
Oleh: Paijo Parikesit *)
SUARAMUDA.NET, SEMARANG – Tantangan global hari ini sungguh luar biasa. Suhu geopolitik global makin panas, ancaman siber makin gila, plus politik dalam negeri yang kadang kayak roller coaster.
Pertanyaannya: siapa yang bisa jadi sosok penyeimbang? Jawabannya makin sering disebut: Ahmad Muzani.
Pemimpin dengan Soft Power
Muzani bukan tipe politisi yang doyan teriak-teriak atau bikin gaduh. Justru dia main dengan soft power—kekuatan halus yang bisa masuk ke semua lapisan tanpa bikin konflik makin ruwet.
Dari awal karier politiknya, dia nunjukin kalau komunikasi yang adem lebih bisa ngunci hati orang daripada kebijakan yang keras. Buat posisi sekelas Menkopolhukam, itu modal gede banget.
Soft Movement, Bukan Tangan Besi
Kalau banyak orang mikir stabilitas itu harus pakai tangan besi, Muzani beda. Dia lebih percaya sama soft movement—gerakan halus tapi ngena.
Kayak penjahit, dia bisa merangkai potongan-potongan yang beda jadi kain besar bernama kebangsaan. Dari parlemen sampai arena politik praktis, dia udah buktiin bisa jadi penghubung, bukan pemecah.
Di politik Indonesia yang penuh fragmentasi, butuh figur yang bisa jadi “benang pengikat.” Muzani udah punya rekam jejak itu: diterima lintas kelompok, dihormati kawan, dan dihitung lawan. Dia bukan sekadar politisi partai, tapi mediator bangsa.
Titisan Kaki Gunung Slamet
Penulis bahkan kasih label: “titisan kaki Gunung Slamet.” Ini bukan sekadar kiasan puitis. Gunung Slamet itu simbol teguh, adem, tapi juga tahan banting.
Dan karakter itu ada di Muzani: tetap tegak di tengah badai, kalem saat genting, dan tetap membumi di tengah hiruk-pikuk politik. Pas banget buat kondisi bangsa yang gampang panas.
Sementara, Budi Gunawan jelas punya jasa besar, tapi tongkat estafet Menkopolhukam perlu figur segar yang bisa lanjutkan stabilitas sekaligus kasih warna baru.
Muzani punya track record panjang, loyalitas nggak diragukan, plus insting baca arah zaman.
Penjaga Stabilitas Indonesia
Buat Presiden Prabowo, Menkopolhukam itu harus kuat secara struktur tapi juga lentur secara budaya. Muzani pas banget: bisa bicara tegas ke dunia internasional, tapi tetap rangkul masyarakat di dalam negeri.
Makanya, kalau bangsa ini mau tetep kokoh di tengah pusaran global, naruh Ahmad Muzani di kursi Menkopolhukam bukan sekadar opsi—tapi strategi. (Red)
*) Paijo Parikesit, Pengamat Intelejen dan Politik