SUARAMUDA.NET, SURABAYA — Di sebuah balai pertemuan di Kelurahan Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Surabaya, sekitar 35 ibu PKK duduk mengelilingi meja berisi botol-botol kecil, rempah wangi, hingga wadah plastik berisi limbah dapur.
Sabtu pagi, 25 Oktober 2025 itu, mereka mengikuti rangkaian pelatihan yang dihelat Program Studi Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur.
Program ini merupakan bagian dari agenda Pengabdian kepada Masyarakat bertema “Membangun Kemandirian Masyarakat dalam Ketahanan Mitigasi Bencana dan Pemanfaatan Limbah”.
Kegiatan dilaksanakan bersama Program Studi Teknik Sipil dan dibuka lewat sambutan dosen serta perwakilan PKK setempat.
Ketua PKK Medokan Ayu, dalam sambutannya, menyebut bahwa kegiatan ini sebagai “ruang belajar yang juga dibutuhkan masyarakat.”
Racikan Herbal Kesaruk
Materi pertama disampaikan Ir. Nurul Widji Triana, M.T., dengan memperkenalkan pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Ia datang membawa produk buatannya: minuman herbal “kesaruk”, singkatan dari kemangi, serai, jeruk, dan selasih.

Nurul menjelaskan fungsi masing-masing bahan, meliputi kemangi sebagai antioksidan, serai untuk meredakan nyeri dan menurunkan kolesterol, jeruk sebagai pemasok vitamin C, dan selasih untuk kesehatan pencernaan.
Ia memeragakan proses pembuatannya: perebusan bahan, takaran komposisi, hingga teknik pengemasan sederhana. Para peserta antusias mencicipi “kesaruk”, beberapa bahkan langsung menanyakan cara produksi skala rumahan.
Menguji Boraks dan Formalin
Materi kedua diisi Ir. Suprihatin, M.T., yang menyoroti isu keamanan pangan rumah tangga. Ia mengingatkan bahwa boraks dan formalin masih kerap dijumpai pada jajanan anak hingga produk olahan sederhana seperti bakso dan mie basah.
Suprihatin menunjukkan cara deteksi dengan indikator alami. Pada demonstrasi itu, larutan kunyit berubah kecokelatan ketika bereaksi dengan boraks.
Sementara ekstrak bunga terompet ungu berubah biru tua kehitaman ketika bersentuhan dengan formalin. “Ini metode murah yang bisa dipraktikkan ibu-ibu di rumah,” ujar Suprihatin.
Limbah Dapur Jadi Pupuk
Sesi terakhir menghadirkan tiga dosen muda: Amani Salsabil Nugroho, S.T., M.T.; Fitria Dwi Andriani, S.T., M.Eng.; dan Nindia Noor Indah, S.T., M.Eng.
Mereka memaparkan teknik membuat pupuk organik cair (POC) dari sisa sayuran, kulit buah, dan air cucian beras.
Menurut mereka, limbah dapur kaya unsur hara penting—nitrogen, fosfor, dan kalium—yang bisa mengembalikan kesuburan tanah. Proses fermentasi dilakukan dengan menambahkan gula merah dan EM4 selama 10–14 hari.
Tim dosen memberikan sampel POC kepada seluruh peserta. “Dari dapur kembali ke kebun. Ini siklus ekologis sederhana yang bisa ibu-ibu jalankan,” kata Amani
Kegiatan yang didedikasi untuk mendukung SDGs 3, 12, 13, 15 ini berlangsung hingga siang hari, lalu ditutup dengan sesi tanya jawab dan pengundian doorprize.
Banyak peserta mengaku ingin langsung mencoba teknik pembuatan POC dan minuman herbal di rumah.
Program Studi Teknik Kimia UPNVJT berharap kegiatan ini dapat menjadi model kemitraan kampus–masyarakat untuk mendorong kesehatan, kemandirian, dan keberlanjutan lingkungan di tingkat lokal. (Red)