Dari Medan Laga ke Ruang Kelas: Perjuangan Seorang Pahlawan Muslim Rusia dari Tyumen

SUARAMUDA.NET, MOSKOW — Di sela-sela acara Konferensi Teologi di Moskow, saya berkesempatan berkenalan dengan Rustam Syaifullin, pria berusia 42 tahun dengan medali “Pahlawan Federasi Rusia” atas jasanya dalam operasi militer khusus (SVO) di Ukraina.

Lelaki Muslim dari etnis Tatar ini adalah potret nyata kesetiaan yang dalam. Lahir di desa Vagay, wilayah Tyumen, pada 1983, jalan hidupnya telah mengarah pada pengabdian militer sejak dini.

Lulusan terbaik SMA yang kemudian lulus dengan pujian dari Sekolah Komando Teknik Militer Tinggi Tyumen (TVVIKU) ini memulai kariernya dari posisi paling bawah di Republik Chechen.

Dari komandan peleton, ia beranjak naik hingga menjadi komandan resimen pembersih ranjau.

Bagi Rustam, perang bukanlah soal kebencian, melainkan tentang kewajiban sebagai warga negara dan sebagai muslim. Ketika Operasi Militer Khusus (SVO) dimulai pada 24 Februari 2022, ia adalah salah satu yang pertama berangkat ke front.

Kepemimpinan di Tengah Kobaran Peluru

Perjuangan Rustam di medan tempur diwarnai oleh dua insiden yang menunjukkan ketabahan dan kepemimpinannya yang luar biasa.

Pada suatu misi pemulihan penyeberangan, ia terkena tembakan mortir dan menerima luka serius. Namun, setelah dirawat, ia memilih kembali ke resimennya.

Ujian terberat datang pada 2 Maret 2022. Saat memimpin pembangunan penyeberangan di Sungai Desna, unitnya dihujani mortir. Rustam mengalami gegar otak dan luka pecahan peluru.

Namun, yang terjadi selanjutnya adalah bukti keteguhan hatinya. Musuh terus membombardir lokasi untuk menggagalkan operasi. Dalam sebuah serangan mengerikan, Rustam kehilangan satu kakinya dan mengalami luka parah di kaki satunya.

Dalam kondisi kritis dan tersiksa rasa sakit, Letnan Kolonel Saifullin menolak untuk menyerah. Dari tempatnya terbaring, ia terus memberikan perintah kepada anak buahnya, memastikan bahwa misi penyeberangan tetap dapat diselesaikan tepat waktu.

Kepemimpinan dalam keadaan sekarat inilah yang kemudian membuatnya dianugerahi gelar tertinggi.

Atas keberanian dan heroismenya, Presiden Rusia menganugerahinya gelar Pahlawan Federasi Rusia pada musim panas 2022. Medali “Bintang Emas” secara hormat disematkan oleh Menteri Pertahanan Sergei Shoigu langsung di rumah sakit.

Pulih dan Mengabdi Kembali untuk Negeri

Proses penyembuhan yang panjang dijalaninya dengan semangat yang sama seperti di medan perang.

“Mereka [keluarga] adalah motivasi utama saya untuk pulih. Senyum anak-anak saya, kesabaran istri, itulah yang menguatkan saya,” tuturnya.

Setelah menyelesaikan perawatan, tawaran untuk menjabat sebagai Wakil Kepala almamaternya, TVVIKU, diterimanya. Kini, Rustam Syaifuddin telah kembali ke kampus yang dulu mencetaknya, bukan sebagai prajurit, tetapi sebagai pengajar.

Dari komandan resimen di garis depan, ia kini menjadi komandan di ruang kelas, mendidik generasi penerus perwira Rusia.

Perjuangannya telah bergeser dari membela penyeberangan sungai di Desna kepada membangun jembatan pengetahuan dan karakter bagi para taruna.

Rustam Syaifuddin membuktikan bahwa jiwa kepahlawanan tidak pernah padam, ia hanya bertransformasi, terus mengabdi untuk Rusia yang dicintainya dengan cara yang baru. (Red)

Koresponden: Amy Maulana

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like