanan Jakarta makin bikin kepala berasap, tenang… para ilmuwan dari Indonesia dan Rusia ternyata lagi “ngobrol serius” buat nyari solusinya!
Yap, kemacetan yang seolah nggak ada ujungnya ini jadi topik hangat dalam kerja sama riset keren antara Center for Sustainable Infrastructure Development (CSID) FTUI dan Peter the Great St. Petersburg Polytechnic University (SPbPU), sebuah kampus elite Rusia yang bahkan pernah melahirkan ilmuwan peraih Nobel. Keren, kan?
Riset Transportasi Rasa High-Tech
Dalam seminar internasional bertajuk “Land-Use and Transport Interaction Models” pada Rabu (19/11/2025), para ilmuwan SPbPU membeberkan rahasia membangun kota yang “jalanannya nggak bikin emosi”: yaitu menggabungkan tata ruang, sistem transportasi, dan prediksi kebutuhan mobilitas.
Salah satu pemateri, Dmitrii Plotnikov, menjelaskan bagaimana teknologi pemodelan berbasis data spasial bisa memprediksi pola gerak warga di masa depan—mulai dari kemana mereka akan pindah, bagaimana mereka akan bepergian, hingga di mana infrastruktur baru sebaiknya dibangun.
Semua dihitung dengan rumus supermatematis yang bikin kita cuma bisa bilang: “Wah, canggih banget!”
Plotnikov juga menunjukkan bukti dari banyak negara bahwa integrasi antara tata ruang dan transportasi bisa menekan kemacetan dan bikin konektivitas antarwilayah makin kece.
GIS, Kota Pintar, dan Masa Depan Mobilitas
Seminar ini juga jadi ajang curhat sekaligus “brainstorming” teknologi. Hasilnya? Para peserta sepakat bahwa Indonesia perlu loncatan digital dalam merancang kotanya.
Beberapa poin pentingnya:
UI + SPbPU = Duo Riset Masa Depan
Direktur CSID FTUI, Mohammed Ali Berawi, bilang kalau kerja sama ini adalah langkah strategis buat Indonesia. Menurutnya, integrasi tata ruang dan transportasi bukan lagi pilihan—tapi kebutuhan mendesak.
“Lewat kolaborasi dengan SPbPU, kita memperkuat kapasitas riset dan membuka jalan untuk solusi mobilitas berbasis data serta teknologi,” ujar Ali.
Plotnikov juga memuji UI sebagai partner ideal karena kuat di riset multidisiplin dan punya visi sama dalam pengembangan urban mobility.
Kolaborasi ini bukan cuma menambah kekuatan akademik UI, tapi juga membuka peluang besar bagi kota-kota Indonesia untuk mengadopsi teknologi transportasi canggih ala Rusia—yang udah terbukti ampuh mengatasi problem kota besar.
Singkatnya, jika selama ini kamu cuma bisa pasrah menghadapi kemacetan, mulai sekarang boleh sedikit optimis. Bisa jadi, di masa depan kita bakal punya kota yang lebih pintar, mobilitas lebih lancar, dan… struk bensin yang nggak lagi bikin nyesek! (Red)