
Oleh: Rajif Ghulam Satria*)
SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Siapa yang tak kenal medsos di era yang serba digital ini? Medsos atau media sosial bahkan telah menjadi wadah bagi masyarakat untuk tetap saling terhubung tanpa terhalang jarak dan waktu.
Selain memiliki manfaat positif, penggunaan media sosial yang tidak bijak juga dapat memicu dampak negatif di masyarakat luas. Medsos bahkan menjadi “kekuatan yang besar”, seperti yang tergambar belakangan ini.
Imbas dari gerakan 17+8 tuntutan warga pada akhir Agustus 2025, belum lama ini juga muncul istilah brave pink – hero green, yakni fenomena aksi ganti profile picture dengan dominan berwarna pink dan hijau di beberapa platform media sosial.
Lantas, apakah hal itu sebagai bukti dukungan aksi nyata solidaritas kita atau hanya sekadar tren?
Banyak orang yang mengganti foto profilnya dengan warna pink dan hijau di akun sosmed mereka dan mungkin saja hal tersebut hanya bertahan selama beberapa hari.
Ada beberapa yang menganggap hal tersebut hanyalah bentuk ilusi tren aksi solidaritas semata yang nyatanya tidak memberikan kontribusi dalam perubahan di lapangan.
Fenomena Brave Pink & Green Hero
Sebuah momen heroik di jalanan melahirkan warna Brave Pink yang ikonik. Seorang ibu berjilbab pink yang bernama Ana menunjukkan keberanian luar biasa saat demo saat membawa tongkat bambu dengan bendera merah putih dan menghadapi aparat dengan penuh keteguhan menjadikannya simbol harapan bagi banyak orang.
Fenomena tersebut mengubah persepsi saya tentang warna pink yang bermakna lebih kuat dan menginspirasi banyak orang. Persepsi umum yang bertebaran mengenai warna pink yang merupakan simbol feminin dan kelembutan seorang wanita yang bertransformasi menjadi keberanian yang gigih.
Sementara, istilah Green Hero dapat dikatakan mewakili gerakan ojek online yang identik dengan warna hijau, alias Gojek. Adalah platform yang memberikan kita berbagai layanan yang on-demand seperti goride, gocar, gofood, gosend, gomart, dan sebagainya. Kenapa warna hijau (green) dan tidak warna lain?
Hal ini berkaitan dengan warna logo gojek yaitu hijau atau lebih tepatnya warna jaket driver yang dominan hijau. Hero green ini merujuk pada perjuangan driver Gojek ernama Affan Kurniawan yang menjadi korban akibat “kekhilafan” aparat negara.
Pada Kamis, 28 Agustus 2025 Affan Kurniawan yang berusia 21 tahun ditabrak dan terlindas oleh kendaraan lapis baja yang dikenal dengan rantis (kendaraan taktis) milik Brimob RI yang dikendarai tujuh anggota brimob RI.
Kejadian itu menuai kritik keras netizen dan belasungkawa yang mendalam dari berbagai elemen masyarakat termasuk Presiden Prabowo sebagai Presiden RI yang ke-8.
Media Sosial
Usai kasus itu, platform Instagram, Twitter (X), dan WhatsApp menjadi rujukan media sosial yang dipakai untuk memasang foto profil Brave Pink Green Hero dengan cara memilih foto yang akan dipakai sebagai foto profil.
Fenomena ganti profil picture dengan warna pink dan hijau ini membuktikan bahwa media sosial dapat mewakili terkait pentingnya integrasi nasional dan kesamaan hak masyarakat.
Aksi solidaritas ini diikuti oleh berbagai lapisan dan kalangan masyarakat hampir diseluruh Indonesia. Jika dihubungkan dengan integritas nasional, media sosial telah menjadi jembatan untuk mempersatukan kesadaran dalam hal menyuarakan aspirasi untuk menegakkan keadilan bersama.
Integrasi nasional yang solid akan memperlancar pembangunan nasional. Imbasnya, upaya ini akan memberikan dampak positif terhadap negara dan bangsa sebagai perwujudan nasionalisme.
Hal tersebut akan memperkecil potensi konflik yang mengarah kepada perpecahan atau disintegrasi nasional. Integrasi nasional berasal dari kesadaran untuk hidup bersama dalam mewujudkan masyarakat yang harmonis.
Aksi solidaritas di media sosial ini perlu juga dilakukan dengan aksi nyata di lapangan agar dampak yang ditimbulkan lebih terasa dan dapat berlangsung lebih lama.
Seluruh lapisan masyarakat perlu menjadi satu dalam satu tujuan agar dapat menyuarakan dan mewujudkan aspirasi dengan solid. Masyarakat yang memiliki integritas yang baik dapat membantu bangsa dan negara menghadapi berbagai tantangan.
Sebagai contoh, misal dalam suatu masyarakat terjadi konflik, pasti timbul kerusakan dan kerugian yang harus ditanggung dan pastinya tidak sedikit.
Kerusakan tersebut tidak hanya merugikan secara materi tetapi juga beresiko dalam melemahkan persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, media sosial harus dimanfaatkan dengan bijaksana sebagai sarana untuk memperkuat integrasi nasional. (Red)
*) Rajif Ghulam Satria, mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Informatika, Universitas Negeri Yogyakarta