Kesadaran Diri dan Rasionalitas: Pedang Bermata Dua dalam Kehidupan Manusia

Ilustrasi kesadaran diri (gambar: pinterest)

Oleh: Jeremy Nicholas*)

SUARAMUDA.NET., SEMARANG – Manusia adalah makhluk yang kompleks dan penuh paradoks. Dua elemen utama yang mempengaruhi kerumitan ini adalah kesadaran diri dan rasionalitas.

Kesadaran diri membuat manusia tidak hanya berpikir, tetapi juga tahu bahwa mereka sedang berpikir. Sementara rasionalitas membawa manusia untuk mengkalkulasikan segala tindakan mereka.

Keduanya, dalam banyak hal, merupakan hal positif karena memungkinkan manusia berkembang menjadi lebih kompleks dan maju.

Namun, di balik kemajuan tersebut, kesadaran diri dan rasionalitas juga membawa manusia pada kebingungan dan ketidakpastian yang tak berkesudahan.

Memang terdengar kontradiktif, tetapi inilah pandangan yang ingin saya ungkapkan dalam artikel ini. Mari kita telaah lebih lanjut.

Kritis, Tapi Terjebak dalam Ketidakpastian

Kebanyakan orang sering memandang pemikiran kritis sebagai suatu hal yang positif. Pemikiran kritis menggambarkan individu yang tidak menerima sesuatu begitu saja, melainkan memverifikasi dan mempertanyakan terlebih dahulu. Namun, ada sisi gelap dari pemikiran ini yang seringkali terabaikan.

Pemikiran kritis yang berlebihan justru dapat membawa seseorang pada ketidakpastian. Manusia menjadi bertanya tentang segalanya, bahkan hal-hal yang seharusnya tidak perlu dipertanyakan. Mereka mulai bertanya: Apakah aku akan berhasil? Apakah aku bisa membanggakan orang tua? Atau apakah aku akan gagal dalam hidup ini?

Pikiran-pikiran ini, meski tampaknya menunjukkan keinginan untuk berkembang, sebenarnya justru membawa seseorang pada kebingungan yang mendalam.

Terutama bagi mereka yang berada dalam ketidakpastian hidup, seperti yang banyak kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.

Mungkin bagi sebagian orang yang sudah mapan, masa depan terasa seperti sesuatu yang pasti. Namun, bagi mereka yang tidak seberuntung itu, ketidakpastian menjadi belenggu yang sulit dilepaskan.

Contoh Tono: Ketidakpastian dalam Pikiran Seorang Remaja

Untuk memahami lebih dalam, mari kita lihat contoh seorang remaja bernama Tono. Tono berasal dari keluarga yang kurang mampu, namun dia sangat suka belajar.

Semakin dia belajar, semakin banyak pertanyaan muncul dalam pikirannya: Apakah aku bisa meraih masa depan yang lebih baik? Apakah aku bisa melanjutkan sekolah?

Rasionalitas dan kesadaran diri membuat Tono mampu berpikir jauh ke depan, tetapi itu justru memperburuk keadaan. Alih-alih merasa optimis tentang masa depannya, Tono terperangkap dalam kebingungan.

Ketidakpastian akan masa depan mengikat langkahnya, seolah setiap keputusan yang dia buat penuh dengan resiko. Dia tahu bahwa langkahnya bisa saja salah, dan jika dia jatuh, tak ada yang pasti akan menolongnya.

Inilah gambaran bagaimana kesadaran diri dan rasionalitas dapat menciptakan ketidakpastian yang menghambat kemajuan, bukannya mendorongnya.

Bagai Pedang Bermata Dua

Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa kesadaran diri dan rasionalitas memang memiliki dua sisi yang saling bertentangan.

Di satu sisi, keduanya memungkinkan manusia untuk berkembang lebih jauh daripada makhluk lainnya. Mereka mampu merencanakan masa depan, memikirkan alternatif, dan mencari solusi atas masalah yang kompleks.

Namun di sisi lain, keduanya juga dapat memunculkan keraguan yang tak berkesudahan. Ketika kita terus-menerus memikirkan segala kemungkinan dan konsekuensi dari setiap langkah yang kita ambil, kita justru kehilangan arah.

Pemikiran yang berlebihan dapat membuat kita terjebak dalam kebingungan, bahkan tentang hal-hal yang seharusnya sederhana. Ketidakpastian hidup, pada akhirnya, bisa mengarah pada ketakutan dan kecemasan yang menghalangi kita untuk maju.

Antara Kemajuan dan Kebingungan

Kesadaran diri dan rasionalitas memang memberi manusia kemampuan luar biasa untuk berkembang dan mencapai hal-hal besar. Namun, keduanya juga membawa kita pada jalan yang penuh keraguan dan kebingungan.

Dalam dunia yang penuh ketidakpastian ini, sering kali kita harus memilih untuk menerima ketidakpastian tersebut, bukan berlarut-larut mengkhawatirkan masa depan.

Pada akhirnya, kesadaran diri dan rasionalitas bukan hanya tentang mencari jawaban, tetapi juga tentang belajar menerima ketidakpastian yang ada.

Ketika kita bisa menerima bahwa tidak semuanya harus dipahami dengan sempurna, kita akan mampu bergerak maju, meski dalam keraguan. (Red)

*) Jeremy Nicholas adalah mahasiswa dengan konsentrasi pada kajian sosiologi politik, filsafat politik, dan etika politik

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like