
SUARAMUDA.NET, MOSKOW — Pemikiran segar dan visioner seorang cendekiawan Muslim asal Rusia, Musa Bigiev, kembali menggema dalam sebuah forum internasional bergengsi.
Pada 21-24 September 2025, Moskow menjadi tuan rumah X International Theological Scientific And Education Conference Bigiev Reading “Musala Bigiev: Life, Legacy, Researcher”.
Konferensi besar ini diselenggarakan secara kolaboratif oleh Religious Board of Muslims of the Russian Federation (DUM RF), Moscow Islamic Institute, dan Muslim International Forum.
Acara ini berhasil menghimpun para sarjana, ilmuwan, dan teolog terkemuka dari berbagai penjuru dunia, menciptakan sebuah dialog antaragama dan peradaban yang langka.
Negara-negara seperti Palestina, Uni Emirat Arab, Vatikan, Belarusia, Kirgiztan, Iran, Indonesia, dan Turki hadir memberikan kontribusi pemikirannya.
Konferensi ini tidak hanya sekadar memperingati, tetapi secara mendalam mengkaji kehidupan, warisan intelektual, serta relevansi pemikiran Musa Bigiev dalam menjawab tantangan kontemporer umat Islam global.
Para pembicara membedah berbagai aspek karyanya, mulai dari teologi, hukum Islam (fiqh), ekonomi, hingga filosofi, menegaskan posisinya sebagai salah satu pemikir Muslim paling progresif pada masanya.
Profil Singkat: Musa Bigiev, Sang Pembaharu dari Tatarstan
Musa Jarullah Bigiev (1875-1949) adalah seorang teolog, filsuf, dan reformis Muslim lahir dari keluarga Tatar Muslim.
Ia adalah produk dari intelektual yang dalam mengenyam pendidikan baik di madrasah tradisional seperti Universitas Al-Azhar, Kairo, maupun dengan mempelajari pemikiran Barat secara langsung selama perjalanannya ke berbagai negara.
Bigiev adalah pionir dalam gerakan Jadidisme, sebuah gerakan pembaruan yang menekankan pada modernisasi pendidikan dan pemikiran Islam.
Karyanya yang paling monumental, “Al-Mar’ah fi al-Islam” (Perempuan dalam Islam), menjadi pembelaan yang kuat dan berdasarkan dalil atas hak-hak perempuan dalam Islam.
Ia menolak keras praktik-praktik budaya yang menindas yang seringkali diklaim sebagai bagian dari agama, dan menyerukan kembalinya pada interpretasi Al-Qur’an dan Sunnah yang otentik dan egaliter.
Pemikiran briliannya lainnya tertuang dalam buku “Al-Asrar al-Ilahiyyah bi al-Bara’ah al-Insaniyyah” (Rahasia Ilahi tentang Pembebasan Manusia), di mana ia menyatakan keyakinannya bahwa rahmat Allah SWT jauh lebih luas dari azab-Nya.
Ia berargumen bahwa semua manusia, termasuk penganut agama lain, pada akhirnya akan diselamatkan di akhirat, sebuah pandangan yang sangat inklusif dan menuai perdebatan namun juga pujian.
Legasi Musa Bigiev tidak hanya membentang di Rusia dan komunitas Tatar, tetapi telah menjadi khazanah dunia Islam.
Ia diakui sebagai simbol keberanian intelektual, rasionalitas, dan komitmen untuk mendamaikan nilai-nilai Islam dengan tuntutan zaman modern.
Konferensi Bigiev Reading secara konsisten diselenggarakan setiap tahun untuk memastikan api pemikirannya terus menyala dan menginspirasi generasi baru untuk terus melakukan ijtihad.
Penyelenggaraan konferensi ini menegaskan posisi Rusia, khususnya komunitas Muslim Tatar, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sejarah peradaban Islam yang kaya dan dinamis.
Dengan menghadirkan para pakar dari latar belakang yang beragam, termasuk perwakilan dari Vatikan, acara ini juga menjadi jembatan untuk dialog antaragama yang konstruktif, mencerminkan semangat toleransi dan saling memahami yang juga menjadi bagian dari warisan Bigiev. (Amy)