
SUARAMUDA, MOJOKERTO – Di tangan mahasiswa Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT), pepaya matang yang tidak laku di pasar berubah menjadi produk pangan bernilai.
Bertempat di Dusun Tumbuk, Desa Karangkuten, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok 6 Bina Desa menciptakan inovasi pangan lokal bernama ‘Nata de Papaya’.
Tim program bina desa UPNVJT yang melakukan program kerja ini terdiri dari dosen pembimbing lapangan, Aisyah Alifatul Zahidah Rohmah, S.T., M.T., dan dua mahasiswa yaitu Aldhila Ardalia Nella Angga dan Nashrul Amin.
Buah pepaya yang digunakan berasal dari hasil panen kebun warga Dusun Tumbuk yang selama ini tidak terserap pasar karena dalam kondisi yang terlalu matang.
Buah ini seringkali dibiarkan membusuk atau dibuang. Padahal, pepaya mengandung serat, vitamin A dan C, serta air dalam jumlah tinggi, yang menjadikannya bahan potensial untuk diolah menjadi produk pangan fermentasi.
Untuk mengubah daging buah pepaya menjadi nata, maka digunakanlah proses fermentasi mikrobiologis.
Dengan bantuan bakteri Acetobacter Xylinum, kandungan gula dalam pepaya difermentasi menjadi selulosa mikrobial yang membentuk lapisan gel kenyal di permukaan larutan.
Proses ini dikenal sebagai fermentasi statis, di mana cairan dibiarkan tenang selama 14 hari agar bakteri dapat membentuk nata secara optimal.
Sebelum memulai produksi, tim melakukan survei ketersediaan bahan baku di Dusun Tumbuk. Warga diketahui memiliki banyak pohon pepaya dengan total luas perkebunan pepaya yaitu 1000 m².
Setelah memastikan ketersediaan, mahasiswa meminta izin langsung kepada Kepala Dusun untuk mengambil pepaya matang yang tidak dimanfaatkan sebagai bahan baku proyek. Buah pepaya hasil perkebunan Dusun Tumbuk berjenis california.
Pembuatan nata dilakukan secara bertahap, dimulai dari pemilahan buah, pencampuran dengan air kelapa, penambahan gula, cuka, serta ZA food grade sebagai sumber nitrogen, kemudian difermentasi selama 14 hari.
Produk akhir berupa nata papaya memiliki tekstur kenyal dan rasa yang netral, cocok untuk campuran es buah, puding, hingga minuman sehat.
Program kerja ini turut mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 2, yakni Zero Hunger dengan meningkatkan ketahanan pangan melalui pengolahan hasil pertanian lokal.
Serta, SDGs nomor 8 (Decent Work and Economic Growth)—yakni dengan menciptakan peluang usaha baru dan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. (Red)
*) Artikel ditulis oleh Aldhila Ardalia Nella Angga dan Aisyah Alifatul Zahidah Rohmah, S.T., M.T