Benturan Oligarki Digital: Ketika Elite Lama Melawan Elite Baru Berbasis Teknologi

Ilustrasi rakyat dalam penderitaan. (Gambar: pinterest)

SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Benturan antara oligarki lama dan oligarki digital baru kini menjadi masalah utama dalam politik dan ekonomi 2025.

Oligarki lama—yang bertumpu pada kapital fisik, jaringan politik tradisional, dan kendali terhadap institusi negara—menghadapi tekanan kuat dari oligarki baru yang bersandar pada kekuatan teknologi, kontrol data, serta jejaring platform digital global.

Konflik ini tidak lagi terjadi di balik layar, tetapi muncul terang-terangan dalam perebutan ruang publik, ekonomi informasi, dan arah kebijakan nasional.

Ketimpangan akses data dan teknologi menjadi pemicu utama konflik, karena data kini menjadi sumber kekuasaan baru yang lebih menentukan daripada modal ekonomi konvensional.

Isu terbesar yang mencuat dari benturan ini adalah perebutan kontrol atas algoritma dan distribusi informasi publik. Elite teknologi baru memanfaatkan platform digital untuk membangun opini, mengarahkan pasar, hingga memengaruhi perilaku politik masyarakat.

Sementara oligarki lama mencoba mempertahankan dominasinya melalui regulasi, konsolidasi media konvensional, dan lobi formal.

Persaingan ini menimbulkan instabilitas politik karena masyarakat terjebak dalam dua sumber informasi yang sama-sama berkepentingan.

Dalam beberapa kasus, algoritma lebih berpengaruh daripada pernyataan resmi pemerintah, menciptakan krisis otoritas di ruang politik nasional.

Tujuan dari oligarki digital adalah merekonstruksi ulang struktur kekuasaan berbasis teknologi sehingga kendali politik tidak lagi berada di tangan elite tradisional.

Dengan memonopoli data pengguna, menguasai e-commerce, dan memodifikasi perilaku digital masyarakat, mereka membangun kekuatan baru yang melampaui batas negara.

Sebaliknya, oligarki lama bertujuan mempertahankan stabilitas kekuasaan yang telah lama mereka bangun, sekaligus memastikan bahwa ruang digital tidak menjadi alat dominasi baru yang mengancam posisi mereka.

Kedua kekuatan ini sama-sama mengklaim memperjuangkan kepentingan publik, namun sesungguhnya beroperasi dengan kepentingan masing-masing.

Hasil dari benturan ini terlihat dalam kebijakan-kebijakan yang saling tumpang tindih. Regulasi digital sering menjadi ajang tarik-menarik antara dua kubu yang ingin mendefinisikan mana yang dianggap kebebasan digital dan mana yang harus dikendalikan.

Di banyak negara, hasilnya adalah regulasi yang tidak stabil, berubah cepat, atau bahkan saling bertentangan. Ekosistem digital menjadi arena konflik terbuka yang memengaruhi iklim investasi, ruang kebebasan sipil, hingga keberlanjutan demokrasi digital.

Pada titik ini, rakyat menjadi pihak yang paling terdampak karena harus hidup dalam pusaran informasi yang semakin tidak terkontrol.

Dari sisi ekonomi, benturan ini menghasilkan dua model kekuatan: kapitalisme konvensional berbasis aset dan kapitalisme platform berbasis data. Kedua model ini tidak saling menghapus, tetapi saling menekan.

Ketika oligarki digital menguasai pasar melalui monopoli platform, oligarki konvensional merespons dengan menguasai sektor energi, properti, dan keuangan melalui kebijakan proteksi.

Pertarungan ini menimbulkan biaya ekonomi yang besar dan menghambat inovasi karena masing-masing berusaha saling membatasi pengaruh. Pada akhirnya, ekonomi nasional terjebak dalam kompetisi internal yang melemahkan daya saing global.

Di tingkat sosial, masyarakat menjadi medan pertempuran narasi. Oligarki digital memanfaatkan kecerdasan buatan, analisis perilaku, dan perang opini untuk menciptakan kecenderungan politik tertentu.

Sementara oligarki lama menggunakan jaringan birokrasi, organisasi massa, dan media arus utama untuk melawan penetrasi tersebut.

Akibatnya, publik terbelah bukan hanya oleh pandangan politik, tetapi juga oleh ekosistem media yang mereka konsumsi. Polarisasi meningkat karena algoritma memperkuat bias, sementara elite tradisional memperkuat proteksi konservatif.

Tindakan yang dilakukan oleh oligarki lama dalam merespons tantangan ini adalah memperketat regulasi digital, memperkuat lembaga pengawas data, serta membangun kerja sama dengan perusahaan teknologi lokal untuk menandingi kekuatan global.

Mereka juga memperluas aliansi politik untuk memastikan bahwa negara tidak kehilangan kendali atas ruang digital. Upaya ini sering dikritik karena dianggap membatasi kebebasan, namun bagi mereka merupakan mekanisme pertahanan atas ancaman disrupsi kekuasaan.

Sementara itu, oligarki digital mengambil tindakan agresif melalui ekspansi global, pengembangan teknologi AI yang semakin canggih, dan integrasi ekosistem digital untuk menciptakan ketergantungan masif pada layanan mereka.

Mereka juga melakukan lobi terselubung melalui kampanye digital dan influencer politik untuk mengamankan dukungan publik. Langkah ini membuat mereka semakin kuat, bahkan lebih kuat dari sebagian institusi negara.

Dari perspektif demokrasi, pertarungan ini menimbulkan risiko serius. Ketika kekuasaan bergeser dari institusi negara ke korporasi teknologi, akuntabilitas publik melemah.

Sementara dominasi elite lama yang mencoba bertahan sering menyebabkan pembatasan ruang digital yang tidak produktif. Demokrasi akhirnya berada di tengah dua kekuatan raksasa yang sama-sama berusaha mengontrol opini publik. Jika tidak dikelola, demokrasi dapat berubah menjadi teater digital yang dikendalikan oleh algoritma dan uang.

Menghadapi benturan dua oligarki ini, tindakan strategis yang harus dilakukan negara dan masyarakat adalah mengembangkan tata kelola digital yang transparan, memperkuat literasi data masyarakat, serta membangun teknologi publik yang tidak dikendalikan oleh kepentingan oligarki manapun.

Hanya dengan menciptakan ekosistem digital yang berkeadilan, demokrasi digital dapat hidup tanpa menjadi korban perebutan kekuasaan antara elite lama dan elite berbasis teknologi. (Red)

*) Nashrul Mu’minin, penulis, tinggal di Yogyakarta

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like